8

533 28 0
                                    

"Shit! Shit! Shit!" maki Acka pada hape digenggamannya. 10 kali mencoba menghubungi nomor Ovie, sebanyak itu pula suara rekaman dari providernya menggema, 'Anda terhubung dengan layanan voicemail'. Dari jam satu siang sampai jam tiga Ovie sukses membuat Acka kelimpungan. Perjalanan Acka menuju stasiun Gambir diwarnai ketar ketir hati yang gak jelas. Dicobanya lagi kesebelas kalinya berharap si 'Veronica' berubah.

"Halo?" suara cowok menjawab telepon Acka.

"Eh, ini...nomor Ovie kan ?" nada cemburu muncul di suara Acka yang ngebass.

"Iya, dia lagi di toilet." Jawab cowok itu santai.

"Lo siapa?" tanya Acka lagi mencoba tenang.

"Hush siniin deh teleponnya, iseng banget sih.." suara Ovie mengambil alih ponsel.

"Ovie? Lo lagi dimana? Siapa itu? Kenapa susah banget dihubungi?" tanya Acka bertubi-tubi.

"Hai Ka! Kemana aja sih, sibuk banget ya?" suara Ovie riang tanpa tahu muka merah padam dan deru napas Acka yang sibuk naik turun.

"Kenapa jadi balik nanya? Pertanyaan gue belum dijawab Vie!"

"Calm down, gue lagi di kafe, baru beres shift mau pulang, kebetulan ada Bobby jadi sekalian nebeng dan daritadi gak pegang hape karena di kafe baru ada event, gue sibuk Ka, udah jelas?" jawab Ovie.

"Hmmm."

"Kok gitu doang? Tadi nyerocos nanyanya kaya orang panik, sekarang malah ham hem. Ada apa Acka?" tanya Ovie bernada manja.

"Gue kira ada sesuatu yang buruk terjadi sama lo karena gak angkat telepon, sekalinya diangkat eh malah suara cowok." Dengus Acka sebal.

"I'm fine Ka, lagipula itu cuma Bobby, teman gue yang waktu itu nolongin, gak ada apa-apa."

"Dia itu cowok Vie, gak mungkin gak ada apa-apa ." Acka makin jengkel.

"Hei Acka, what happened? Bilang yang jelas, jangan marah tanpa alasan kaya gitu." Ovie melembutkan suaranya meredam emosi Acka.

"Gue...well...I'm jealous ok!" terdengar hembusan napas panjang Acka.

"Eh, kenapa Ka?" Ovie jadi gelagapan.

"Gue kangen Vie, sore ini gue pulang naik kereta, Mas Gun nyuruh gantiin Penyu acara nanti malam, kita ketemu disana ya, ok? Gue udah sampai stasiun, gue kabarin kalo udah di Bandung ya, bye Vie." Dalam satu tarikan napas Acka mengucapkan satu kata yang tabu diucapkannya selama menggaet cewek, terselubung diantara kalimat pemberitahuan yang baru saja dilontarkannya tanpa memberi kesempatan pada Ovie untuk membalasnya. Acka kaget sendiri dengan kata ajaib tadi.

Menenteng ransel merah andalannya, Acka bergegas turun dari taksi, masuk stasiun menuju peron, menunggu kereta tujuan Bandung yang sebentar lagi tiba. Sabtu sore seperti ini stasiun penuh oleh perantau Bandung yang bekerja di ibukota dan memanfaatkan akhir minggu ini untuk kembali ke kota halamannya. Acka mencari kursi kosong saat punggungnya terdorong dan terdengar pekikan.

"Aduh, tumpah!" seru seorang cewek cantik full makeup, berbalut tanktop putih yang terlihat kekecilan hingga menonjolkan belahan dadanya dan celana jeans hotpants yang memamerkan paha putih mulusnya itu memasang ekspresi menyesal karena telah membasahi baju bagian punggung Acka plus kesal karena tanktop bagian dadanya ikut basah terkena softdrink yang dibawanya. Sekilas terlihat bayangan bra pink dari baju yang basah itu.

"Sorry ya mas bajunya basah, tapi salah mas juga sih berhenti tiba-tiba, baju gue juga jadi basah kan." Cewek itu mengeluarkan tisu dan langsung mengelap baju Acka, dilanjut mengelap bajunya sendiri dengan tindakan agak provokatif di bagian dadanya. Melihat adegan itu Acka sedikit membelalakkan matanya dan menggeleng pelan.

"Udah, gapapa. Sorry juga udah bikin minuman lo tumpah. Tunggu bentar." Acka meninggalkan si cewek begitu saja. Cewek itu merengut karena Acka tiba-tiba meninggalkannya dengan baju basah.

10 menit kemudian Acka kembali ke tempat itu dimana si cewek untungnya masih ada disitu.

"Ini gue ganti minumannya dan pake kaos ini, ini baru kok, baju lo lebih basah." Kata Acka menyodorkan segelas minuman dan kaos yang baru dibelinya di toko oleh-oleh di depan stasiun.

"Thanks handsome." Cewek seksi itu tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya, menerima pemberian Acka dan melenggang menuju toilet. Acka hanya tersenyum enggan dan langsung terbersit wajah manis Ovie.

"Untung Ovie gak dandan kaya gitu, bisa mual gue." Batin Acka

"Eh, kenapa bandingin sama Ovie? Kenapa juga gue jadi malas lihat yang bohay gitu?" lanjutnya terkaget dengan pikirannya sendiri.

Lamunannya terputus mendengar suara klakson kereta yang baru datang. Acka bersiap masuk. Setelah menunggu 10 menit akhirnya Acka sudah duduk manis di dalam kereta. Saat kereta perlahan melaju, cowok bertopi itu memakai kacamata hitamnya dan bersiap tidur.

"Halo handsome." Tegur suara serak seksi yang tiba-tiba duduk di kursi kosong sampingnya. Acka terkejut dan membuka kacamata hitamnya. Cewek yang bajunya basah tadi. Sudah berganti dengan kaos pemberian Acka yang entah bagaimana caranya dibuat menjadi superslimfit yang lagi-lagi menonjolkan kebesaran bukit kembarnya.

"Ow, kita satu gerbong dan satu kursi rupanya." Acka senyum, mengangguk demi kesopanan.

"Well, segerbong sih iya, cuma kalau masalah kursi, gue sebenarnya duduk di belakang sana, karena lihat lo dan kursi sebelah lo kosong gue pengen aja pindah kesini, boleh?" tanyanya menggoda. Acka lagi-lagi hanya senyum dan memberi gestur mempersilakan.

"Gue Yola." Sahut gadis itu memperkenalkan diri mengulurkan tangannya.

"Acka." Jawab cowok bertopi itu menyambut uluran tangan Yola. Gadis itu menggenggam tangan Acka lama, dan mengelus punggung tangan Acka dengan tangan satunya lagi secara menggoda.

"Tangan yang kuat dan jantan." Goda Yola. Acka tersentak dengan keagresifan gadis itu. Disentaknya pelan genggaman keduanya. Acka malas menanggapi dan kembali memakai kacamata hitamnya bersiap menghindar dengan jurus tidur.

Matanya baru terpejam dua menit dan dirasa ada yang menelusuri pahanya. Acka membuka mata dan mengernyit melihat kelakuan Yola dengan wajah menggoda dan jemari yang terus membelai paha Acka. Serta merta cowok itu menangkap tangan Yola dan mengibasnya menjauh.

"What are you doing?" tanya Acka sinis.

"Jangan jaim dong handsome." Yola mendekat dan berbisik lirih di telinga Acka. Cowok itu makin jengah.

"Maksud lo apa sih?"

"Gue tahu siapa lo. Gue lihat lo di PRJ sama Myrtha, Dia bilang lo hot dan memuaskan. Gak sangka kita satu kereta, so gue pengen buktiin omongan Myrtha, apa lo sebagus itu." Jelas Yola santai sambil menyilangkan kakinya yang makin memperlihatkan paha mulusnya.

"Owh, teman lo ngaco!"

"Hoo, dia kalo rekomendasi cowok pasti gak pernah salah. C'mon Ka, just gimme a try. It's ok for free trial." Kedipan nakal plus usapan di paha Acka membuat cowok itu meradang. Ditepisnya jemari berkuteks merah itu, ditatapnya tajam mata berhias bulu mata palsu nan panjang itu sambil berkata tegas.

"Sorry, rekomendasi teman lo udah expired, mending lo pindah dari sini sebelum gue bikin malu lo, sekarang juga!"

"Lo nolak gue Ka? Gengsi amat sih, lo juga belum ada cewek kan? Apa ruginya? Kita sama-sama enak ko." Lanjut Yola gak mau menyerah.

"Gue punya cewek."

"Ah palingan juga gak beda jauh kaya gue atau Myrtha, hanya sesaat."

"Jaga omongan lo ya! Gue cinta sama dia, bukan mainan macam kalian. Sekali lagi gue bilang, pindah atau terima malu?!" ucapan Acka meninggi. Wajah Yola merah menahan kesal lalu bergegas meninggalkan kursi sebelah Acka. Penyiar berkacamata hitam itu menghela napas kasar dan membuang pandangannya ke jendela,menatap barisan pohon yang makin mengecil seiring laju kencang keretanya.

"Cinta? Benarkah yang baru aja gue bilang? Kenapa disaat gue sayang sama satu cewek, rentetan masa lalu bejat gue muncul sih?" kembali Acka berperang batin. Acka makin gak sabar ingin menemui Ovie.

*

TARUHAN -- (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang