Four Brothers (B4) - Chapter I.3

167 16 0
                                    

Selamat Datang... para pelanggan B4. 

Terimakasih banyak. Saya nggak nyangka akan dapat readers dan voters dalam waktu kurang dari seminggu setelah Imperfection dipublikasikan.

Arigatou gozaimasu~~~~

Yosh... Saya akan terus menulis dan membeberkan semua masa lalu Nona Harry yang manis... Ouch!

*Dilempar sandal sama Harry*

(^_^)' 

_________________________

Catatan Harry - Part 1.3

Suasana di ruang tengah sangat hening, yang terdengar cuma suara detak jam dinding. Sudah hampir pukul satu pagi, tapi kami berempat masih duduk mengelilingi meja makan tanpa ada yang bicara.

Aku melirik mereka satu persatu, sepertinya semua sedang sibuk memikirkan bagaimana memulai pembicaraan dengan cara yang pas.

"Langsung saja." Yogi tiba-tiba memecah keheningan dengan menggebrak meja. "Dari mana kamu dapatkan luka-luka itu?" tanyanya padaku.

"Harry, siapa yang melakukannya?" Kak Yoga juga kelihatan cukup cemas.

"Kamu sering di-bully di sekolah?" Kak Yuan ikut menyerbuku dengan pertanyaan.

"Kamu sudah melapor pada guru? Apa ini sudah sering terjadi?"

"Cepat katakan, jangan diam saja."

"Harry, jangan takut. Ayo bilang saja pada kami."

Mereka bertiga mulai bergantian melempar pertanyaan. Sepertinya sejak tadi mereka sudah menahan diri untuk menanyakan ini, tapi karena Yogi sudah membuka kesempatan, semua jadi keluar sekaligus seperti kran air yang bocor.

Aku memenuhi paru-paruku dengan udara sebelum buka suara. "Kalian...," gumamku setengah menggerutu. "Kenapa dari tadi semua pertanyaan seolah mengarah pada penindasan terhadapku. Apa aku sedemikian nggak berdaya di mata kalian?"

Entah kenapa rasanya aku jadi ingin marah.

"Aku bukan di-bully. Aku berkelahi! Kalian mengerti perbedaan ditindas dan berkelahi, kan? Kami saling memukul! Aku nggak diam saja menerima pukulan. Aku bisa membuat perlawanan. Dan jangan bilang aku takut! Aku sama sekali nggak takut!"

Ketiga kakakku sekarang terdiam menatapku yang sudah terengah-engah mengucapkan itu semua dengan luapan emosi.

"Ini urusanku. Biar kuselesaikan sendiri. Pokoknya jangan ikut campur! Kalian lupa kalau bungsu di B4 adalah anak laki-laki? Aku bukan gadis kecil."

Setelah mengatakan itu aku beranjak dan langsung masuk ke kamar lalu membanting pintu di belakangku.

Aku bisa menghadapi masalah ini tanpa perlu back-up dari kakak-kakakku. Aku bukan pengecut!

***

"Hai..."

Putri menyapaku dengan suara cerianya yang khas di kantin saat jam istirahat.

"Hai," balasku seadanya sambil kembali menggigit rotiku.

"Coba dengarkan aku sebentar." Tanpa disuruh, dia mengambil tempat duduk tepat disebelahku dan malah menarik kursinya mendekat padaku.

"Tiga cewek di meja yang dekat counter itu temanku dari kelas Sosial... eh... jangan menoleh," katanya cepat dengan suara setengah berbisik saat aku baru saja ingin melihat ke arah yang disebutkannya tadi.

Imperfection [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang