3. Dikejar Waktu

5.4K 337 5
                                    

"Lo udah ngak apa-apa,kan?" Tanya Mila serius. Dia tidak ingin membaca berita 'Seorang gadis gagal menikah terjun kelaut Bali karena depresi parah'

Yuara Weng memandang ke arah temannya sekejap "Dompet gue tuh agak sakit, rada-rada busung lapar, Transfer ya beb" katanya bergurau.

Hidup terus berlanjut, untuk apa dia terus berkubang dalam kesedihan? Toh pelakunya akan makin bahagia melihat dia makin terpuruk.

Setelah memikirkannya ribuan kali, dia bakal balas dendam kepada mereka. Menjadi lebih baik dan mencari lelaki lebih tampan, lebih kaya dan lebih baik dari Oliver.

Balas dendam yang indah, pikirnya.

"Ogah" Tolak Mila.

Mila Anggia Purnama merupakan salah satu teman sesama kuliah Yuara yang lebih memilih menikah muda dan mengurus resort ayahnya, padahal ia bercita-cita menjadi wanita karir layaknya Yuara. Namun sayang, semua harus dipendamnya dalam-dalam. Kondisi ayahnya tidak terlalu baik, apalagi sekarang ia sudah dikaruniai seorang putra.
Pertama kali bertemu Yuara Weng, ia menilai Yuara orang yang angkuh dan sombong.

Namun ia langsung menyangkalnya setelah pertama kali berbicara dengannya. Apalagi setelah mengenal satu sama lain. Yuara benar-benar sangat mudah untuk di cintai, terlalu polos dan baik hati sehingga banyak orang malah memanfaatkannya.

"Lo yakin udah ngak apa-apa?" tanya Mila sekali lagi.

"Butuh bukti?" alis Yuara naik menantang "Mau beneran gue rusakin ini lantai" katanya.
Mila melihat gadis gila mulai menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

"Eh, jangan" cegah Mila. Ia tahu kekuatan Yuara untuk seorang wanita tidak main-main. Tumpukan bata saja hancur lebur ditangannya dengan mudah "Lantai mahal gue jangan dirusak. Butuh keringat tukang dan air mata gue buat bangun itu lantai"

"Kalo gitu, diem ato bantuin gue surgi!"

Waktu serasa mengejar Yuara Weng berkecepatan super duper cepat, sedang perkerjaannya terasa sangat lambat dan ada-ada saja halangan dan rintangan. Ketika ia akan mengemasi laptop, ternyata charger masih tercolok, membuat Yuara makin mengal. Ditariknya dengan paksa charger itu, lalu dilemparkannya laptop dan charger itu ke koper. Ia sudah gila, jika saja tidak tertinggal sedikit kewarasan tentu ia sudah mendekam di rumah sakit jiwa.

Astaga. Dalam hati tentu Ia merutuki diri yang bergerak lamban lebih lamban dari siput. Ia tidak punya banyak waktu sedang kesabarannya sudah mencapai ambang batas.

"Ya Tuhan. Beri hamba kesabaran" Dilempar saja sembarang barang-barangnya ke koper, sedang tangannya yang lain membabi buta memungut apapun yang bisa di raih.
Tapi yang sebenarnya terjadi, ia hanya berusaha meluapkan kemarahannya.

"Sabar dari Hongkong" sahut Mila.

"Sabar mah dari Jawa Barat" balas Yuara.

"Bekasi kali?"

Tidak berselang beberapa menit, Yuara sudah kembali berada di hadapan Mila dengan menarik koper dan masih menggunakan piyama garis-garis tentunya.

Hanya saja rambut singanya sudah disanggul rapi, mata merah bengkak tersembunyi sempurna dibalik kaca mata hitam besar, sedang piyamanya sudah terpasang rapi.
Tidak lupa ia menambahkan lipstik tipis di bibir penuhnya. Saat mata Mila melirik ke bawah, didapat seorang Yuara Weng sudah menggunakan heels hitam keluaran terbaru.

Tanpa pikir panjang lagi, Yuara langsung memeluk sahabat lamanya itu kuat dan cepat "Gue cabut" katanya lalu menyeret koper besarnya menuju pintu keluar.

"Anjir kebo, lo...Lo ngak mandi?" tanya Mila saat kesadarannya sudah mulai pulih.

Bagaimana...bagaimana ia bisa semodis itu dengan piyama?

✔HARDINESS (Dikhianati di Indonesia, Ditolak Di Korea) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang