Dia Kembali

213 15 11
                                    

Entah ada angin apa, sejak empat tahun yang lalu ia memutuskan untuk menutup semua akun sosialnya, menutup semua tentang Nara dalam hidupnya. Diam-diam pria itu, mengaktifkan kembali emailnya, ia diam-diam menjadi orang munafik. Terlihat benci namun sebenarnya rindu, dan tak ada satu orangpun tau kalau kerinduannya sudah melebihi batas kesabaran.

Di sudut ruang kamarnya, Kenny menggulir mouse pada layar laptopnya. Sebuah pesan dari Lisa yang dikirim sejak empat tahun yang lalu. Saat ia memutuskan pergi ke Perancis.

Kalimat terakhir pada email itu, menghancurkan pertahanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalimat terakhir pada email itu, menghancurkan pertahanannya.

"Perjuangan? Detik-detik kematian, apa maksudnya?" Kenny mengusap dahinya, menarik napas panjang, kemudian dihembus kasar. Hatinya hancur, saat berita itu singgah. Bagaimana bisa ia tak berada di samping Nara, Kenny menghukum dirinya atas rasa benci yang ia torehkan pada gadis itu.

Kenny menarik jaket hitamnya yang tergantung di belakang pintu. Kemudian mengirim pesan kepada seseorang. Setelah mendapatkan balasan, Kenny langsung melajukan mobilnya menuju sudut kota Lyon, sebuah Kafe dengan aroma kopi yang menyengat indera penciumannya, hingga membuatnya beberapa kali meneguk ludah yang berada di ujung lidah.

"Hai sayang, duduk!" Tukas Mayang manja, menarik pergelangan tangan Kenny.

"Kenapa kamu nggak pernah bilang Selama ini, kalau Nara sakit keras? Kenapa May!" Suara Kenny meninggi, hingga membuat beberapa mata menoleh ke arahnya.

"Ssst, jangan berisik ah, nggak enak sama pengunjung yang lain. Sini duduk dulu biar aku jelasin," Tukas Mayang, sambil menuangkan espresso ke cangkir kosong yang ada dihadapan Kenny.

Mayang sengaja mengulur waktu, agar Kenny tetap dihadapannya dan tidak beranjak dari sana. Ia hanya ingin menikmati secangkir espresso bersama orang yang dicintai. Pelan-pelan, agar kafein masuk ke dalam sistem peredaran darahnya. Kemudian menyeruput dan menikmatinya bersama Kenny. Namun pria keras kepala yang tak memiliki rasa sabar itu, mengeprak meja yang ada dihadapan Mayang.

"Saya tidak suka, membuang-buang waktu. Cepat katakan May!"

Gadis itu membulatkan matanya.

"Kamu dulu nggak pernah sekasar ini Ken, kenapa sekarang berubah?"

"Diantara kita yang berubah itu kamu bukan saya! Cepat katakan di mana Nara sekarang?"

"Kenapa! Kamu mau ke Jepang nyusul dia yang sebentar lagi mau nikah sama Awan. Iya?" Mayang berdiri, mengambil kantong kertasnya yang berisi roti baguette kemudian di dekapnya di dada. Ia pergi meninggalkan Kenny yang masih mematung, tak bereaksi sama sekali.

Pertahanannya seketik hancur, saat kata-kata itu melayang di pendengarannya. Menikah? Satu kata itu berhasil membuat hatinya hancur berkeping-keping. Seperti mimpi-mimpi semalam mengunjunginya tanpa jeda, memperlihatkan kondisi Nara yang berdarah-darah sambil menangis di sudut ruangan gelap.

How Are You Kinara! (Sekuel Good Bye Kinara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang