Tok..tok..tok!
Haikal bergegas membuka pintu.
"Nareshta ada?"
"Ada. Bentar ya dipanggilin." Haikal memandang sang tamu bingung namun kemudian masuk ke kamar Naresh dan Jeno.
"Woy Na! Ada orang gila cengar-cengir basah kuyup nyariin elo di depan."
Naresh yang asik tidur menikmati cuaca dingin sore menjelang magrib itu bangkit sembari menggaruk kepalanya.
"Ngarang lo!"
"Seriusan, itu masih di depan!" Haikal tidak mau kalah.
Akhirnya dengan langkah gontai Naresh keluar dan benar kata teman serumahnya Haikal, dan benar saja di sana ada orang gila basah kuyup dan cengar-cengir.
"Junot?" Alis Naresh mengkerut.
"Lo baek-baek aja kan Not?"
Naresh meletakkan telapak tangannya ke kening Junot.
"Shhh kagak kayaknya. Ayo masuk!"
Tangan Naresh ditahan Junot.
"Hehehehe,"
"Haha hehe haha hehe, masuk bangsat! Udah pingsan gagara patah hati. Sekarang elo mau masuk angin? Masuk!" Naresh menarik tangan Junot memaksanya masuk ke dalam rumah, pemuda itu langsung memasukkan Junot ke kamar mandi.
"Mandi, di situ ada handuk. Gue ambilin baju dulu," Perintah Naresh.
Jeno sang roommate yang kebetulan keluar kamar melihat Naresh yang super sibuk dengan ekspresi bingungnya.
"Siapa Na? Repot banget lo kayaknya."
"Cowok gue. Puas lo?"
Tawa Jeno meledak.
"Kirain Haikal cuma ngarang elo punya cowok di Teknik. Oh beneran punya toh? Gue masih lurus ya Na, jadi jangan nafsu sama gue." Jeno menjulurkan lidahnya meledek.
"Ye. Gue juga cari cowok pilih-pilih kale! Yang jempol kakinya busuk kayak lo gak masuk kategori! Ye!" Balas Naresh tidak mau kalah.
"Na! Baju ganti!" Teriak Junot dari dalam kamar mandi, Naresh menghela Nafas.
"Iya sayang. Ini baru diambilin"
🌼🌸🌼
Naresh bercerita pada Junot tentang Karin yang panik saat Junot jatuh pingsan. Bersamanya Karin ikut menjaga Junot di ruang kesehatan mahasiswa, Karin tidak banyak bertanya soal Junot pada Naresh batas pertanyaan Karin hanya...
"Kok lo bisa temenan sama dia?" Yang di balas Nareshta dengan cengiran dan garukan di tengkuknya karena tidak tahu pasti mengapa ia dan Junot tiba-tiba jadi sahabat.
"Lo ga cerita soal vespa bokapnya yang gue pakai?" Tanya Junot sembari menghangatkan tangannya dengan teh buatan Nareshta.
"Cerita kok, dia gak nyangka elo yang perbaikin si bonte. Tapi katanya, vespanya buat lo aja Not karena bokap Karin pasti gak mau terima."
Junot tersenyum lemah, tentu saja ayah Karin tidak akan langsung menerimanya.
Kalau istilah jaman sekarang tidak semudah itu Palomita!
"Terus dia cerita apa lagi? Cerita soal cowoknya ga?" Junot penasaran, Naresh mengangguk mengiyakan.
"Cowoknya Namanya Chandra Ryan Manalu semester tujuh. Ibarat kata bang Tanjung legenda, dia di bawahnya dikit. Mari sebut peringkatnya 'veteran.'"
Naresh menunggu respon Junot.
"Tua dong! Kok bisa pacaran sama Karin yang masih maba? Kenal dimana mereka? Udah berapa lama mereka jalan?" Tanya Junot bertubi-tubi.
"Sabar pak Junot. One by one, oke?" Naresh menghela nafas sebelum bercerita.
"Mereka kenal di sekolah Karin pas Chandra atau anak-anak Teknik manggil dia Bang Chan itu hadir di acara apa gitu... mewakili alumni. Dia alumni sana."
"Terus jatuh cinta aja gitu berdua?"
"Iya, semudah itu my bro. Mereka jalan, jadian, dan sekarang udah setahun. Jadi mereka pacaran di bulan ke enam Karin pindah," Naresh menyimpulkan.
Junot menghela nafas.
"Semudah itu perempuan melupakan?"
Nareshta menggedikkan bahunya.
"Oh iya Bang Chan ini anak Teknik tambang, senior Haikal yang tadi bukain lo pintu. Katanya dia lumayan berpengaruh di Teknik tambang, gue saranin elo jangan cari masalah. Oke my bro? Ada pertanyaan lagi?"
Nareh mengedip-ngedip menunggu pertanyaan bodoh dari mulut Junot namun pada akhirnya pemuda itu hanya melamun tak menanggapinya.
"Na, menurut lo gue bisa balikan sama Karin?"
"Jangan deh Not, gak takut apa lo sama Bang Chan?"
Junot menggeleng.
Takut? Buat apa? Junot sudah membuang semuanya demi mengejar Karin, impian orang tuanya, zona nyamannya, akan lucu jika Junot merasa takut sekarang.
"Btw tadi Karin gak minta nomor kontak elo?"
"Minta," Jawab Naresh.
"Gue juga punya kontak dia," Naresh memeriksa logout panggilannya.
"Yang ini kayaknya nomornya."
"Bagi gue. Pengen gue telpon."
Naresh mendekap ponselnya dan menggeleng.
"Bagi gue Na!" Junot ngotot.
"Bagi gak?" Naresh tetap menggeleng.
"Jangan Not, Karin udah punya pacar—"
"Bodoh amat dia mau punya pacar kek, suami kek. Gue cuma kangen sama Karin gue dan gue pengen nelpon dia. Sini kontaknya!" Potong Junot, Naresh memanyukan bibir dan memberikan ponselnya tidak rela.
"Kalau elo dipukul senior jangan ajak-ajak!"
Junot tertawa dan berbisik ke kuping Naresh.
"Pengecut kau Supripto!"
"Salah dialog Junot, itu dialog gue!"
Junot Sudah sampai? Boleh nelpon?
Karin Siapa ini?
Junot Junot Rin.
Karin Karin lagi mandi, ini pacarnya
Read
-To be continued -
(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPER UMBRELLA
General FictionKepada Karina... Bagaimana aku bertahan dari rindu yang deras jika payung ku hanya payung yang terbuat dari kertas? Setetes dua tetes rindu akan membuatnya robek lalu kemudian hancur. Aku kuyup di bawa hujan rindu. -Junot-