Aku tidak menyangka justru dia yang hadir dalam kehidupanku. Dia yang tersenyum dan membuka tangannya lebar untuk menemaniku. Dia yang meraup segala perhatianku dan mendesakku untuk menjadikannya hal terpenting. Dan aku menerimanya. Aku mensyukuri kehadirannya yang bagaikan cahaya terang.
Aku mencintainya, tanpa pernah aku bisa tahan lagi.
Dia jawaban atas segala harapanku. Wujud nyata akan impianku. Dia adalah rumah yang selama ini aku cari setelah aku tersesat di kegelapan.
Dia yang bersamaku, dan aku merasa sempurna.
*
"Anda sangat cantik, Nyonya," gumam Kate, salah satu tim penata rias Mia. Lou tersenyum kecil seraya memandangi pantulan dirinya di hadapan cermin. Well, dia nyaris menyangka hari ini sebatas mimpi. Namun dia duduk, dengan gaun lebar ini seraya memandang di mana letak kenormalan yang ia miliki. Wanita di cermin ilusional. Hari ini bagaikan delusi.
Wanita itu memiliki tulang rahang yang tinggi. Matanya bebrinar dengan bulu mata yang menumpuk tebal. Alisnya terbingkai cantik, sedangkan rambutnya digelung dengan beberapa bagian anak rambut yang sengaja lolos, membentuk wajahnya yang serupa hati. Bibirnya merah merekah bagaikan kelopak mawar segar. Dia mengenakan gaun paling indah di bumi; gaun pernikahan berwarna putih susu terbuka di bahu, dengan berbagai permata berkelipan di bagian dada sampai ke pinggangnya.
Kate muncul untuk memasangkan penutup kepala berjaring putih yang sudah disiapkan. Terdapat penjepit di bagian atas yang langsung menumpuk di sanggul rambut Lou yang tinggi. "Sangat cantik. Sempurna sekali." Kate tersenyum lebar di hadapan cermin.
Lou tidak pernah menyangka dia akan sampai di hari ini. Apalagi bersama Alexander. "Kalian melakukan pekerjaan terbaik. Ini berkat kalian."
Kate terkekeh bersama anggotanya yang lain. Mereka membantu Lou untuk mengenakan sepatu tinggi berwarna serupa kemudan Kate mendongak pada wajah sang pengantin itu. "Aku harap kalian bahagia, Nyonya."
"Terima kasih."
"Kau sangat cocok dengan Tuan Alexander. Kalian bagaikan Raja dan Ratu di hari ini," ia bergumam pelan. Pintu terdorong setelahnya, Mom Lou langsung berhambur mendekap Lou yang masih berkaca-kaca seraya mengatur napasnya.
Kate bangkit, membereskan beberapa perlekapan bersama anak buahnya.
"Astaga, Louisaku," ia terisak seraya mendekap leher Lou. Lou balas mendekap seraya memejamkan mata. Dia tidak mungkin menangis di hari ini. Mom menarik wajahnya, lantas menatap lekat wajah putrinya. "Aku sangat ... sangat bahagia untukmu, sayang."
"Terimakasih, Mom. I love you." Dia mendekap Momnya lagi. menghirup dalam aroma menenangkan dari tubuh wanita paruh baya tersebut. Mom balas mengusap punggungnya perlahan. "Aku takut, Mom. Aku takut.."
"Tidak, sayang, tidak ada yang perlu kau takutkan." Dia menarik wajahnya seraya menatap lurus wajah Louisa. "Ini adalah hari terbesarmu, oke? Kau tidak perlu takut soal apapun, dan ini adalah Alexander. Tidak ada pria manapun yang sebanding dengannya."
Lou meraih tangan Momnya seraya meremasnya erat. "Aku sangat gugup. Apakah ... apakah ini nyata?" Jujur saja, sejak terbangun pagi tadi, dia menghabiskan satu jam lebih hanya untuk terduduk seraya melamun, terdiam, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Apakah ini nyata? Apakah aku akan menikah pada akhirnya? "Apakah .. aku tidak bermimpi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Tame The Beast (2017) ✔
Romance[An Adult Romance | uncomplete mode ] Don't play with the fire if you don't want to get burned Don't play with him if you don't want to get in trouble Sepertinya Louisa memang pengecualian dari segala hukum semesta. Di saat banyak w...