Part 1

1.5K 20 0
                                    

5 tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Sekarang aku tinggal di sebuah panti asuhan kasih bunda. Ibu panti yang menemukan ku saat itu dan membawa ku kemari untuk dia rawat bersama anak-anak panti lainnya. Aku juga bisa melanjutkan sekolahku sekarang. Umurku sekarang menginjak angka ke 15 tahun dan aku baru memasuki kelas 1 SMA.

"Salsa bantu ibu menyiapkan sarapan buat adik-adik yah" kata ibu panti yang melihatku keluar dari kamar. aku hanya mengangguk dan mulai mengerkan semua yang di perintahkan ibu. Yah beginilah aku semenjak  hari itu aku menjadi anak yang pendiam dan tidak seceria dulu. Aku merasa hidupku sudah tidak berarti semenjak aku kehilangan semua orang yang ku sayang. "hari ini kamu pulang jam berapa sayang?" bu panti menatapku yang sedang menyantap sarapan pagiku dalam diam. "jam 3 ibu, nanti ada latihan karate" ucapku singkat dan kembali menyuapkan nasi kemulutku. ibu hanya mengangguk mendengar jawabanku."Salsa berangkat dulu yah bu" pamitku dan menyalami tangan ibu panti. "hati-hati sayang" aku hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan panti.

kutelusuri jalan dengan berjalan kaki bukan karena tidak ada uang untuk naik angkot tapi aku senang melakukannya karena dengan begini aku bisa mengenang kedua orang tuaku. Mengingat disaat ayah tersenyum padaku,disaat ayah memelukku bahkan disaat ayah berada dirumah sakit. Aku selalu ingat senyum ayah walupun keadaannya lemah dia tetap tersenyum untukku. tak terasa air mata kembali menetes membasahi pipiku. Sudah 5 tahun tapi kenapa aku belum bisa merelakannya. maafkan aku ayah, aku belum bisa jadi anak yang terbaik buat ayah bahkan aku belum bisa mengabulkan keinginan terakhir ayah, aku belum bisa menemukan om David ayah. batinku berucap nenyesali semua yang belum kulakukan untuk ayah. Om David adalah sahabat ayah bahkan sudah dianggap keluarga oleh ayah. Beliau banyak membantu kehidupan om David sampai sukses seperti sekarang. Om David sudah pindah ke Jakarta 7 tahun yang lalu. ketika umurku masih menginjak usia 8. harapanku cuma om David sekarang, cuma beliau yang aku anggap keluarga. Tapi kemana aku harus mencarinya. Aku terus melamun hingga tanpa aku sadari ada mobil mewah yang melaju begitu kencang dan berhasil menyipratkan genangan air hujan ke seragamku. "HEYY" ucapku berteriak tapi mobil itu tidak berhenti dan terus melaju tanpa mau melihatku yang seperti ini.

Sial sial sial !!!! kenapa sial banget sich hari ini udah di serempet mobil yang ngga bertanggungjawab itu sekarang aku malah kehilangan buku pr ku yang menyebabkan aku harus dihukum di depan tiang bendera dengan hormat. Ditemani panas matahari yang menyengat kulit ditambah di ketawain anak-anak sekolah yang melihat penampilanku yang seperti gembel ini. Huft harusnya hari ini menjadi hari yang menyenangkan tapi berakhir menyedihkan. "Loe tumben banget sich Sa ngga ngerjain PR, biasanya kan Elo yang paling rajin, terus kenapa baju loe kotor banget kayak gini?" ucap Dira sahabatku ,satu-satunya orang yang mau bersahabat denganku. "ini semua gara-gara mobil itu bajuku jadi kotor, kalo soal PR aku ngga tau kalo bukunya ketinggalan di meja belajar" ucapku dengan mulut yang cemberut. yah beginilah aku, cuma pada Dira aku bisa secerewet ini. "makanya loe mendingan naik angkot atau bareng gue aja daripada jalan kaki" ucapnya padaku. "Aku senang berjalan kaki karena dengan begitu aku bisa mengingat kenangan itu" kataku dengan air mata yang siap meluncur membasahi pipiku. Dira langsung memelukku dan menatapku iba "Harusnya loe bisa ngerelain merek pergi, kalau loe kayak gini terus mereka ngga akan tenang disana" ucapnya yang berusaha menenangkanku. aku tidak dapat berkata apa-apa lagi karena semua yang dikatakan Dira ada benarnya. Mulai saat ini aku berjanji tidak akan ada lagi air mata yang ada hanya senyuman untuk mereka. tekadku dalam hati.

"Habis ini loe mau kemana Sa?" tanya Dira ketika jam pelajaran berakhir. "aku mau ketempat kerja" jawabku tersenyum. "mau gue anter ?" tawarnya yang ngga pernah absen dariku setiap aku mau berangkat kerja. "Ngga usah aku bisa sendiri, terima kasih yah" ucapku. "yaudah aku pergi dulu yah" lanjutku dan berlalu meninggalkan Dira. tanpa melihat kedepan aku berjalan dengan melambaikan tangan ke Dira. "Salsa AWASS" teriak Dira yang berhasil menghentikan langkahku tapi semua terlambat, mobil itu lagi berhasil menyerempet tubuhku dan berhasil membuatku jatuh "AAARRGGH" teriakku menahan sakit dipergelangan kakiku yang mulai membiru. Dira berlari menghampiriku dan membantuku berdiri. sedangkan pemilik mobil itu keluar dengan gaya sok cool dan wajah angkuhnya. Sepertinya aku pernah melihat mata itu, tapi dimana yah? "sorry" ucapnya mengatakan maaf dengan wajah angkuh seperti itu. hey siapapun juga ngga akan mau menerima permintaan maafnya kalau dengan wajah angkuh dan dingin seperti itu. "segampang itu yah kamu minta maaf, belajar minta maaf yang bener, kalau minta maafmu dengan wajah seperti itu siapapun ngga akan percaya lagi" ucpaku membalas tatapannya dengan dingin. "terus loe mau apa ? uang ? oh iyah orang miskin seperti loe pasti menggunakan cara ini untuk mendapatkan uang" ucapnya dan mengeluarkan sejumlah uang dan melemparkan uang ini kewajahku. "aku emang orang miskin tapi aku ngga sehina itu. muka seperti malaikat tapi hati kamu busuk. ayo Dir" ucapku dan mengajak Dira pergi dengan kaki yang terpincang meninggalkan laki-laki itu yang masih mematung ditempat dia berdiri.

My New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang