-9-

11 2 0
                                    

Dulu, setiap selesai melihat status WA teman yang sedang jalan-jalan atau rekreasi bareng, aku suka iri. Pertanyaan seperti, "kapan ya bisa jalan-jalan kaya mereka?" Atau "aku yang orang sini malah gak sempet kesana..." sering terlintas.

Hal itu terus berlangsung sampai akhirnya aku nekat, yaah, bukan hal besar. Hanya sekedar ikut acara kampus sampai maghrib dan itupun ditegur. Hati sempat senang dan berjanji pada teman untuk datang ke sesi kedua acara itu setelah jam 7 malam nanti, tapi gagal juga karena wejangan dan segala macam teguran dari orang rumah.

Aku bukan orang rumahan sejati, yang hanya datang ke kampus untuk belajar lalu pulang ke rumah. Aku juga ingin bebas pergi, tapi nyatanya sulit.

Tapi aku sadar, mereka mungkin juga iri padaku yang selalu bisa berkumpul dengan keluarga, bisa makan masakan rumah setiap hari, dan menikmati kasih sayang secara langsung dari keluarga. Aku iri pada mereka, dan mereka mungkin juga iri padaku.

Kemudian satu minggu ujian kemarin menyadarkanku untuk bersyukur. Karena saat-saat itu, aku sedang sering-sering nya mampir lama di kos temen. Melihat sendiri bagaimana senggangnya mereka membuatku berpikir.

Bagaimana jika aku akhirnya seperti mereka? Ya, aku akan lebih punya banyak waktu luang, punya ruang privasi untuk diriku sendiri. Juga bisa mati bosan mungkin.

Dan akhirnya kusimpulkan, aku harusnya lebih bersyukur, karena bisa mendapatkan banyak hal.

Dan aku bersyukur.

Bukan berarti aku ingin menyombongkan keadaanku, karena kenyataannya, orang yang tinggal berjauhan dari keluarga akan jadi lebih dewasa. Dan aku juga sadar, pemikiranku hanya karena satu hal, yaitu mengenai waktu luang.

Memang ada prosesnya sampai aku benar-benar memahami maksudnya. Pengalaman memang guru yang terbaik.

Untuk orang-orang yang mengalami hal sepertiku, syukuri apa yang kalian miliki saat ini.

Manusia saling iri dengan sesamanya untuk hal-hal yang tidak mereka miliki. Padahal, tidak ada yang sempurna. Untuk bisa membuat mereka bersyukur pun ada prosesnya. Hidup lebih berwarna ketika mau memahaminya, bung!

Waktu tidak pernah menunggumu untuk memahami makna hidup, tapi waktu selalu mendampingi setiap langkahmu untuk memahami.

Buang jauh-jauh pikiran untuk mengulang waktu, karena untuk saat ini, jelas tidak mungkin. Cukup terima konsekuensinya dan hadapi. Jika tidak bisa menerima, ubahlah, perbaiki sampai seperti keinginanmu. Atau, ubah dirimu, agar bisa menerima. Ini tentang pilihan.

Selamat malam,
Selasa, 25 Desember 2018
Pukul 20:19 wib.

Potongan Abstrak Sang AmatirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang