Part 2

3.6K 405 28
                                    

Warning! Point of view berubah-ubah tanpa peringatan
.
.
.

From Jaehyun:
Eomma, aku menginap di rumah Lucas, ada tugas kelompok yang harus dikerjakan.

“Apa maksudmu, Jaehyun-ah?” eomma Jaehyun bersungut pada handphonenya, seolah handphonenya adalah Jaehyun sendiri.

“Ada apa, err…eomma?”

“Jaehyun anakku, dia tak pulang hari ini.” Jawab eomma Jaehyun, yang sekarang dipanggil eomma juga oleh Taeyong, sambil menempelkan kapas beralkohol ke sudut bibir Taeyong yang terluka.

“Oooh, adikku ya? Hehehe-” Taeyong menghentikan tawanya saat ditatap tajam oleh eomma Jaehyun.

“Yaah, begitulah…” lanjut eomma Jaehyun.

“Ngomong-ngomong tadi yang menolongku dari preman-preman itu juga bernama Jaehyun kalau tak salah. Dia berkulit pucat dan berekspresi datar, tapi dia tampan sekali! Dia juga baik, dia yang memberi tahuku di sinilah rumah Jung Yunho, rumah appa.” cerita Taeyong.

“Apa katamu?!” tanya eomma Jaehyun hampir berteriak. Ciri-ciri yang disebutkan Taeyong barusan persis dengan Jaehyun, anaknya. ‘Jangan-jangan Jaehyun sudah tahu tentang anak ini…?’ batinnya cemas. ‘Jangan-jangan Jaehyun tak mau pulang karena tahu anak ini… Ah, bagaimana ini?’

Tak ingin lebih banyak berjangan-jangan, eomma Jaehyun menunjukkan foto Jaehyun yang ada di handphonenya pada Taeyong. “Apa ini Jaehyun yang menolongmu?”

Taeyong memperhatikan sebentar, lalu menjawab, “Ya, memang dia! Eomma kenal? Dia bilang dia mengenal appa dengan baik. Apa dia tetangga?”

‘TREK’ Tanpa menjawab pertanyaan Taeyong, eomma Jaehyun meletakkan antiseptik yang sejak tadi di pegangnya ke meja, ia lalu beranjak meninggalkan Taeyong yang menatap bingung perubahan sikap eomma Jaehyun.

“Kau bisa obati lukamu sendiri kan?” Setelah bertanya begitu, tanpa menunggu jawaban Taeyong, eomma Jaehyun pun masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam. Meninggalkan Taeyong yang tak mengerti apa yang salah dengan yang telah dia katakan.

.
.
.

“Ya! Bukannya kau tadi sudah pulang duluan? Kenapa tiba-tiba ke rumahku?” tanya Lucas.

“Sudah diam saja dan jangan ganggu aku.” Jawab Jaehyun malas. ‘Taeyong, Taeyong, Taeyong,’ nama itulah yang sekarang ada di pikirannya.

“Ya! Ini rumahku, aku bisa mengusirmu kalau aku mau!” seru Lucas tak terima.

“Ya, ya, kingkong bawel, maaf…”

“Bisa kan minta maaf tanpa menghina.” Gerutu Lucas sambil menghempaskan tubuhnya di samping Jaehyun yang berbaring suntuk di ranjangnya.

“Hei, ada masalah apa?” tanya Lucas memecah keheningan yang sempat terjadi beberapa saat di antara mereka. Berteman dengan Jaehyun bertahun-tahun membuatnya paham betul kalau Jaehyun sudah berniat menginap berarti sedang ada masalah di rumahnya dan ia malas pulang.

“Bagaimana rasanya punya saudara?” tanya Jaehyun balik yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan Lucas. Lucas ingin bertanya ‘ada apa?’ karena setahunya Jaehyun adalah anak tunggal dan tak pernah mempermasalahkan segala sesuatu tentang saudara, tapi diurungkannya niat itu melihat wajah Jaehyun yang kurang bersahabat. Alih-alih ia menjawab.

“Yah, ada baik buruknya sih. Baiknya rumahmu tak pernah sepi, buruknya rumahmu jadi terlalu ramai. Punya adik laki-laki itu sangat luar biasa tahu, luar biasa menyebalkan! Aku sih merasa mungkin lebih baik punya kakak laki-laki. Aku bisa meminjam barang-barangnya yang keren. Yah, tapi sejauh ini adikku cukup bermanfaat sih, dia masih mau kusuruh-suruh walau harus ada sogokannya. Hwehehehe. Kenapa tanya begitu?” Lucas tak mampu menahan rasa penasarannya juga ternyata.

Let's Be Brothers!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang