Annida mengeluarkan krim blueberry yang diambil lebih banyak dari krim lainnya. Dia menyemprotkannya ke sekeliling atas kue tar. Waaah ..... Sangat indah!
Annida mengambil cokelat batang, lalu mengambil ketiga krim lainnya. Dia menuliskan sesuatu di atas cokelat batang itu dengan krim. Tulisannya, "HAPPY BIRTHDAY, ANITA".
Annida meletakkan cokelat batang itu di atas kue tar. Kemudian, dia mengambil mesis, keju parut, dan cokelat parut. Annida menabutkannya di semua bagian atas kue tar. Terakhir, Annida menaruh ceri di sekelilingnya. Jadi, deh, kue tar buatan Annida.
"Nah, kue tar buatan Annida sudah jadi! Cantik, kan? Coba kalian baca tulisan di atas cokelat batang itu!" perintah Bu Adelia.
"HAPPY BIRHDAY, Anita!" jawab murid-murid kelad 3B kompak.
Aku senang dan tersanjung sekali.
"Nah, Annida, kue tar ini boleh untuk kamu dan teman-teman lainnya yang pengin kamu kasih!" kata Bu Adelia.
"Kue tar ini kuberikan kepada sahabat baikku, Anita, yang sedang berulang tahun hari ini. Sekalian untuk ucapan doanya. Semoga panjang umur, sehat selalu, menjadi anak yang salehah, berbakti kepada otangtua, dan menjadi tambah pintar. Aamiin," ucap Annida. "Satu lagi ... kalau kuennya engga enak, jangan menyesal, ya!"
"Hahaha ...," semua tertawa.
"Engga, kok! Aku engga akan menyesal apabila kue buatanmu engga enak. Tapi, aku yakin, pasti enak, deh! Terima kasih, ya!" kataku sambil memeluk Annida. Annida membalas pelukanku.
Kue tar buatan Annida disimpan untuk sementara. Pinky belum juga selesai membuat kue. Entah, dia akan membuat kue apa. Tiba-tiba ...
KRIIING ....!
Bunyi bel tanda istirahat berbunyi. Murid-murid kelas 3B kembali ke kelas. Pinky masih juga belum bisa menyelesaikan masaknnya. Jadi, Pinky dianggap tidak bisa memasak. Pinky sangat kecewa.
Saat dikelas, lampu tiba-tiba mati. Jendela dan pintu tertutup kencang. Kudengar seperti suara goresan spidol hitam di papan tulis. Kemudian tercium aroma kue. Samar-samar kulihat ada tumpukan kotak meja guru. Tiba-tiba ...."HAPPY BIRHTDAY, Anita ...!"
Lampu menyala terang. Di papan tulis terdapat tulisan, "HAPPY BIRTHDAY, Anita!". Kue tar yang dibuat Annida ada di meja guru . Tumpukan kotak yang mengelilingi kue tar, ternyata dilapisi bungkus kado.
"Waaah ...!" teriakku keget. Kupikir, mereka benar-benar tidak memberi kejutan untukkum
"Nah, ini masih kejutan kecil! Nanti, kami akan persiapkan yang lebih besar untukmu!" seru Cherry.
"Ya, betul!" timpal Angel, Queen, Resty, dan Katy bersamaan.
"A ... aku sangat se ... senang! Ka .. kalian semua sa ... sahabat ter ... terbaikku," isakku terharu.
"Semua kado itu dari teman-teman sekelas," kata Ghina.
"Sungguh kejutan yang istimewa!" kataku setengah keget.
Aku mengambil kantong plastik putih besar dan memasukkan semua kado mereka. Setelah itu, aku memakan kue tar buatan Annida.
"Bagaimana? Enak?" tanya Annida berharap.
"Sungguh enaaak ...!" jawabku sambil mengunyah kue tar Annida.
"Terima kasih," jawab Annida tersipu.
"Wah, engga enak, nih, makan sendiri! Yuk, kita makan kue bersama!" ajakku.
Semua senang sekali dan berebutan memakan kue tar. Kue buatan Annida sangatlah lezat.***
Pulang sekolah, aku langsung pulang ke rumah.
"Assalamualailum, Mama!" salamku.
Pintu dibuka. Mama membuka pintu dan kelihatan kaget. Di tanganku memang ada kantong plastik besar berisi kue tar dan banyak kado dari teman-teman.
"Kamu dikasih kejutan?" tanya mama. Aku mengangguk senang, lalu menyerahkan bungkusan kue tar ke tangan mama.
Aku masuk dan menaiki tangga menuju kamar. Setelah berganti baju, aku kembali menemui mama sambil membawa kantong plastik besar yang berisi kado. Kulihat, mama duduk di sofa sambil menonton televisi.
"Mama!" panggilku.
"Eh, Anita! Kamu membuat Mama terkejut saha," kata mama.
"Mama ... yuk, kita buka sama-sama kadonya!" kataku penuh semangat.
Aku membuka kado-kado dibantu mama. Ada yang memberi buku, baju, sandal, alat tulis, tas, aksesoris, boneka, buku diary, bingkai foto cantik, dan lain-lain. Tiba-tiba terdengar suara sahabat-sahabatku datang.
"Anita! Ini kami! Main, yuk!" kata mereka.
Aku menyimpan kembali isi kado itu dan membuang sampah bungkus kadonya. Kemudian, aku menemui sahabat-sahabatku.
"Ayo, kejutan ini sangat penting dalam hidupmu, deh!" tukas Angel. Aku hanya mengangguk.
Aku dan sahabat-sahabatku sampai di sebuah saung, tempat biasa yang sering kami tempati.
"Lebih baik di tempat rahasia kita saja!" usulku pelan.
Mereka tersenyum, kecuali Annida. Dia belum tahu.
"Tempat rahasia kalian? Di mana itu?" tanya Annida penasaran.
"Kamu belum tahu, sih! Tapi, janji, ya, jangan beri tahu siapa pun tentang tempat rahasia kita. Tempat itu khusus untuk kita," jelas Cherry. Annisa mengangguk.
Kami berjalan dengan sembunyi-sembunyi ke tempat rahasia kami. Sesampainya di sana, Annida terkagum-kagum. Setelah masuk dan duduk mengelilingi meja kayu berbentuk jamur, mereka mulai berbicara.
"Kami punya clue tentang rahasia mamamu, lho!" kata Queen.
"Oh, ya? Jadi kalian sudah tahu? Apa clue-nya? Ayo, dooong ...!" kataku tak sabar.
"Ih, sabar, dong!" omel Katy
"Clue-nya cukup banyak, sih! Untuk rahasia pertama, foto album kamu dengan ayah dan mamamu ada di tempat huruf L. Rahasia kedua, isi keranjangyang sering dibawa mamamu itu berhuruf B. Rahasia ketiga, isi kamar mamamu itu FA. Dan clue untuk rahasia terakhir adalah berhuruf P," jelas Angel.
Cukup! Cukup jelas semua clue itu.
"Jadi, kalian sudah tahu semua rahasia yang disembunyikan mamaku? Kenapa kalian tidak beri tahu aku? Dan atas izin siapa kalian memberi clue itu kepadaku? Aku, sih, senang-senang saja diberi clue," terangku panjang lebar.
"Mamamu sendiri yang meminta kami," jelas Resty.
Aku hanya menunduk. Begitu sedih rasanya.
"Tenang! Walaupun kami tahu yang sebenarnya, kami akan membantumu," jelas Queen menyemangatiku.
Aku tersenyum. "Terima kasih banyak!"SELAMAT MEMBACA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Mama (Tamat)
General FictionAnita kesal sekaligus sedih. Mamanya selalu menyembunyikan apa pun darinya. Selalu ada rahasia yang tak boleh diketahuinya. Bahkan rahasia tentang ayahnya yang belum pernah dijumpainya. Dengan dibantu oleh sahabat-sahabat baiknya, Anita berusaha men...