Akhirnya, liburan semester kedua telah tiba! Aku pergi jalan-jalan dan merencanakan liburan bersama teman-temanku. Selama dua hari ini, aku bersama kelima sahabatku memikirkan rencana di tempat rahasia kami. Lebih menyenangkan lagi, dua minggu ini, aku engga bakalan ketemu sama The Sweet Shinning Girls. Asyiik....!
"Jadi, dua hari ini, kita mau kemana?" tanya Angel.
"Ke Ragunan, yuk!" ajak Cherry.
"Wait!!" seru Katy sambil menuju dapur. Tak lama, dia kembali dengan nampan merah yang berisi stoples kue kering rasa cokelat, sepiring brownies cokelat, serta enam gelas es jeruk.
"Engga enak kalau mengobrol tanpa cemilan," katanya sambil menaruh nampan itu di meja kayu berbentuk jamur yang besar.
Kami melanjutkan pembicaraan
"Masa, sih, dua hari hanya ke Ragunan?" omel Resty.
"Aha! Bagaimana kalau kita... Pssst....pssst....pssst....," kataku membisikan rencana kelima sahabatku. Mereka mengangguk.
"Setuju ....!" seru Angel, Queen, Cherry, Resty, dan Katy bersamaan.
Setelah sepakat, kami pun berjalan keluar dari taman.Sampai dirumah, aku segera mencari mama.
"Mama! Mama!" panggilku berteriak.
"Iya! Ada apa, Anita sayang?" tanya mama agak kaget.
"Mama, aku boleh, engga, jalan-jalan sama teman-teman ke puncak?" tanyaku.
"Hanya kamu dan teman-temanmu?" mama balik bertanya.
"Iya," jawabku sembari mengangguk.
"Tidak boleh! Kalian masih kelas tiga. Tidak boleh pergi jauh tanpa pengawasan orangtua. Pasti mama teman-temanmu melarangnya juga. Itu berbahaya!" nasihat mama.
"Tapi, Ma...." kataku lesu
"Kalau kalian mau tetap jalan-jalan, Mama harus ikut. Pasti mama teman-temanmu juga ikut!" kata mama memutuskan sembari pergi.
Aku kembali ke kamarku dengan kesal. Lebih baik, aku telepon teman-temanku dulu, ah! Gumamku sambil mengambil handphone merahku. Aku memencet nomor Angel."Halo, Angel!" sapaku di telepon
"Halo juga, Anita! Bagaimana? Apa kamu diizinkan?" jawab Angel sekaligus bertanya kepadaku.
"Aku, sih, dibolehkan kalau mama aku ikut. Aduh, pasti hanya mamaku yang ikut," kataku
"Mama kamu ikut? Mamaku juga memaksa untuk ikut. Alasannya berbahaya. Mungkin hanya kita berdua yang mamanya ikut," kata Angel sedih
"Sepertinya begitu," kataku "Eh, kamu sudah siap-siap?"
"Nih, aku lagi siap-siap" jawab Angel
"Kalau aku sih, belum. Aku malas mengerjakannya karena tahu mamakuakan ikut" jawabku lesu
"Sebenarnya, kamu niat pergi, engga sih? Kalau cuma karena ada mama kamu ikut, terus kamu jadi malas... Cancel saja, deh, kepergian kita," kata Angel marah. Aku kaget.
"Iya, deh! Iya! Kamh bawa baju apa saja?" tanyaku
"Banyak! pokoknya, siapkan sekarang kalau memang kamu niat ikut. Sudah dulu, ya!" kata Angel memutuskan pembicaraan di telepon.Aku menelepon Queen, Cherry, Resty, dan Katy dengan berurutan. Ternyata, mama mereka juga ikut. Aku jadi lega, deh! Soalnya, engga cuma aku dan Angel yang mamanya ikut.
Aku membereskan baju untuk pergi ke puncak. Aku, Angel, Queen, Cherry, Resty, dan Katy beserta mama-mama kami, rencananya pergi ke puncak menggunakan bis pariwisata.Keesokan harinya, kami bersiap pergi ke puncak. Di jalan, aku bercanda dengan sahabat-sahabatku. Kami bernyanyi bersama.
Bus sudah berada dijalan yamg berbelok-belok. Itu artinyasudah mau sampai ke tempat tujuan kami. Saat melewati pemakaman, aku melihat wajah mama tampak berkaca-kaca. Tak terasa, air mata mama jatuh.
"Mama? Kenapa mama menangis?" tanyaku bingung.
" Apa ada yang menurut mama tidak enak?"
"Eh, engga kok! Jawab mama sambil mengusap air matanya.
Aku terdiam hingga bus kami sampai di vila. Ya, kami sudah sampai di puncak. Udaranya sejuk sekali.Vila yang kami tempati ada enam kamar, kami langsung berebutan untuk mencari kamar yang bagus. Aku dan mama mendapat kamar yang kami inginkan. Kasurnya empuk, putih, halus, dan rapi. Ada AC, dan kipas angin. Sekarang keduannyatidak dinyalakan karena udara masih dingin. Ada jendela di bagian pojok kanan yang terbuka. Ada juga lemari cokelat besar di pojok kiri. Di samping kasur terdapat meja kecil dengan lampu tidur pink. Kamar mandinya terletak di samping kamar kami.
Vila ini dilengkapi dapur mini. Ada kompor, gelas, piring, oven, dan lain-lain. Di sebelah dapur adalah ruang makan. Meja makanya besar. Ada ruang santai dengansofa yang empuk dan televisi berukuran besar. Di luar vila ada taman kecil. Ada ayunan, perosotan, dan jungkat-jungkit. Sementara itu, di sekeliling vila terlihat pemandangan bukit hijau yang indah.
Setelah puas berkeliling, aku masuk kembali ke vila dam mencari mama. Tapi, mama tidak ada. Aku masuk ke kamar, ingin menyendiri.
Mengapa sih, mama selalu menyembunyikan apa pun dariku? Apa mama tidak percaya bahwa aku anak yang bisa dipercaya? Apa yang membuat mama tidak percaya kepadaku? Mengapa? Batinku sedih. Perlahan, air mataku menetes. Aku memikirkan rahasia yang mama sembunyikan dariku tentang ayah.
"Aku ingin bertemu Ayah. Hiks... Hiks... Hiks, " ujarku perlan sambil menangis kecil.
Tiba-tiba, aku mendengar suara panggilan lembut; suara mama.
"Anita... Anita sayang," panggil mama
"Ada apa?" tanyaku gusar
"Kok, kamu marah?" tanya mama lembut
"Tidak tahu!" jawabku kesal
"Ayolah, jawab mama!" kata mama memohon, masih dengan suara lembut.
"Pokoknya tidak tahu!" jawabku sambil berjalan keluar kamar.
"Sini, sayang. Mama pengin bicara!" kata mama.
"Apa?" aku menghentikan langkah kakiku.
"Kemarilah! Mama ingin membelaimu," kata mam.
"Sebenarnya, mama pengin bicara apa pengin membelai aku, sih?" aku menjadi gusar. Mama kaget.
" Apa yang membuatmu kesal pada mama?" tanya mama terisak.
"Hiks... Hiks... Hiks... Mama engga pernah menceritakan tentang ayah. Aku rindu ayah. Kenapa mama menyembunyikanya? Siapa nama ayah? Dimana ayah sekarang?" tangisku. Air mata menetes di pipiku.
"Nak, bukanya Mama tidak mau memberi tahu kamu. Tetapi, belum saatnya," kata mama sembari membelaiku.
Aku menghindar dan bergegas ke luar kamar. Aku sangat kesal.
Aku mengambil buku KKPK untuk menenangkan suasana hatiku. Aku mulai membacanya. Tak terasa, aku tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Mama (Tamat)
General FictionAnita kesal sekaligus sedih. Mamanya selalu menyembunyikan apa pun darinya. Selalu ada rahasia yang tak boleh diketahuinya. Bahkan rahasia tentang ayahnya yang belum pernah dijumpainya. Dengan dibantu oleh sahabat-sahabat baiknya, Anita berusaha men...