Setelah melaksanakan salat ashar Ranti bergegas bersiap-siap untuk mengikuti kajian bersama Rendra di salah satu masjid yang letaknya dekat dengan Mall. Jadi, setelah kajian dia akan langsung malam mingguan bersama kakak tercinta.
"Dek udah siap belum?" Rendra sudah memanaskan motor Vespanya yang satu minggu lalu sudah selesai diservis jadi tidak akan mogok lagi.
"Sebentar A." Ranti menggunakan bedak bayi, setelah itu memakai kerudung berwarna biru senada dengan gamis yang sore ini dia gunakan. Sebelum keluar kamar untuk kesekian kalinya dia kembali bercermin. Memastikan kalau penampilannya tidak berlebihan.
"Ma, Pa, Ranti pergi dulu yah. Assalamualaikum." Ranti mencium punggung tangan kanan Mama dan Papanya.
"Waalaikumsalam. Jangan malem-malem pulangnya," ucap Mama mengingatkan.
"Siap, Ma."
Di halaman rumah Rendra sudah duduk di atas Vespanya. Dia menyodorkan helm berwarna kuning kepada Ranti. Ranti langsung mengenakan helm tersebut.
"Dek gamisnya angkat. Jangan sampai nyapu jalan."
"Iya, ngerti." Ranti mengangkat gamisnya tinggi-tinggi, hingga celana kulot gombrang yang dia kenakan sebagai dalaman terlihat. Kata Mama, hal itu tidak apa-apa yang terpenting auratnya tetap tertutup dan bentuk kaki jenjangnya tidak terlihat jelas.
***
Hanya butuh waktu kurang dari 30 menit untuk sampai ke tempat kajian. Sesampainya ke tempat kajian Ranti langsung masuk ke tempat yang memang disediakan untuk akhwat, sedangkan Rendra mencari keberadaan Ilham yang katanya sudah menunggunya di parkiran. Kemarin Rendra memberitahu Ilham kalau dia akan ikut kajian sore ini dan Ilham pun meminta untuk ikut.
"Otak gue butuh siraman rohani, Kak. Boleh kan ikut?" Itulah yang Ilham katakan. Padahal niatnya ikut kajian karena agar dapat bertemu dengan Ranti.
Setelah menemukan Ilham di parkiran Rendra langsung mengajak Ilham untuk masuk ke masjid.
"Ranti mana, Kak?" tanya Ilham. Matanya mencari keberadaan Ranti. "Nggak ikut bukan?"
"Iya, nggak ikut," jawab Rendra hendak mengerjai Ilham. Rendra sangat tahu kalau Ilham memiliki ketertarikan pada Ranti hal itu terlihat jelas dari cara Ilham memandang Ranti.
"Kenapa?"
"Katanya males keluar rumah. Mau ikut kajiannya dari rumah aja."
"Emangnya bisa?"
"Bisalah soalnya kan kajiannya disiarin langsung di YouTube."
"Oh," hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir Ilham, yang tentunya merasa begitu kecewa.
Dan Rendra merangkai kata maaf kepada Allah karena telah membohongi Ilham. Dia hanya ingin tahu, tetapkah Ilham melanjutkan niatnya untuk ikut kajian meskipun Ranti tidak ikut atau malah memilih untuk pulang. Namun ternyata Ilham tetap memilih untuk mengikuti kajian hingga kajian berakhir walaupun selama kajian dia tidak bisa berhenti menguap dan bermain ponsel. Berselancar di sosial media.
"Am, sebelum pulang gue mau makan dulu. Lo mau ikut nggak?"
Ilham sudah hendak mengatakan tidak, namun urung saat retina matanya menatap sosok Ranti yang tengah duduk di teras masjid yang diperuntukkan untuk akhwat sambil memangku kucing berwarna putih.
Senyuman menghiasi wajah Ranti saat dia sadar kalau Rendra dan Ilham sudah keluar dari masjid. Dia melepaskan kucing yang sedari tadi dia pangku sebelum beranjak dari duduknya untuk menghampiri Rendra dan Ilham.
"Jadi kan kita makan?" Tanya Ranti pada Rendra, mengabaikan tatapan Ilham yang masih terlihat kebingungan.
"Jadi dong. Gimana, Am. Lo mau nggak ikut makan bareng kita?"
"Kok ada Ranti sih?" Ilham balik bertanya pada Rendra. "Bukannya kata lo Ranti nggak ikut?"
"Nanti gue jelasin."
"Kenapa sih?" Ranti menatap Rendra dan Ilham bergantian. Bingung dengan arah pembicaraan kedua laki-laki tersebut.
"Nggak apa-apa. Ayo dek, kita makan!"
Ranti mengangguk. Dia menggandeng tangan Rendra. Dan berceloteh panjang lebar tentang tema kajian yang tadi diterangkan.
"Ayo, Am. Ngapain lo bengong disitu?" Tegur Rendra.
Ilham menarik napas dalam-dalam, sebelum mengikuti langkah Rendra dan Ranti yang terlihat seperti pasangan kekasih daripada kakak beradik. Ilham yakin, orang yang melihat mereka pasti berpikiran kalau Ranti dan Rendra adalah sepasang kekasih yang sangat serasi, satu terlihat cantik dengan gamis berwarna biru laut, sedangkan satunya lagi terlihat tampan dengan baju koko berwarna putih yang dipadukan dengan jeans warna biru dongker, sedangkan dia sendiri menggunakan jeans hitam, kemeja warna maroon yang dipadukan dengan sweater rajut warna mahoni, sumpah demi apapun Ilham merasa kalau dirinya seperti orang ketiga yang keberadaannya tidak dianggap. Sungguh menyedihkan.
***
Atas permintaan Ranti akhirnya mereka memutuskan untuk makan di restoran yang menyediakan berbagai macam makanan khas Korea. Setelah memesan makanan Ranti ijin untuk ke kamar mandi sebentar untuk mencuci tangannya yang tadi sudah dia gunakan untuk mengelus kucing lucu yang dia temukan di teras masjid.
"Kenapa lo tadi bohong sama gue?" Tanya Ilham pada Rendra.
"Karena gue mau ngetes lo."
"Ngetes?" Ilham menatap Rendra dengan tatapan super bingung.
"Lo suka yah sama adek gue?"
"Kalau iya kenapa? Lo nggak suka bukan?" Jawab Ilham jujur.
"Nggak."
"Kenapa?"
"Karena bisa jadi rasa suka lo berpotensi ngerusak adek gue."
"Rusak? Gue nggak akan ngerusak dia Kak." Ucap Ilham tegas.
"Apa jaminannya kalau lo nggak bakal ngerusak dia?"
"Gue nggak bisa ngejaminin apa-apa tapi gue janji gue bakal jagain dia."
"Dengan cara apa lo jagain dia? Macarin dia? Atau mau ngejadiin dia selingkuhan lo? Gue cowok, Am. Apa yang tersimpan di otak lo gue tahu. Please, Am. Jangan coba-coba ajak adek gue pacaran. Temenan boleh tapi kalau untuk pacaran gue nggak akan ngasih ijin walaupun gue udah kenal sama lo."
"Kenapa?"
"Apanya yang kenapa?"
Ilham menyugar rambutnya penuh frustasi. "Alasan lo larang gue macarin adek lo."
"Dosa," jawab Rendra singkat, padat dan jelas.
***
24 Jumada I 1440H
🌷Jangan Lupa Baca Al Kahfi🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamku
EspiritualTeenfict | Romance | Religi "Diamku, bukan berarti aku tidak mencintaimu." Kisah ini tak seindah kisah cinta dalam diam Ali dan Fatimah. Ini hanyalah kisah cinta dalam diam yang sederhana. Sesederhana alasan matahari yang tak mampu bersinar bersama...