Kembali ke kenyataan.
Acara festival musik indie sekaligus pesta perpisahan Ovie dengan ZODA berlangsung cukup seru sampai sesi pengakuan Acka yang tersendat-sendat dan di skak mat oleh Ovie.
"Putus?!" sambar Ovie tiba-tiba. Penyu yang paling serius menguping langsung tersedak karena mendengar kata-kata Ovie.
"Hah?" Acka melepaskan tiba-tiba genggamannya.
"Kenapa berpikir begitu? Gue mau bilang..." ucapan Acka kembali terputus.
"Malam ini keputusannya kan? Lo akan dapat banyak uang dengan mutusin gue kan Ka?" raut muka Ovie berubah dingin dengan tatapan mata tajam dan seringai menakutkan. Acka mengernyit, bola matanya membesar dan keringat dingin membasahi telapak tangannya.
"Vie, jangan ngelindur deh. Apa-apaan sih?" Acka tertawa gugup menarik kesepuluh jari tangannya dan mengelapnya celananya.
"Sudahlah, gak usah pura-pura lagi. Gue tahu...semua...permainan kalian!!!" Ovie lamat-lamat mengucapkan semua kata-katanya dengan penuh penegasan, melirik pada meja trio kadal. Acka tercengang. Boy terbatuk saat suapan terakhirnya, Coki dan Penyu saling sikut dengan perasaan bersalah. Mulut Acka menganga dan hanya bisa diam mematung mendengar apa yang gadis itu ucapkan dengan nada pelan, dalam, menancap, namun tetap dengan gaya elegan.
"Tunggu Vie, ini...." lagi-lagi kata-kata Acka diserobot.
"Ingat Tasya?" pertanyaan pamungkas Ovie sembari membuka tasnya mengeluarkan dua lembar foto dan diacungkan tepat ke depan hidung mancung Acka. Foto sebuah makam dengan batu nisan bernamakan Tasya Khairani dan foto Ovie berangkulan tertawa lepas dengan Tasya.
"Ini...Tasya yang...dia meninggal? Kenapa? Lo kenal dia Vie? Kalian berteman?" Acka tergagap tak menyangka ada hubungan antara Tasya dan Ovie.
Penyiar magang yang telah berakhir masa magangnya itu mengambil diary Tasya dari tasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Acka.
"Apa ini?" raut wajah bingung masih membayangi Acka. Diambilnya diary itu dan dengan gusar dibukanya halaman per halaman sampai berhenti di lembar dengan tulisan acak-acakan dan banyak coretan. Acka membaca dengan emosi campur aduk. Pelipisnya berkeringat, degup jantungnya mulai berpacu.
"Kenapa ada buku seperti ini?" Acka mulai kalut, ia ingat sosok gadis yang pernah menjadi korban taruhannya dulu. Gadis yang ia tinggalkan setelah ia lecehkan di parkiran.
"Sudah ingat sekarang?" suara Ovie meninggi.
"Dengar Vie, itu masa lalu, dia...."
"Dia kakak gue satu-satunya! Dasar cowok brengsek!!" Ovie menampar wajah tampan Acka sekeras yang ia bisa. Cowok itu tidak mengelak, ia terkesiap mengetahui hubungan kakak adik antara kedua gadis itu. Mata tajamnya kini hanya bisa menatap Ovie sendu. Teriakan cukup histeris Ovie membangkitkan minat kepenasaran karyawan ZODA lainnya termasuk Mas Gun yang langsung menghampiri meja Acka namun dicegah oleh Penyu dengan kode gelengan.
"Masa depan dia hilang! Gara-gara kemesuman elo! Tega ya menjadikan hati sebagai alat taruhan konyol dengan uang gak seberapa! Mental dia hancur dan dia mengakhiri hidupnya dengan tragis ditabrak mobil. Secara gak langsung lo udah ngebunuh kakak gue! Semua gara-gara lo Acka!!" suaranya makin melengking berselingan dengan air mata yang deras mengalir.
"Gue tahu nama lo dari diary Tasya dan gue mulai mencari lo untuk balas dendam. Beruntungnya ZODA mencari anak magang dan gue berhasil masuk. Rencana gue makin lancar saat gue dengar sendiri soal taruhan itu. Gue ikutin alur permainan lo dan bikin lo percaya bahwa gue udah jatuh ke pesona lo. Thanks to Bobby, Myrtha, dan Yola, semua teman kakak gue yang udah rela bantuin gue buat misi ini." seringai Ovie sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARUHAN -- (TAMAT)
ChickLitAcka,penyiar playboy yang terlibat pertaruhan demi Ovie, seorang penyiar magang dan harus berhasil dalam waktu tiga bulan. Mudahkah Ovie terjerat ? Atau Acka yang akhirnya bertekuk lutut?