Konflik

217 20 15
                                    


Hai Reader Maaf baru bisa posting lagi, karena ada satu hal jadi agak terlambat. Jika kalian menemukan typo harap dimaklumi, karena naskah ini belum direvisi. Pengerjaannya juga kejar tayang jadi pasti akan banyak typo di mana-mana. Naskah ini akan direvisi setelah cerita ini tamat. Selamat menikmati, jangan lupa Vomentnya!!

***

Saat mobil hitam milik Kenny hendak melaju, tiba-tiba Nara meminta Awan untuk berhenti. Awan tak merespon dan tetap menjalankan mobilnya.

"Berhenti Wan!" Tukasnya sedikit keras, membuat Awan akhirnya menghentikan mobilnya.

Hening

Awan menatap lurus ke jalanan, membiarkan gadis yang duduk disebelahnya memberikan pernyataan apa yang membuat ia tiba-tiba bersikap dingin seperti itu.

"Kita ke butiknya besok aja ya? Aku lagi nggak enak badan, besok kalau udah baikkan aku hubungin kamu," Nara keluar dari mobil Awan kemudian disusul oleh Lisa di belakangnya.

"Nara tunggu!" Panggil Awan keluar dari mobilnya

Langkah Nara terhenti, kemudian gadis itu membalikkan badannya hingga posisi mereka berhadapan.

"Dulu Awan pernah berjuang untuk mendapatkan Embun. Awannya tak pernah berhenti untuk menunggu embunnya datang disetiap pagi, Gue pernah ngelepasin loe karena gue tau loe pantes ngedapetin yang terbaik, bukan karena loe yang mau, tapi hati loe yang menentukan. Apakah loe meminta gue melakukan hal yang sama?"

Tak bergeming,

Nara membisu, tatapannya kosong. Lagi-lagi kata kamu berubah menjadi loe, kekecewaan yang ditampakkan oleh Awan sangat nyata. Dinginnya menusuk kulit terasa menembus ke jantung. Apakah pria itu sudah letih, dipermainkan? Atau letih hanya dijadikan cadangan? Namun kenyataannya itulah yang kini dirasakan oleh Awan.

"Masuklah cuaca akan semakin dingin. Jernihkan dulu suasana hati loe, selama tiga hari ke depan kita nggak usah ketemu dulu," Tukasnya masuk ke dalam mobil dan seketika mobil itu meluncur dan menjauh dari pandangan Nara.

Gadis itu menangis dan membiarkan dinginnya salju menghunus tubuhnya. Lisa yang tak tega melihat sahabatnya menarik tubuh Nara berdiri, namun gadis itu bersikuku tetap berjongkok di pinggir jalan dengan ke dua tangan melipat lututnya, hingga kepalanya terbenam dalam dekapan tangannya.

"Masuk yuk Nar, cuaca semakin dingin. Nanti kamu malah sakit!" Tukas Lisa, berusaha membujuk Nara.

"Kalau aku sakit kenapa?" Tukasnya tersamarkan dengan isakan tangis.

"Kalau kamu sakit, aku juga yang repot."

"Terus kalau gitu, kenapa kamu kasih tau Kenny kalau aku ada di sini Lis? Kamukan tau aku mau nikah sama Awan, kamu juga tau kalau aku nggak bisa ngendaliin hati aku kalau ada Kenny!" Bentaknya.

"Karena aku nggak mau ngeliat kamu seperti orang bodoh. Kamu udah nyakitin hati kamu sendiri! Sebelum kamu menikah dengan Awan, kamu harus berdamai dengan hati kamu dulu Nar. Awan itu baik, jangan jadikan dia pelampiasan karena rasa kecewa kamu ke Kenny. Menikah itu bukan sekedar status, ketika kamu sah menjadi istrinya. Kamu harus belajar mencintai dia, dan memprioritaskan waktumu untuk imammu, bukan untuk orang lain yang bukan makhrammu. Ya malam itu, setelah kamu terlelap aku sengaja kirim email ke Kenny. Karena aku nggak mau lihat kondisi kamu yang semakin rapuh. Makanya aku kasih alamat kamu ke Kenny tujuanku bukan untuk menghancurkan pernikahanmu dengan Awan. Tapi agar kamu bisa berdamai dengan hatimu dan menyelesaikan masalah kalian yang belum selesai. Agar dikemudian hari kamu bisa menikmati hidupmu dengan perasaan tenang. Katakan padaku, di mana letak salahku Nar!" Suara Lisa meninggi, dan tak kuasa menahan tangis.

How Are You Kinara! (Sekuel Good Bye Kinara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang