Panik melihat Vernon yang tersungkur, Karin langsung menahan Junot yang sudah kepalang emosi.
"Udah Not, nanti diliat senior! Lo mau ini tambah panjang? Hah?"
"Bangun lo! Kalau lo cowok, ngomong sama gue langsung. Maksud lo apa? Elo yang nyebarin video itu? Masalah lo sama gue atau Karin apa hah?"
Amarah Junot makin memuncak, dari jauh ia melihatr Vernon mendekati Karin karena itu Junot terburu-buru menghampiri dan mendengar percakapan mereka.
Vernon bangkit, ia mencoba menepuk-nepuk tanah yang menempel di bajunya.
Vernon tidak tersenyum, tidak juga memasang ekspresi menyebalkan, bahkan matanya malah menunjukkan penyesalan.
"Elo yang ngeupload video itu sendiri Not, entah kepencet atau gimana gue gak paham. Gue cukup kaget tapi sempet gue simpan dan video itu ilang beberapa detik kemudian."
Kini Karin menatap Junot meminta konfirmasi.
"Demi Tuhan Rin gue gak pernah ngunggah itu, gue inget jelas gue pengen ngirimin elo video itu tapi—"
HP gue disambar Lami dan video itu kesebar.
Junot terdiam seperti titik-titik di kepalanya saling tersambung, meski di dalam dirinya sempat menyangkal.
Tidak mungkinkan adiknya yang menyebarkan?
Tapi kata Vernon tadi video itu menghilang beberapa detik kemudian, ada kemungkinan Lami tidak sengaja dan begitu menyadari kesalahnya ia buru-buru menghapusnya.
"Kenapa lo diem? Jadi bener...?" Cecar Karin.
"Kayak yang gue bilang ada kemungkinan itu ga disengaja Rin." Vernon mengintrupsi.
"Salah gue yang nyimpan itu terus minta konfirmasi di group kelas... 'Ini Karin sama Junotkan?' dan begitu awalnya."
Karin dan Junot kehilangan kata mendengarkan pengakuan mengejutkan itu.
"Gue minta maaf, maaf banget. Gue gak nyangka semuanya kayak gini. Karin drop out dan Junot selama Karin pergi jadi frustasi dan kosong. Gue saksinya dia kehilangan Rin." Vernon melanjutkan pengakuannya.
"Tujuan elo nyeritaiin ini ke gue apa sih sebenarnya hah?" Nada bicara Karin meninggi hingga bergetar mengingat hari-hari dimana iya menghadapi semua masalah itu sendirinya.
Harus pindah sekolah hingga tempat tinggal, melihat Ayahnya struggle menghidupinya di tempat baru, rasanya pahit.
Tapi Karin pernah berpikir kalau Junot mengakui kesalahannya dulu apakah ia juga akan merasakan pahit yang sama?
Apa semuanya lebih baik kalau Junot juga mengambil tanggung jawab dan tidak lari?
"Gue minta maaf sama elo berdua, gue nyesel. Nyesel banget!" Vernon meraih tangan Junot dan Karin lalu membuatnya saling berpegang.
"Please maafin gue dan please selesaiin kesalahpahaman kalian."
Karin buru-buru menarik tangannya, ia menatap Vernon dan Junot bergantian.
"Pertama gue kaget, tapi gue apresiasi elo udah jujur dan mau minta maaf, kedua gue maafin elo, dan ketiga udah ga ada kesalahpahaman antara gue dan Junot. Kita udah selesai dan yang terakhir kalau elo masih punya videonya please hapus. Cuma itu."
Junot mengacak rambutnya frustasi, ia kehilangan kata.
Pemuda itu akhirnya terduduk membiarkan celananya kotor karena tanah. Junot menatap Karin, gadis itu mencoba tersenyum, meski maaf dan pengakuan Vernon tidak akan mengubah masa lalunya.
"Gue udah gak punya videonya Not, Rin."
"Gue percaya. Ya udah, udah selesaikan? Toh mau elo ngaku atau enggak gak bisa ngubah apa-apa antara gue sama Karin? Lokan tahu semua ini awalnya karena gue pengecut gak mau ngaku kalau yang di video itu gue? Yah udah itu gue. Guepun hari ini berdiri disini di depan Karin karena mau nebus kesalahan gue sendiri, ini bukan Cuma perkara video itu tersebar Non, bukan. Ini juga perkara gue yang ga bisa tanggung jawab atas apa yang gue buat."
Pengakuan panjang Junot terdengar tulus, Karin yakin ia tidak menggunakan topengnya sekarang.
Ternyata waktu dan jarak membuat Junot banyak belajar, banyak menyesal hingga membuatnya makin dewasa secara pemikiran.
"Udahlah, semuanya selesai." Karin menepuk bahu keduanya.
"Apalagi yang bisa kita lakuin buat masa lalu? Hem? Gak ada. Cuma tinggal gimana kita hidup buat masa sekarang. Jadi udalah, we are cool right?"
Junot dan Vernon mengangguk bersamaan.
"Akan lebih baik kalau kalian bisa sama-sama kayak dulu."
Karin terkekeh lalu menggeleng.
"Enggak, memaafkan bukan berarti bersatu lagi. Gue udah punya pacar, dan gue bahagia." Karin bertukar pandang dengan Junot.
"Harusnya elo juga cari bahagia Not, jangan larut sama masa lalu yang gak akan pernah bisa diperbaiki."
"I still love you Rin, I do." Akunya.
"Thankyou Not, but I don't love you anymore."
'I don't love you anymore'
A pretty line that I adore
Five words that I've heard before'Cause you keep me on a rope
And tied a noose around my throat...[Conan Gray - Cut that always bleed]
...
Bersamaan dengan berakhirnya masa orientasi jurusan mereka, berakhir pula buku penyesalan masa lalu Junot dan Karin.
Semuanya masing-masing sibuk menjalani hari-hari sebagai mahasiswa Teknik mesin yang sealu direpotkan praktikum dan laporan yang menumpuk.
Kadang Karin dan Junot hanya bertukar sapa di kantin, atau ada kegiatan Teknik mesin lainnya, sisanya hanya seperti teman sejurusan yang lain.
Meski dari jauh masih saling berharap yang terbaik, bagaimanapun Karin dan Junot pernah saling membahagiakan
Hubungan Karin dan Chandrapun berkembang baik, ia tahu kuncinya sabar dengan begitu Karin bisa yakin ia menyimpan hatinya untuk pria yang benar, meski awalnya pemeran pengganti kini Chandra sudah benar-benar di hati.
Sang senior sudah lulus dan memiliki pekerjaan yang baik, sudah ada pembicaraan ke arah yang serius sedangkan berbanding terbalik dengan Karin, Junot betah sendirian tidak pernah ada kabar Junot berpacaran dengan wanita manapun selama kuliah.
Sendirinya Junot juga bukan karena rumor yang sempat ia buat-buat dengan Nareshta. Sahabat Junot itu sudah punya pacar saat semester 1, ya meskipun hanya sebulan.
Semuanya sedang berjalan bagaimana seharusnya, datar-datar saja, kadang ada gundukan yang membuat berguncang.
Karin dan Junot mengira dunia perkuliahan ini akan mengalir begitu saja tanpa ada ombak,
Sampai di akhir semester 4 video mereka... tersebar lagi.
-To be continued -
(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPER UMBRELLA
Ficción GeneralKepada Karina... Bagaimana aku bertahan dari rindu yang deras jika payung ku hanya payung yang terbuat dari kertas? Setetes dua tetes rindu akan membuatnya robek lalu kemudian hancur. Aku kuyup di bawa hujan rindu. -Junot-