SEHARUSNYA libur singkat Jeara isi dengan acara nonton drama korea atau streaming video musik idola. Kegiatan itu semua urung dilakukan karena harus mengasuh anak tetangganya yang super imut pipi bakpao, Naurin. Ibu Naurin pasti kerja lembur lagi, maka Jeara yang merawat anak itu. Lumayan juga menambah pemasukan.
"Lala, Olin mau pelmen kapas." Ujar Naurin, menarik tangan Jeara.
"Yah Lin, kamu kan baru makan itu beberapa hari lalu. Jangan keseringan ah."
"Mamau! Mamau! Olin penen pelmen kapas! Huweeee.."
"Iyaiya, tapi sampe rumah sikat gigi ya."
"Aahhciaap."
Jeara menoleh terkejut seraya mengelus dada, "untung kamu lucu, aku sayang." Kata Jeara pelan.
Saat ini mereka berada di taman sampur, tempat beken buat olahraga, berkumpul bersama teman dan keluarga dan pastinya menyediakan banyak jajanan. Hanya perlu naik angkot sekali menuju sana.
Jeara hanya duduk sendiri mengenaskan di taman penuh pasangan. Alhasil dia hanya baca novel online di ponselnya. Karena Naurin anak yang aktif bisa cepat berbaur dengan teman-teman sebayanya. Entah pamer permen kapas atau bergantian naik perosotan.
"Olin, pulang yuk. Udah mau magrib-" Jeara celingukan, "eh kemana tuh bocil?!"
Jeara bergegas mencari Naurin. Ke sana, ke mari belum juga ditemukan. Bahkan di abang penjual permen kapas nihil. Jeara mulai panik bertanya pada siapa pun sambil menunjukkan foto Naurin. Dia putus asa, sebagai orang dewasa telah gagal menjaga sebuah tanggung jawab karena sibuk sendiri.
"Olin... Kalo ketemu Lala janji bakal beliin kamu jajanan lagi, semuanya- eh jangan, Lala masih bokek. Ayolah Liiinnn..."
"Lala!"
Jeara mencari sumber suara, lalu menemukan Naurin di belakangnya. "Oliiinnn!!" Jeara mengabaikan reaksi orang lain, berlari ke arah Naurin dan memeluknya.
"Kamu ke mana aja sih, Lala cariin kamu. Sampe bawah kursi taman takut nyelip. Ya Gustiii.."
"Olin kecal(kerjar) Misa, dia pulang." Jeara melepas pelukannya lalu menciumi wajah Naurin gemas. Misa adalah kucing kampung yang ke rumah-rumah untuk cari makan. Mungkin kucing punya nama selain Misa.
"Lain kali bilang Lala ya,"
Sebuah suara mengintrupsi adegan manis Jeara dan Naurin, "jadi ini yang namanya Lala. Kamu toh kak." Pemuda itu terkekeh, jantung Jeara serasa mau keluar dari tempatnya. Tak perlu pikir lama untuk tahu siapa orangnya.
Melihat wajah polos Jeara, Dovian menjelaskan. "Tadi saya kebetulan lewat sini, taunya ada anak kecil lucu sendirian terpisah sama Lala katanya. Jadi saya bantu cari."
Jeara mengedipkan matanya beberapa kali, ingin memastikan yang berhadapan dengannya adalah mimpi atau ilusi, tentu saja kenyataan. "Terima kasih, aduh terima kasih banget. Do- anu, Mas Dovian." Dia membungkuk berkali-kali. Sepertinya terima kasih pertama untuk menemukan Naurin dan yang kedua untuk mengizinkannya bertemu sang pujaan.
"Sama-sama, hehehe. Santai aja kak." Dovian tersenyum menenangkan.
Ponsel Jeara berdering tanda telepon masuk. Tertera nama kontak "Bang Rudal", seniornya di Chendy's. Mungkin sudah diatur kalau bersama Dovian hal itu akan terjadi, entahlah. Jeara mengucap salam, "ada apa, bang?"
"......"
"Loh, tapikan bukan jadwalku."
"......"
Jeara melirik Naurin sedang asyik mengoceh sambil bergandengan tangan dengan Dovian. "Beruntunglah jadi kau, Lin." Ucapnya nelangsa dalam hati.
"Iyaiya, aku ke sana sekarang." Sambungan telepon selesai, Jeara berusaha meraih Naurin untuk digendong. "Olin, pulang dulu yuk. Kamu sama kak Citra. Lala mau kerja."
Naurin memanyunkan bibirnya, "mamau! Olin maunya sama A'a." Gadis cilik itu memeluk kaki Dovian, sangat enggan dipisahkan. Jeara melihat reaksi Dovian hanya meringis seraya menggaruk belakang lehernya yang Jeara yakin tidak gatal.
"Olin, ayo dong sayang. Besok kita ke sini lagi gapapa."
"Mamau! Hmph!" Naurin memalingkan wajahnya imut.
Dengan gerakan cepat Dovian beralih menggendong Naurin, "Yaudah, kakak yang antar kalian ya." Dovian menawarkan lalu tak lupa senyum. Angin berembus menerbangkan lembut rambut hitam cowok itu. Di mata Jeara, sosok dihadapannya bukan manusia melainkan bidadara tanpa sayap.
"Holeee!" Naurin bersorak senang.
•••
Perjalanan jauh dibonceng pujaan hati memang melelahkan. Dalam artian buat jantungan, sesak napas, kepala pening karena sulit menyaring mana kenyataan dan mana khayalan. Jeara sendiri baru pertama berbonceng dengan laki-laki selain tukang ojek. Tangannya basah oleh keringat juga tersesat, bingung harus ditaruh sebelah mana.
Naurin sudah aman sampai pelukan mamanya. Belum ada obrolan selain Dovian menanyakan letak rumah. Sisanya Jeara habiskan dengan berdzikir dalam hati.
Motor Dovian sedang melaju ke Chendy's, lelaki itu sungguh berhati mulia mau mengantar Jeara sekali lagi. Padahal sudah ingin ditolak halus, tapi senyuman Dovian bikin tidak rela. Jeara sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan dan membuka suara agak keras supaya terdengar, "turunin saya di depan aja, mas. Biar gampang."
"Loh, lewat belakang juga boleh. Kakak kerja di sini kan?"
"Eh? Di Chendy's, mas."
"Oke siap." Jawab Dovian ikut melirik arah spion, senyuman terukir manis di bibir tebalnya. Ekpresi Jeara selalu mudah dibaca memang menghiburnya.
Sesampainya di parkiran dekat pintu masuk karyawan Chendy's, Dovian memarkirkan motornya. Berjalan santai mengikuti Jeara. Dari arah lain Rudi Alkhoir atau suka dipanggil Rudal baru selesai membantu pelanggan memasukan belanjaan dalam mobil.
"Dovian! Loh, kok lo bisa di sini?" Tanya Rudal takjub, menghampiri Dovian dan Jeara.
"Habis nganter kakak ini, bang." Jawab Dovian, keduanya saling bersalaman akrab. Lupa tentang keberadaan Jeara yang cuma bisa bengong menatap senior dan gebetannya berpelukan mesra ... Oke, Jeara harus berhenti halusinasi.
"Oiya, Ra. Kamu inget kalo abang bilang ada beberapa karyawan cabang Chendy's ditarik ke sini? Nah doi ini salah satunya."
Penjelasan Rudal memang jelas, otaknya sempat berhenti bekerja. Matanya melirik Dovian, cowok itu melambaikan tangannya. Sambil menyengir berkata, "mohon bantuannya."
"MWO?! (APA?!)" Batin Jeara menjerit.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Smile in Summer
RomanceSenyuman cowok kasir minimarket di musim panas itu mampu menyejukkan hati. Suara merdu mengalun di telinga. Sosok sempurnanya bikin lupa diri. Membuat Jeara jatuh cinta. Namun ia sadar diri kalau mereka beda. Tidak ada dalam pikirannya untuk mengung...