Halaqoh Cinta
©Hapsyah Nur Falah•Nyaman dengan masa ini, tak siap jika ada masa lalu yang hadir menagih janji•
🌻Happy Reading🌻
Mandi sudah. Merapihkan tempat tidur sudah. Menyiapkan kebutuhan sekolah sudah. Untuk selanjutnya, lelaki bernama Farel itu menatap ke semua sudut kamarnya. Saat melihat semuanya sudah rapih dan bersih, ia pun turun ke bawah dengan membawa jaket dan juga ranselnya.
"Pagi, Bun." sapa Farel dengan memberikan senyum tipis kepada Bundanya.
"Pagi sayang," ucap Kartika membalas sapaan anaknya pagi ini dengan tersenyum lebar.
Farel duduk dan menuang air ke gelas yang sudah ada di tangannya. "Kenapa Bunda senyumnya lebar banget gitu?" tanyanya dengan menatap aneh Kartika.
"Nggak papa," ucapnya dengan tersenyum lebih lebar, bahkan nyaris terkekeh.
"Ada apa sih, kok aneh banget?" tanya Farel yang kemudian disusul kehadiran Ayahnya yang juga bergabung dengan juga menampilkan senyumnya.
Melihat Bunda dan Ayahnya yang seperti itu, membuat Farel menggeleng pasrah. Ia memilih membuka buku paketnya, dan memasang earphone di telinganya. Sembari menunggu sang Bunda yang akan menghidangkan sarapan, lebih baik ia mengerjakan soal latihan untuk persiapan UN-nya yang sebentar lagi.
"Belajarnya nanti lagi, sarapan dulu." perintah Kartika dengan menutup buku paket Farel dengan jari telunjuknya. Farel mendesah pelan dan menurut. Ia memasukkan bukunya dan juga earphone miliknya ke dalam ransel yang ia letakkan di kursi sebelahnya. Kursi yang biasanya di tempati oleh Alya, kakaknya.
Sepanjang sarapan, Farel dihadapkan dengan pandangan yang menurutnya aneh. Rama dan Kartika terus saja menatapnya sejak tadi sambil tersenyum. Enggan bertanya, Farel mempersingkat sarapannya. Ia meminum susu putihnya sampai habis, lalu membersihkan sekitar bibirnya dengan tisu.
Farel berdiri, lalu memakai jaketnya yang berwarna cokelat dan juga masker wajahnya yang berwarna hitam.
"Farel berangkat duluan Bun, Yah. Assalamu'alaikum" ia mencium tangan Rama dan Kartika bergantian. Farel langsung memutar tubuhnya begitu mendapat salam balik dari kedua orang tuanya.
Ia melangkah santai menuju pintu, langkah terakhirnya sebelum menuruni 3 anak tangga menuju halaman depan mendadak terhenti. "Mobil siapa?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Mobil kamu," ucap Rama dan Kartika bersamaan.
Farel memejamkan matanya karena kaget lalu memutar tubuhnya. Sejak kapan Ayah dan Bundanya berdiri di belakangnya? Jangan bilang, mobil itulah alasan kenapa kedua orang tuanya terus saja mesam-mesem sejak pagi.
"Itu mobil, hadiah untuk anak Ayah yang sudah rajin belajar." ujar Rama dengan tersenyum tipis.
Farel menatap Ayahnya tanpa ekspresi, lalu kembali melirik ke arah mobil berwarna putih yang berjejer dengan mobil hitam milik Ayahnya. "Aku nggak butuh mobil." jawab Farel yang seketika menghasilkan raut wajah kecewa dari Rama.
"Farel, kamu itu butuh mobil, sayang."
"Aku nggak perlu, Bun. Buat apa anak SMA seperti aku pake mobil?"
"Tapi banyak kok anak SMA sekarang yang sudah bawa mobil ke sekolah." ujar Kartika masih berusaha membujuk Farel agar mau menggunakan mobil yang telah dibelikan Ayahnya.
"Itu mereka, dan aku nggak kaya gitu."
"Tapi kamu punya alasan sendiri untuk pake mobil, Farel." kali ini yang bicara adalah Rama. Bukan semata-mata ia ingin memanjakan Farel dengan memberikannya fasilitas mobil. Tapi memang karena Farel membutuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halaqoh Cinta | ✅ [SUDAH TERBIT]
Espiritual| SPIRITUAL - ROMANCE | 🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷 Ketika seluruh keluarga mendesakku untuk segera menikah, maka itu malah membuatku semakin menghindar. Sempat terpikir olehku, pernikahan kini bukan lagi menjadi hal prioritas. Sampai aku bertemu dengan seoran...