Falling Too Fast, Finding Too Slow

16 2 1
                                    

Cilla

"Mas, semalem Metta nggak pulang."

Jam dinding di ruang tengah apartemen Bagas masih menunjukkan pukul setengah enam pagi dan aku sudah di tempat ini. Rutinitas pagi yang sudah mulai kunikmati. Membuatkan Bagas kopi, menyiapkan sarapan, dan ber "ramah tamah" pagi. Iya, "ramah tamah". Seperti saat ini, aku begitu menyukai pemandangan laki-laki telanjang dada yang sedang asik menghirup morning coffee-nya.

It's so sexy that I'm gonna die.

"Yah, mungkin dia pulang ke rumahnya. Lagipula Metta kan sudah dewasa, toh? Nggak usah terlalu dikhawatirin lah..."

"Ya aku nggak khawatir, Mas..."

"Kalo nggak khawatir, kok kamu cerita ke saya?"

Aku tersenyum sambil menopangkan dagu ke arah Bagas, terang-terangan memberi senyuman menggoda. "Tahu gitu, aku tidur di sini aja semalem."

Bagas balas menopangkan dagu, lalu memberikan senyum yang terlihat sangat manis. Dear Lord Jesus, I love this smell of love in the air. Siapa sangka hal indah macam ini boleh terjadi dalam kehidupanku. Padahal dosaku selama hidup mungkin sudah beruntun banyaknya. Kok Tuhan masih baik memberikan Bagas buat aku?

"Tell me, Priscilla. Is that mean, you're really fall for me now?"

"How many times I told you, Mas... You are not good in flirting."

Bohong! Bagas itu jago banget padahal. Aku heran, kenapa Bagas bisa nggak masuk ke daftar teman ranjang Quorra. With that charming smile, hot body, and that morning husky tone, Bagas itu sungguh sulit ditolak. Sulit dipercaya, laki-laki seperti Bagas bisa hidup di dunia nyata.

"Come here, Priscilla..."

Dan aku menurut saja saat Bagas meraih tanganku dan menarikku duduk di pangkuannya. Dengan jarak sedekat ini, aku mulai khawatir kalau Bagas bahkan bisa mendengar suara degup jantungku yang sudah tidak karuan nadanya. Sudah tidak mungkin juga rasanya sok jual mahal, sementara senyum ini sudah sulit ditahan.

"I think I love you, Ms Jung. Saya tahu mungkin kamu akan bosan dengar kalimat ini terus-menerus. Saya Cuma nggak bisa nemuin kata lain untuk menunjukkan perasaan saya saat ini sama kamu."

"Aju keuge jaribabeun geudeye moseubeul ijen boayo"

Bagas hanya memandangku bingung, jelas-jelas tidak mengerti apa yang kukatakan. Why I found him can be so cute and sexy in the same time? Butuh penguasaan diri yang sangat luar biasa untuk tidak langsung melemparkan diriku ke dalam pelukannya saat ini.

"You stole my heart."

"Hih, masak segitu panjangnya kamu ngomong, artinya begitu doang? Kamu bohongin saya yah?"

"Pokoknya intinya itu."

"Masak saya harus belajar bahasa Korea supaya nggak penasaran sama artinya?"

Aku mengangkat bahu, lalu melingkarkan lenganku ke lehernya.

"Kalau Mas beneran cinta sama aku, nanti lama-lama juga paham kok segala omonganku."

"Kamu bakal marah sama saya nggak nanti, kalau sekarang saya bilang," lalu Bagas berbisik di telingaku "I think I can't hold myself to kiss you now."

Aku lupa bagaimana awalnya, namun sesaat kemudian aku mendapati diriku sudah berada di bawah dekapan Bagas. Merasakan betapa lembutnya Bagas mengecup setiap jengkal diriku, dan betapa hati-hati jemarinya menyentuh setiap inci permukaan kulitku. Menikmati waktu yang mengalir begitu saja di samping kami. Aku yang pernah lupa rasanya mencinta, kini mulai ingat betapa menyenangkannya perasaan hangat sepasang manusia yang sedang mabuk cinta.

Love ActuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang