Ada yang berbeda pagi itu di ruang siaran. Acka harusnya on air satu jam lagi, tapi ia sudah duduk manis di mejanya sambil bersiul mengikuti lagu 'I Swear' nya All 4 1 yang mengalun dari ponselnya. Penyu yang melewati meja Acka sambil membawa setumpuk berkas menoleh penuh tanda tanya.
"Kesambet apaan lo, man? Gak demam kan?" Penyu menghampiri menggetok kepala sang playboy dengan berkas yang dibawanya.
"Anjrit nyeri maneh! Naon sih ganggu wae! Kaditu ih!" Acka mengelus kepalanya sambil berusaha mengusir salah satu kadal yang tanpa permisi duduk di mejanya.
"Ha! Kalau lo sampai dengarin lagu romantis begitu, gue mencium aroma kekalahan disini. Lo udah terjebak pesona gadis itu kan?! Ayo ngaku! Gue mah senang-senang aja kalau lo ternyata tobat. Berarti lo kudu mengalihkan gelar Don Juan itu man, dan siap-siap menguras tabungan lo! 'Tar lagi deadline! huahahaha!!!" tawa kadal gadungan itu membahana bergegas pergi ke toilet, meninggalkan perubahan ekspresi di pahatan wajah tampannya Acka.
Pemilik mata tajam dan hidung mancung itu menyandarkan bobot tubuhnya di kursi sembari menopangkan tangannya di belakang kepala. Kata-kata si pengusul taruhan tadi masih terngiang di telinganya, mempengaruhi moodnya.
Pintu lobi membuka, Ovie masuk dengan langkah ringan. Sesaat pandangan keduanya bertemu. Acka otomatis mengembangkan senyum selebar mungkin, namun mengerucut lagi begitu mendengar suara Mas Gun di belakangnya.
"Acka, Ovie, sini sebentar!" sepupu merangkap bosnya itu memanggil kedua penyiar itu masuk ke ruang kerjanya.
"Ovie, lo gak usah siaran hari ini, ikut gue ke perusahaan provider hp itu yang kemarin ya, mereka mau jadi sponsor utama kalo lo yang bakal jadi hostnya di acara festival musik nanti!" titah bos radio itu. Ovie mengangguk mengikuti bosnya, matanya mengerling ke arah cowok yang lagi melongo kecewa itu.
"Eh mas, 'tu partner siaran gue jangan maen samber aja 'napa? Ini bentar lagi mau on air woy!" cegah Acka bangkit dari duduknya.
"Ah, udah lo handle aja, dua minggu lagi juga lo balik siaran sore sendiri, acara pagi dipegang Tom lagi. Ovie kan udah gak magang lagi, memang dia belum bilang sama lo?" Mas Gun curiga dengan nada keberatan Acka.
"Terus kalau udah gak magang lagi kenapa gak direkrut aja jadi penyiar tetap sih mas? Kerjanya gak becus ya?" Acka mencoba menahan kepergian keduanya.
"Sembarangan! Dia kan lagi skripsi, gimana sih partnernya masa gak tahu? Atau gak rela dia mudik? Gak mau ditinggalin ya? Sok roman lo buaya! Udah ah, ngapain juga gue ladenin omongan lo disaat gue ngejar waktu kaya gini! Kupret lo! Ayo Vie, jangan peduliin dia." Ovie terkikik mendengar ocehan sang empunya ZODA dan bergegas mengikutinya keluar sambil melambaikan tangan penuh arti ke arah Acka.
"Shit!!" maki penyiar playboy itu kesal karena kata-kata sepupunya yang 100% gak salah.
"Ka, on air in 5!" seru Matt dari balik pintu studio. Acka melangkah gontai menuju ruang siaran, berbanding terbalik dengan sikapnya yang tadi sumringah. Coki dan Boy yang baru masuk lobi saling pandang melihat Acka kusut macam itu, Penyu yang ada di kubikel beda empat meja sama Acka memberi kode pada teman-temannya untuk mendekat.
"Kenapa 'tu bocah? Kenapa dia masuk ruang siaran sendiri? Perasaan tadi ada Ovie." tanya Coki menyeruput kopi di meja Penyu.
"Barusan diajak Mas Gun keluar, kayaknya ketemuan sama klien. Makanya partnernya lesu begitu." Jawab Boy melongokkan kepala dari kubikelnya.
"Guys, abis dari toilet tadi, gue nguping si bos lagi ngomongin masalah kerja magangnya Ovie mau selesai, dan si Acka berusaha membujuk mas Gun untuk rekrut Ovie jadi karyawan tetap gitu." Jelas Penyu berbisik.
"Ngapain si Acka kayak gitu, bagus kan Ovie pergi, jadi begitu taruhan selesai, mereka juga bisa putus dengan alasan long distance kan." Coki mengernyit tidak paham dengan tindakan Acka.
"Sepertinya Acka mulai ada hati dengan gadis magang itu. Dua minggu lagi kita kaya, bro!" bisik Penyu tersenyum lebar mengibaskan tangan seolah memegang segepok uang.
"Cassanova kita K.O? Dia benaran merelakan uang demi seorang cewek??" Boy melotot gak percaya.
"Don Juan kita bertekuk lutut juga akhirnya." Penyu mengangguk. Mereka bertiga berpandangan dan diakhiri ketawa serempak melihat Acka yang sedang siaran tanpa semangat dari kaca pembatas studio.
"Apaaa?? 8 hari?!" pekik Acka tertahan di tengah riuhnya pengunjung yang sedang makan malam di warung tenda seafood di kawasan jalan Cilaki.
"Sstt...gak usah heboh dong Ka. Iya gue pulang dulu sebelum nanti jadi host festival musik." Ovie mengangguk dan terlihat antusias menerima piring pesanannya yang mengepulkan asap panas dan aroma menggoda.
"Disaat hari-hari terakhir lo di Bandung kok malah ke Surabaya sih?" Acka meneguk habis es teh manisnya sebagai pelampiasan akan ketidaksiapan mendengar pernyataan bahwa Ovie izin ke Mas Gun untuk pulang selama delapan hari ke kota asalnya.
"Beresin tugas Ka, dosennya mau umrah, gue kudu ngejar dia, kalo gak gue bakal molor sidang." Ovie menjawab sambil memberikan piring berisi kepiting pesanan Acka dan sibuk konsentrasi menguliti udang saus padang di piringnya.
"Gue ikut ya?!"
"Ih, apaaan sih Acka! Lo kan punya tanggung jawab disini. Kerja yang benar. Beresin juga itu kuliah. Kalau lo recokin gue yang ada gue gak mood beresin skripsinya, tega deh."
"Terus kita gimana?" kepiting saus tiram yang masih seonggok besar belum tersentuh sudah tak menarik minat Acka.
"Siapa yang ngeyakinin kalo jarak bukan masalah? Anggap aja latihan Ka." Ovie sibuk menjilat jarinya yang berlumuran saus dengan cueknya.
"Ini anak, diajak ngomong serius malah peduli sama saus." gerutu cowok di depannya.
"Ini enak banget Ka!" kekeh si penyiar magang memasang wajah polos.
"Don't trust me? How about you when in Jakarta last two weeks? Did you knew how was my feeling? Don't worry, it's not a revenge, just a coincidence situation." lanjut Ovie menatap dalam retina coklat gelap si rahang kokoh yang terlihat gelisah itu.
"Nothing happened in Jakarta, Vie." sedikit gugup Acka menjawab sembari mencuil kepitingnya, teringat kehadiran si gadis SPG dan cewek gila di kereta waktu itu. Ovie hanya mengangguk konsentrasi pada sisa udangnya.
Cassanova cap buaya darat itu tampak resah. Pikirannya kembali terbelah antara uang atau hati. Harusnya dengan kondisi seperti ini, urusan memenangkan taruhan jadi lebih mudah karena toh gadis itu sudah menyuruhnya untuk realistis, namun entah bisikan darimana yang menggerakkan hatinya untuk melupakan sejumlah nominal yang ditawarkan trio kadal itu dan tidak melepaskan cewek mungil yang sibuk makan udang di depannya ini.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
TARUHAN -- (TAMAT)
ChickLitAcka,penyiar playboy yang terlibat pertaruhan demi Ovie, seorang penyiar magang dan harus berhasil dalam waktu tiga bulan. Mudahkah Ovie terjerat ? Atau Acka yang akhirnya bertekuk lutut?