Metta
Seperti yang diperkirakan semua orang, pesta pernikahan Faith Adhigana lebih dari sekadar mewah. Dengan kurang lebih 6500 undangan pernikahan yang disebar, pesta ini tidak hanya mengundang rekan kerja keluarga besar Adhigana, tetapi juga para petinggi negara, termasuk Bapak Presiden dan Wakil Presiden. Belum lagi undangan pernikahan, yang katanya ditulis dengan tinta emas, yang "emas" beneran, siapa yang rela melewatkan kesempatan ini?
Kalau bukan karena Haute Couture yang selalu memakai Aphrodite sebagai kosmetik utama dalam semua pemotretan mereka, aku mungkin enggan datang. Ini semua demi Mbak Faith yang selalu baik denganku, dan juga demi Papa yang ngotot banget supaya aku tampil di umum. Sungguh, sebenarnya aku bukan penggemar acara-acara macam ini.
"Bapak Julian," seseorang memanggil Lian, "Apa kabar, Pak?"
"Oh! Halo, Pak Darryl! It's been a long time ya, Pak? Saya baik, Pak! Bapak? Apa kabarnya, Pak? Ibu mana?"
Bertahun-tahun mengenal Lian, aku belum pernah melihat sisi dirinya dalam dunia kerja. Setiap saat Lian bersama kita, Lian benar-benar melepas jaket dia sebagai seorang banker. Saat bersama kita, Lian yah Lian, jadi dirinya sendiri. Rusuh, berisik, dan seru.
Makanya, ketika sekarang Lian asik tenggelam dan pembicaraan professional ini, aku merasa, oohh... ternyata Lian begini toh?
"Ini siapanya, Pak Julian?"
Baru aku mau buka mulut untuk memperkenalkan diri sebagai teman, Lian malah lebih dulu memperkenalkan aku. "Kenalkan, Pak... Ini pacar saya. Ta, ini Pak Darryl. Salah satu nasabah gue."
"Metta, Pak..." kataku memperkenalkan diri, meskipun dalam hati bertanya-tanya bingung. Lian serius ngenalin gue ke nasabahnya sebagai pacar? Udah sinting apa yah nih anak?
"Wajah Bu Metta tidak asing nampaknya yah?" tanya Pak Darryl lagi.
Aku baru mau menjelaskan, tapi lagi-lagi Lian mengambil alih. "Metta ini owner-nya Aphrodite, Pak."
"Ooh...!! Beruntung dong ya, Pak? Punya calon istri seorang wanita karier begini. Cantik, mandiri pula! Kapan nih saya dapat undangan?"
"Ditunggu saja, Pak... Pak Darryl nggak akan kelewat saya undang kok. Iya kan, Sayang?" tanya Lian sambil menatapku dengan sorot mengancam.
Mana berani aku bikin ulah?
"Coming soon, Pak.. Tunggu saja kabar bahagianya."
Setelah berhaha-hihi sejenak, Pak Darryl akhirnya pergi. Aku melengos sebal pada Lian yang bisa-bisanya dengan santai malah membuat pernyataan-pernyataan sendiri. Apa-apaan? Kita kan belum ada kesepakatan lebih lanjut. Kok bisa-bisanya Lian...
"Thanks for coming, Pak Julian..."
"The pleasure was mine, Pak Frey... It's a beautiful wedding."
Oke, sekarang aku juga tahu kalau Lian ini jago sekali berbasa-basi. Basi beneran! Iyalah beautiful wedding, orang kaya! Harus banget apa yang nyeplos kayak gitu? Apa jangan-jangan semua banker bermulut manis dan hobi basa-basi?
"You know my sister lah, Pak... Harus perfect sesuai dengan maunya dia."
"Ini bakal jadi salah satu pesta pernikahan yang memorable sih, Pak. Tadi saya sampai jiper papasan sama Pak Presiden."
Lalu Lian berhaha-hihi lagi. Ih! Apa banget?!
"Pak Lian sama Bu Metta datangnya? Kalian?"
Untuk kesekian kalinya, baru sempat aku membuka sedikit mulutku, lagi-lagi Lian yang bersuara. "Calon istri saya, Pak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Actually
General FictionHanya cerita sekumpulan manusia metropolitan dalam menghadapi apa yang namanya "kata orang". Para penikmat hidup dan para pejuang ibukota. Kalau sudah kaya raya, lantas tidak ada masalah? Salahkan saja cinta yang suka datang tiba-tiba dan tidak pan...