Catatan Yogi - Part I

91 4 0
                                    


Finally, weekend is here... ( >o<)8

Saya mau bilang terimakasih lagi buat yang udah ngeluangin waktu nge-vote Imperfection. Juga buat yang udah mampir 'n membaca, thanks a lot. Tanpa kalian, saya pasti bakal males banget ngelanjutin nulis ini (teehee) xD

Yogi : "Cerewet. Aku udah bilang, gak ada yang mau baca kata sambutanmu."

Author : "Kalo kamu banyak omong, nanti part-mu aku bikin lebih pendek dari Yoga."

Yogi : "Cih! Beraninya ngancem."

__________________________

Candle Light B4 – 1

"Yogi, kamu sayang aku, kan?" tanya pacar baruku, pas pulang sekolah hari ini.

"Ya sayang dong, Mia," balasku penuh kasih.

"Demi apa?"

"Ng... demi... apa ya...?"

"Kalau kamu ditanya tentang orang yang paling penting, aku di urutan ke berapa?"

"Kamu di urutan..." Aku menghitung-hitung dengan jariku. "Yah... pokoknya kamu masuk sepuluh besar deh," jawabku akhirnya.

"Kok begitu? Memangnya siapa yang paling pertama?"

"Tentu saja Harry," balasku cepat.

"Harry? Oh... adikmu itu. Terus?"

"Terus yang kedua kak Yuan, setelahnya... ng... Yoga masuk nggak ya? Ah dia urutan keempat saja. Urutan ketiga ayah. Lalu yang kelima..."

"Aku?" tanya Mia penuh harap.

"Ng... urutan kelima, Maya. Kamu setelah Maya saja ya?"

PLAK!

Dan hari ini aku pulang dengan bekas tamparan di pipi kananku.

Oh, sorry, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Yogi. Aku punya saudara kembar, Yoga, lahir empat menit setelahku. Tapi kami menolak kenyataan itu. Yoga merasa dialah yang lahir duluan – dia tidak rela jadi adikku. Sementara aku malah memilih jadi adik – supaya terdengar lebih muda. Makanya kami tak pernah mengungkit tentang siapa diantara kami yang lahir lebih dulu. Kalau ditanya, kami akan menjawab; "bersamaan", lalu tertawa.

Kemudian, ada kakak sulung yang bernama Yuan, dan terakhir si bungsu yang sangat manis, Harry. Sebenarnya kalau dia tahu aku menyebutnya manis, dia akan marah besar. Tapi bagaimana mungkin ada orang yang bilang dia tidak manis?

Berbeda dengan kami, dia mungil dan kulitnya sangat putih seperti bayi. Ditambah lagi, garis wajahnya halus. Bentuk rahangnya saja tidak mirip cowok. Waktu kecil dia bahkan punya model rambut menangkup di pipi hampir sepanjang dagunya, dia sangat menggemaskan.

Tapi sekarang dia sudah tidak mau lagi model rambut begitu, dia memangkas pendek rambutnya dengan alasan masuk tim basket. Walaupun dia tetap imut, tapi aku rindu Harry yang dulu...

Ehm – maaf, suka hilang kendali kalau sudah cerita tentang Harry.

Sayangnya, kehidupan yang dilalui Harry tidak secantik wajahnya. Adik bungsuku itu memang kurang beruntung. Waktu kecil, aku tahu tetangga sering bergosip tentang keluarga kami, dan Harry mendapat cercaan yang paling parah. Orang-orang mulai bicara tentang bagaimana ayah menikah dengan bunda – yang kata mereka bukan wanita baik-baik, lalu bagimana bunda pergi meninggalkan kami, kemudian kembali dengan membawa seorang anak yang – masih kata mereka – tidak jelas siapa ayahnya.

Berbagai gosip muncul tentang dari mana Harry berasal. Entah bagaimana, Harry juga memiliki kelainan pada matanya, heterochromia. Warna matanya yang berbeda itu membuat keadaan semakin parah, orang-orang mengarang cerita macam-macam tentang Harry. Malah ada yang bilang mata Harry itu adalah kutukan. Ada-ada saja. Padahal kan matanya itu cantik sekali.

Imperfection [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang