Jangan lupa klik ☆ sebelum membaca ya, aku ingin ada jejak kalian terlihat nantinya. Terima kasih banyak ฅ'ω'ฅ
~•••~
Hujan turun begitu derasnya malam ini. Seolah sanggup menghapus segala jejak langkah pada jalan, bahkan sisa kenangan. Tapi terserah saja soal kenangan atau kegalauan, Jeara sendiri lebih mementingkan mangkuk berisi mie rebus panas dengan telur, sayur, dan potongan cabai. Uap mengepul bersama aroma lezat tiada tara.
Suara seruput berisik terdengar di sebelah Jeara. Siapa lagi kalau bukan Karen, yang santainya duduk bersila menikmati lebih dulu mie rebus buatan Jeara setelah seenaknya masuk ke kamarnya bagaikan ratu pemilik rumah. Kebiasaan Karen kalau mau menginap tak pernah mengabari. Tiba-tiba saja datang tanpa permisi.
"Mie buatan lo emang enak dari dulu, Ra. Apa kita buka bisnis warung mie idola aja ya?" Cetus Karen disela kunyahannya, tak acuh saat tetesan kuah mie menempel pada lensa kacamatanya. Memperlihatkan mie dan cabai dalam mulutnya.
"Ewh. Telen dulu kek. Dan gak usah jejelin ide aneh lo ke kepala gue." Jawab Jeara ketus lalu mulai memakan mie-nya.
Karen mengedikan bahu, kemudian mengelap mulutnya setelah meneguk habis kuah mie rebusnya. "Enaknya habis makan ngapain, Ra?" Karen bangkit dari duduknya menghampiri kasur empuk Jeara dan berbaring. "Yaaa tidurrr! BHAHAHAHAHAH!"
"Bodo amat."
"Lo kenapa sih, sedih gitu?" Tanya Karen yang tidur telentang menatap lampu kamar Jeara.
"Enggak kok."
"Soal mas kasir ganteng?"
Jeara menghela nafas sebentar. Biarpun tingkah Karen sembrono tapi tingkat pekanya lumayan tinggi. Apalagi kalau menyangkut sobat jonesnya -Jeara. Dari situlah Jeara mulai bercerita bagaimana awal sampai akhir tentang beberapa peristiwa sejarah antara dia dan Dovian.
"ANJIR! SERIUSNA?!"
"He'eh?"
"Digelendotin dua cewek cantik mah, mana ada lelaki yang tahan-" Wajah Jeara mulai tertekuk.
"Ehem, yaahh, bisa jadi mereka teman lama kan? Teman masa SMA atau gimana gitu. Tapi coba deh lo pikirin sisi baiknya." Karen tiduran tengkurap, menatap Jeara serius.
"Tuhan sudah baik banget bikin lo deket sama dia tanpa lo minta. Secara lo sebelumnya udah ngerasa puas cuma jadi pelanggan di minimarket pas dia kasirnya. Apa lagi sebutannya kalo bukan kesempatan?
Kesempatan lo buat ngobrol dikit dulu sama dia. Kenal dikit tentang dia. Sedikit-sedikit dulu, Ra. Jangan kepikiran sama hal yang berat padahal belum tentu benar. Hidup emang gak segampang itu tapi juga gak serumit yang lo kira."
Jeara termenung mendengar nasihat sahabat karibnya. "Bener juga ya." Kata Jeara pelan.
"Iya lah, lo kira gue siapa?" Karen mendengus sombong. Hidungnya mengambang dan mengempis.
"Karen Diana Rinjani."
Mereka bertukar cengiran. Keduanya saling melengkapi. Ketika Jeara terlalu larut dalam pikiran negatifnya, Karen bersedia menjadi pendengar tanpa pernah menilai buruk dan mau menariknya dengan nasihat yang tidak menyakiti hatinya.
Sedangkan bagi Karen, Jeara juga tempat terbaik baginya untuk kabur sejenak dari sesaknya kenyataan. Penuh jenaka dan kata-kata bijak seolah sudah hidup jauh lebih lama dibanding Jeara. Meskipun Jeara tahu, Karen tak pernah sepenuhnya terbuka padanya.
•••
Ungkapan tentang jatuh cinta sejuta rasanya memang harus diakui kebenarannya oleh Jeara. Banyak hal manis yang terbayang tidak sebanding dengan kepahitan nan terasa di kenyataan. 'Kenapa paitnya doang ya?' Keluh Jeara dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Smile in Summer
RomanceSenyuman cowok kasir minimarket di musim panas itu mampu menyejukkan hati. Suara merdu mengalun di telinga. Sosok sempurnanya bikin lupa diri. Membuat Jeara jatuh cinta. Namun ia sadar diri kalau mereka beda. Tidak ada dalam pikirannya untuk mengung...