"Vie, gak siaran lo?" Ulan melongokkan kepalanya ke kamar Ovie yang terbuka. Si empunya kamar melirik lalu kembali menekuri buku yang sedang dibacanya.
"Udah tadi pagi kan, kenapa gitu ?"
"Kirain ikut ngeliput acara pemilihan model remaja gitu di Studio East, radio lo ikutan jadi salah satu sponsor, tadi gue denger siaran si Penyu sih."
"Oh acara itu, lo mau datang? Gue masih ada sisa tiket sih." Ovie menggapai sisi meja disamping tempat tidurnya menarik tiket yang tergeletak.
"Wah, boleeehh kalo gitu mah, tapi lo ikut ya?" seru Ulan antusias.
"No, lo aja, bukan mainan gue tempat begitu sih."
"Aiissh, makanya mumpung bareng gue, jadi gue juga gak keliatan katro banget ke tempat begitu, ayolah temenin, kita refreshing. Kali nemu yang segar disana, daripada kentara banget diam di kosan jadi jomblo." Ulan penuh semangat menarik tubuh mungil Ovie agar mau beranjak.
"Ah, rese lo mah gak bisa lihat orang nyantai. Iye, gue temenin, awas aja ya lo kebablasan." Ovie menyerah walau enggan, sementara Ulan bersorak senang .
Hingar bingar klub malam terdengar memekakkan telinga. Kedua cewek yang jenuh di kosan itu kini berada di tengah kebisingan band tamu yang sedang mengisi break sebelum memasuki sesi final pemilihan model itu. Ovie menarik tangan Ulan agar pindah ke arah bar yang lebih lengang.
"Vie, banyak banget cowok ganteng disini ya." Mata Ulan terus jelalatan.
"Ah lo tuh semua cowok dibilang ganteng."
"Beneran Vie, apalagi itu, yang duduk di pojok bar tuh, ada tiga. Eh dia lihat kesini, eh dia melambai ke gue." Ulan gelagapan. Ovie yang membelakangi para cowok yang dimaksud Ulan otomatis memutar tubuhnya agar bisa melihat dengan jelas siapa yang masuk kriteria ganteng versi teman kosannya itu. Kedua mata indah Ovie membelalak, begitupun tiga cowok yang melihatnya. Menggelengkan kepala sambil tersenyum sinis, Ovie melangkah mendekati mereka. Ulan sibuk mengekor sambil sesekali mengibaskan rambutnya persis model iklan shampoo.
"Ovie, tumben lo datang ke acara ginian, biasanya lo nolak kalo ada job malam." Penyu tampak gugup.
"Gak salah lo Vie?" Coki sibuk mengusap tengkuknya sambil celingukan.
"Lho, mereka penyiar ZODA ya Vie?" Ulan yang sedari tadi mengamati interaksi mereka kini buka suara dengan tatapan tak percaya.
"Hemhem...itu Penyu yang suaranya lo doyan, yang celingukan Coki, yang sok sibuk minum itu Boy, berarti harusnya ada satu orang lagi..." ucapan Ovie terputus mendengar suara di belakangnya.
"Hai dudes, kalian dapat kenalan juga? Wah kirain gue doang yang bakal senang-senang malam ini." Senyum yang mengembang di wajah tengil Acka perlahan mengerucut melihat reaksi ketiga temannya, terutama Boy yang menggelengkan kepalanya cukup jelas dan Penyu yang menutup wajah dengan sebelah tangannya.
"Hei wazzap, ko malah pada diam?" pertanyaan sang Don Juan mendapatkan jawaban dari berputarnya cewek yang berdiri di depannya. Sontak Acka melepaskan rangkulannya pada cewek tinggi seksi semampai di sebelahnya.
"Ovie?!"
"Acka?" Ulan berteriak kaget sementara penyiar magang yang berdiri di sebelahnya tersenyum sinis.
"Acka's typical, huh?"
"I can explain, ini gak seperti yang lo pikir Vie."
"Maksud lo gue cuma calon korban sesaat lo?" cewek seksi sebelah Acka berteriak sengit.
"Eh tunggu, ini..." belum beres Acka bicara, Ovie sudah menarik tangan Ulan untuk kesekian kalinya, kali ini menyeretnya untuk pulang.
Si cewek seksi menampar pipi Acka sebelum beringsut meninggalkannya. Trio kadal di depannya hanya saling menatap sampai Penyu buka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARUHAN -- (TAMAT)
ChickLitAcka,penyiar playboy yang terlibat pertaruhan demi Ovie, seorang penyiar magang dan harus berhasil dalam waktu tiga bulan. Mudahkah Ovie terjerat ? Atau Acka yang akhirnya bertekuk lutut?