6. Tiga Probabilitas

10 2 8
                                    

Jeara terlalu beruntung akhir-akhir ini. Pertama, dia dapat pekerjaan setelah sekian lama menganggur. Kedua, berbonceng motor dengan gebetan walaupun sempat ada Naurin di tengah dan bukan kencan. Dia sudah puas kok. Namun keberuntungannya ditambah satu. Yaitu cowok gebetannya, yang senyumannya super manis dan segar, yang rambutnya super lembut, yang perfect banget di matanya itu, kini mulai bekerja di Chendy's juga.

'Sumpah, ini naon sih. Kenapa gue se-hoki ini? Apakah efek ngamal lima rebu ke kotak amal beberapa hari lalu?'

Meski isi pikirannya kacau, kedua tangan Jeara bergerak cepat mengelap botol-botol sampo lalu menaruhnya dalam rak. Sepertinya jam istirahat nanti dia harus segara menghubungi sobat jomblonya, Karen. Soal pengetahuan masalah kehidupan, ekhem, percintaan. Dia lumayan senior dibanding Jeara. Dovian hampir mengambil alih seluruh isi kepalanya. Cowok yang yang manis itu bahaya.

"Mohon bantuannya kak." Senyum Dovian mengembang.

"MWO?!"

"Kenapa sih kaget banget, Ra? Muka lo sampe pucet gitu." Tanya bang Rudal.

"Enggak, cuma lupa aja soal itu he... Hehe..." Jeara menyengir paksa. Wajahnya memerah karena malu sempat berteriak histeris di hadapan Dovian. Untungnya dia bisa menahan diri untuk tidak mangap nafas lewat mulut. Atau lebih buruk lagi, kabur sambil selebrasi.

"Mohon bantuannya juga, mas."

'Mas?! Goblok! Emang dia mas mu!!' Jerit Jeara dalam hati. Fix. Dia mulai tidak waras saking sulitnya mencerna kenyataan.

Dovian balas menyengir. Kemudian dia berpamitan untuk pulang. Ditunggu ibunya di rumah katanya.

"Okelah, hati-hati cuk. Titip salam buat tante.'" Kata bang Rudal.

"Iyee..." Tatapan Dovian jatuh pada Jeara dibalik helmnya. "Sampai ketemu besok."

Lalu Dovian memacu motornya membelah jalan, jauh, dan semakin jauh. Membuat Jeara lupa seberapa dekatnya dia saat berbonceng dengan Dovian tadi.

'Sampai ketemu besok katanya. Besok... Besok... '

"Besok..." Gumam Jeara.

"Besok kenapa kak?"

"GUSTI NU AGUNG!" Jeara terperanjat. Lamunan kilas balik kejadian kemarin buyar begitu saja. Botol sampo terakhir jatuh. Buru-buru dia mengambilnya lagi.

"Eh maaf, saya ngagetin ya. Fokus banget tadi." Dovian tersenyum malu, merasa tidak enak sudah mengejutkan Jeara.

"Gak apa-apa, ini juga udah selesai kok."

"Ohh, saya boleh minta tolong gak kak?"

"Iya, ada apa?"

"Tadi saya diminta bang Rudal buat ngecek barang di gudang." Dovian menunjukkan sebuah map biru yang berisi data barang. "Sekalian belajar, dia bilang enaknya minta tolong kamu. Soalnya kamu jago."

'Jago apanya lagi si Rudal. Melimpahkan pekerjaan aja. Tapi kalo dilimpahinya kamu aku rela. Heuheuheu.'

"Oke, ayo."

Jeara berjalan mendului, Dovian mengekori seperti anak ayam baru menetas yang mengikuti induknya dengan patuh. Sesekali kepala Dovian mengangguk paham akan penjelasan dari Jeara.

Your Smile in Summer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang