Part 14 [END]

4.7K 353 50
                                    

Previously…

“Taeyong-hyung! Di mana Taeyong-hyung?!”

Terbangun terlalu mendadak membuat Jaehyun memegangi kepalanya yang terasa sakit, bahkan ringisan kecil pun lolos dari bibirnya.

“Jaehyunnie, jangan seperti ini. Tenangkan dirimu dulu.” Dengan sedikit memaksa eomma berhasil membuat Jaehyun kembali berbaring.

“Suster bilang kau langsung pingsan sesaat setelah tiba di sini. Kau juga terluka. Jangan memaksakan dirimu. Beristirahatlah dan jangan pikirkan apapun dulu.” Eomma mengelus-elus pelan rambut Jaehyun, tetapi Jaehyun malah membalasnya dengan tatapan tajam.

“Eomma, jangan alihkan pembicaraan. Kau belum menjawabku. Di mana Taeyong-hyung? Dia…”

Jaehyun berhenti melihat ekspresi sedih di wajah eomma. Eomma sendiri terkejut mendapati nada dingin dari Jaehyun. Dan seolah tak ingin menjawab pertanyaan Jaehyun, eomma membuang wajahnya, tak berani berhadapan dengan tatapan tajam Jaehyun lebih lama lagi.

“Eomma, maaf, aku…”

“Taeyong… Dia…”

“Kenapa dengan Taeyong-hyung, eomma?!”

“Jaehyunnie… hiks, hiks…”

.
.
.
.

Jaehyun memandang bangunan berlantai dua di hadapannya. Matanya bisa menangkap jelas tulisan yang terpampang di atas pintu masuk.

“Menjaga dan Membuat Mereka Kembali ke Jalan yang Benar”

Pintu masuk berupa jeruji bercat biru muda yang tampak tak ramah itu tidak menyurutkan niatnya untuk memasuki bangunan. Jaehyun berjalan di sepanjang lorongnya ditemani seorang petugas berseragam. Dengan melihat sekilas saja dapat dirasakannya kesuraman tempat itu. Meskipun cahaya matahari cerah berhasil menyusup melewati ventilasi yang juga berupa jeruji, hal itu tak bisa sedikit pun memberikan kesan ceria pada dinding bangunan yang kusam.

Jaehyun sampai pada sebuah ruangan kecil yang dipisahkan oleh kaca tebal di bagian tengahnya. Tepat di bawah kaca ada sebuah meja sempit dengan sebuah kursi kayu di depannya. Begitu pun keadaan di seberang kaca.

Jaehyun duduk di satu-satunya kursi yang tersedia di setengah ruangan itu, menunggu seseorang yang ingin ia temui.

Pintu besi ruangan di seberang kaca berderit, tanda seseorang baru saja membukanya. Seorang remaja seusia Jaehyun melangkah masuk, dengan seragam krem kusam dan tangan diborgol. Jaehyun berdiri demi melihat si pesakitan masuk. Tatapan tajam Jaehyun arahkan padanya, tapi sejurus kemudian tatapannya melembut saat mata mereka bertemu. Jaehyun kembali duduk, menekan semua perasaannya dengan mengepalkan tangan.

“Ada apa kau menemuiku?” suara bernada meremehkan terdengar dari seberang kaca. Jaehyun ingin menyahut dengan memaki, tetapi ia tahan sekuat tenaga.

“Kita harus bicara, agar tak ada kesalahpahaman lagi.” Jaehyun berusaha menjaga ekspresi wajahnya agar tetap tenang, bukan hal yang sulit mengingat ia sering berekspresi datar.

“Apa? Kau ingin balas dendam padaku? Karena telah membunuh-”

“Aku ingin kau mendengarkan dulu!” Jaehyun memotong.

Hening. Tak ada satu pun yang bersuara.

“Apa? Kau ingin aku dengar apa?” Yongguk, lawan bicara Jaehyun itu akhirnya takluk.

Jaehyun menghembuskan napas agak keras sebelum melanjutkan. “Aku baru saja menemui ibumu dan sudah kudengar semuanya tentang Jungshin-hyung.”

“Kau menemui ibuku?! Beraninya kau-”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let's Be Brothers!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang