Part 1

7.7K 478 9
                                    

Aku tak tahu apa penyebabnya, tapi akhir-akhir ini sering kudengar orang tuaku bertengkar. Mereka jelas sekali menyembunyikan pertengkaran itu, tapi tetap saja, aku bisa mendengarnya dari balik tembok kamar mereka.

Ada apa sebenarnya? Kuharap tak ada hubungannya denganku karena mereka menyinggung-nyinggung soal ‘anak’.

.
.
.

Warning! Point of view berubah-ubah tanpa peringatan

.
.
.

Namaku Jung Jaehyun, sekadar info saja. Aku siswa kelas 2 SMA, tak perlulah kusebutkan nama sekolahku. 17 tahun, single. Oke, itu tak penting.

Aku adalah anak tunggal keluarga Jung, appaku, pendiri dan pemilik Jung Corporation, sebuah perusahaan yang saat ini tengah berkembang. Aku tak terlalu mengerti sebenarnya apa yang dikerjakan perusahaan appaku, toh aku tak berminat menjadi pewarisnya walaupun appa memaksa.

Aku menjalani kehidupanku dengan normal bersama keluarga dan teman-temanku di sekolah, sampai… orang itu datang.

.
.
.

“Yeobo, aku berangkat ke kantor, ya...” Pamit appa pada eomma seperti biasa setiap pagi. Semalam aku masih mendengar mereka bertengkar di kamar. Namun pagi ini semua terlihat baik-baik saja. Interaksi mereka memang tak sehangat dulu, beberapa bulan yang lalu lebih tepatnya, saat di mana appa dan eomma mulai bertengkar setiap malam.

Aku heran bagaimana bisa mereka bertengkar sekian lama setiap malam, tapi selalu terlihat akur lagi paginya. Eomma tetap memberikan kecupan singkat di pipinya, memakaikan jasnya, serta mengantarnya sampai masuk mobil sebelum appa berangkat.

Aku sendiri memilih pura-pura tak tahu. Sebagai anak, aku merasa cukup tenang selama mereka tidak bertengkar di depanku.

“Yeobo, mungkin dia akan datang hari ini, sambut dia dengan baik, ya?” Satu permintaan terakhir appa sebelum memasuki mobilnya, aku bisa mendengarnya karena aku juga sedang memakai sepatuku di pintu depan.

Eomma hanya menampilkan wajah datar yang lebih terlihat tak ikhlas. Siapa yang akan datang? Kenapa tampaknya eomma kurang suka dengan si ‘dia’ yang akan datang ini? Walau begitu, pada akhirnya eomma tetap tersenyum dan mengangguk pada appa sebelum appa mulai menjalankan mobilnya.

Sedangkan aku, mulai berjalan keluar rumah setelah berpamitan sekedarnya pada eomma. Ya, aku berangkat ke sekolah, hari ini Kamis dan artinya aku harus masuk, walau malas sekali rasanya. Entahlah, aku ingin berada di rumah saja hari ini, tiba-tiba aku takut akan kehilangan sesuatu kalau aku meninggalkan rumah.

.
.
.

“Hei, Jung Casper! Tumben kau datang pagi hari ini!” bisa kurasakan seseorang merangkul bahuku setelah berteriak tepat di samping telingaku. Aish, anak berisik ini, pasti si kingkong Wong Lucas.

“Hmm.” Aku hanya menggumam menanggapinya. Lucas sudah kebal sepertinya dengan sikapku yang sering mengabaikannya, jadi alih-alih meninggalkanku dia malah mulai berceloteh soal game yang berhasil ditamatkannya semalam.

“Kalau kau main melawanku, kuyakin kau pasti kalah. Hwahahaha!” Serunya percaya diri.

“Ha? Aku sudah menamatkan game itu sebulan yang lalu. Maaf saja.” Sengaja aku menyombong, biar tersumpal mulut besarnya itu.

“Apa? Eiiiy, jangan bohong! Game itu saja baru diluncurkan dua minggu yang lalu. Kau ini…ckckck.”

Bagus. Bodoh kau, Jung Jaehyun. Kau memang harus pikir-pikir dulu sebelum berbohong. Sekarang kau jadi terlihat bodoh di depan Lucas yang notabene lebih bodoh darimu.

Let's Be Brothers!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang