CHAPTER 101
"I do."
*
Mom yang mengirimkan alamatnya ke ponsel Lou. Sejak pagi, Lou pun sudah bangun hanya untuk merenung di kamar mandi kemudian berendam untuk beberapa puluh menit lamanya. Lou tidak bisa menemukan di mana suara dalam batinnya atau bagaimana pikirannya lagi. Dia merasa begitu ... asing, namun begitu yakin, untuk pertama kalinya.
Setelahnya, dia pun berpakaian, membawa mantelnya kemudian melajukan mobilnya kemari. Suasana taman pemakaman ini masih dipenuhi kabut sesaat Lou muncul di pelataran depan yang beraspal kasar. Dia turun dari mobil setelah merapatkan mantelnya dan mengambil sebuket bunga mawar berwarna putih yang ia beli di dekat rumahnya.
Dia pun berjalan melewati gerbang besi berwarna hitam dengan napasnya yang membentuk uap-uap tipis. Giginya agak bergemelutuk namun dia tetap teguh berjalan.
Daddy... aku datang..
Letak tempat tersebut tidak begitu jauh dari jalanan setapak yang terhubung dengan gerbang depan. Lou cepat melewati jalanan kecil lain dan beberapa makam lain dengan perasaan yang tidak menentu. Cat di pemakaman tersebut sudah memudar. Pusara tersebut sudah dipenuhi rumput hijau yang baru dipangkas, dan membuat aroma rumput yang segar tercium olehnya, bercampur dengan kabut pagi.
Lou pun membungkuk di salah satu pusara yang bertuliskan nama James P. Ruthledge dengan air matanya yang berkumpul. Dia meletakkan buket bunga tersebut kemudian menangis sejadi-jadinya. "Daddy, maafkan aku.." Sudah berapa lama dia tidak kemari? Lima tahun? Delapan tahun? Lou bahkan tidak ingat tanggal yang tepat sampai dia melihat tanggal yang tercetak di bawah nama ayahnya tersebut.
Lou terjatuh di atas lututnya. Dia menangis dengan isakan keras, tidak mempedulikan sekitarnya atau bagaimana burung-burung gagak yang ada di dahan pohon tidak jauh dari tempatnya langsung berterbangan karena terkejut. Lou menundukkan wajahnya. "Maafkan aku. Selama ini aku selalu membencimu, maafkan aku ... karena selalu melihat sisi gelapmu," isaknya. "Aku tahu, aku tahu kau memang bukan manusia terbaik di bumi tapi kau adalah ayahku, dan aku tahu kau berbuat banyak kesalahan tapi aku tidak seharusnya mengutukmu sepanjang usiaku. Aku minta maaf, Daddy."
Dia mengusap air matanya. Wajahnya masih terasa kaku sesaat air mata itu tumpah di pipinya. Bahkan dia tidak pernah menangisi Daddynya, entah saat Daddynya terluka atau meninggal. Sekarang, perasaan itu bagaikan meletup-letup.
"Kau tahu..." Ia tersenyum pahit. "Kau adalah ayah yang kuat, kau sebenarnya hanya berusaha melindungi kami. Kau punya sedikit kasih sayang tapi kau tidak bisa menunjukkannya dengan baik. Aku percaya kau punya sisi terangmu sendiri, Dad. Kau dengar aku kan?"
Suara angin terdengar sayup-sayup. Lou mengusap air matanya. "Aku sudah mengalami banyak hal karena membencimu. Aku sudah mendapat banyak masalah hanya karena mengutukmu. Aku bahkan membenci siapapun yang berusaha mendekat kepadaku, aku menutup hatiku dengan pagar yang sangat tinggi. Aku tidak pernah mencintai siapapun. Tetapi ... aku tahu aku tidak bisa hidup seperti itu terus. Aku beruntung karena aku memiliki banyak orang yang menyayangiku dan mencintaiku tanpa kenal lelah..."
"Aku bersyukur entah untuk kehadiranmu atau segala hal yang pernah terjadi. Aku tahu kebanyakan dari itu semua adalah kenangan buruk tapi itu yang menempaku. Aku tahu tidak seharusnya aku menderita sejauh ini dan aku tetap tidak bisa melupakannya. Tetapi aku akan berusaha, aku akan mencoba untuk mengubur semuanya dan bangkit dengan diriku yang baru. Kuharap kau baik-baik saja di sana, kuharap kau temukan bagian dirimu yang tetap percaya bahwa kau punya kebaikan dalam hatimu. Aku mencintaimu, Dad. Kau tahu itu."
Lou akhirnya bangkit dengan senyuman tipis. "Aku akan memulai kehidupan baruku dengan satu orang yang mencintaiku dan rela berjuang untukku. Aku sangat berharap kau yang bisa menemaniku tetapi ... Tuhan lebih menyayangimu, dan aku tetap akan mendoakanmu dari sini. Terimakasih, Daddy." Lou akhirnya berbalik dari tempat tersebut. Dia memejamkan matanya dengan air mata lain yang berjatuhan, namun dia tetap memacu langkahnya.
Selamat tinggal, Daddy. I forgive you.
I do.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Tame The Beast (2017) ✔
Romance[An Adult Romance | uncomplete mode ] Don't play with the fire if you don't want to get burned Don't play with him if you don't want to get in trouble Sepertinya Louisa memang pengecualian dari segala hukum semesta. Di saat banyak w...