Chapter 12 : Misi ke Venus

38 5 0
                                    

Yugo kembali ke Pantai Pandawa. Dia mengunjungi makam Aquamarine di kuil megah bergaya Celtic. Walaupun berada di bawah laut, kuil itu tetap kering tanpa adanya air yang menetes. Gaia pernah cerita, kuil itu tidak beratap. Tidak ada dinding pelapis termasuk pula kaca. Bunga-bunga dari daratan bermekaran. Lotus, aster, krisan, lily, rose, azela, forsythia, dan bunga-bunga lainnya berebut paling indah. Di belakang kuil, pohon kamboja kuning setinggi dua meter menjulang kokoh.

Yugo mengumpulkan beberapa bunga, lalu diikat dengan salah satu daun tanaman yang panjang seperti tali. Yugo meletakkan bunga itu di atas gundukan.

"Aquamarine. Lindungi kami sampai kami cukup kuat. Aku harus pergi ke Venus untuk mencari sekutu kita."

Yugo menunduk takzim pada gundukan rumput hijau. Dia berharap Aquamarine hidup untuk memeluknya. Perasaan manusia itu kembali menggayuti hati Yugo. Dia menepis kesedihannya dengan membalikkan badan dari nisan. Rupanya Gaia berdiri di depannya. Mereka berjalan menyeberangi kastil. Jendela kastil terbuka.

"Anda yakin berangkat sekarang, Tuanku?" tanya Gaia ke sekian kalinya.

Yugo mengangguk keras kepala. Dia tidak mau mundur setelah memutuskan sesuatu. Kemudian dia berhenti sebentar untuk mengamati area sekitar.

Dua Gemstoners sedang berlatih di halaman kastil. Mata Cavan Zephyr terpancang lurus ke papan bergambar manusia dengan tangan terentang ke samping. Cavan dan Lais sedang memanah dari jarak 12 meter. Hasil bidikan Lais parah sekali. Rekor paling baik yang dilakukan Lais, satu anak panah menancap di kotak sasaran warna putih bagian luar.

Gaya tarung di baris belakang, tidak cocok untuk Lais. Pemuda itu lebih suka adu kekuatan langsung.

"Hei, bagaimana kau bisa melakukannya?" protes Lais tidak terima, ini anak panah keenam belas Cavan yang menancap di dahi objek.

"Itu karena aku sering belajar," jawab Cavan puas. "Oh, hai, Kak Yugo!" Cavan menyapa dengan riang.

Yugo mengangguk sekilas. Kakinya berat meninggalkan keluarga barunya. Adik-adiknya masih berlatih, riang dengan kekuatan yang mengalir di darah mereka. Tanpa tahu, bahaya sedang mengancam. Hanya Yugo dan Quirin yang hati-hati bersikap. Mereka pandai mengatur kekuatan seperlunya saja.

Gaia mendorong sebuah batu. Kegelapan menunggu di depan mereka. Dengan cahaya dari obor yang dipegang Gaia, mereka terus menyusuri gua. Salaktif tampak mengancam, tetapi gua itu sudah lama tidak tersentuh. Suara kaki bergaung di sepanjang jalan. Jalan terus berliku sampai akhirnya siluet segitiga kebiru-biruan menghampar di depan mata.

"Itu Gunung Amoda. Anda harus mendaki puncaknya. Lompati kaldera dan Tuan Garret bakal menemukan pintu lemari pakaian Ratu Aquamarine untuk pertama kalinya."

Yugo mengangguk paham. Bayangan melompati genangan air panas di tengah kaldera bukanlah prospek menyenangkan.

"Kunci pintunya kembali. Aku tidak ingin orang-orang Venus menerobos kastil."

"Bagaimana Anda akan kembali?" tanya Gaia heran. Bila Yugo ingin kembali ke Bumi, tak ada jalan kecuali pintu gua tetap terbuka untuknya.

"Meteor biru akan melintasi langit malam di atas Bali. Itu pesanku, bahwa kau harus membuka pintunya." Yugo berjalan ke depan. Tidak ada keragu-raguan. Ini perjalanan paling jauh yang bisa ditempuh. Udara Venus jauh lebih panas dari pada Bumi. Kemudian Yugo menoleh ke belakang, mendapati pintu separuh tertutup. "Terima kasih Gaia," kata Yugo.

"Hati-hati, Tuan. Doaku menyertai Anda. Semoga Venus mendukung Anda."

"Pastikan kau membuka pintu untuk Ivander. Jaga dan ajari dia kalau Ivander tinggal di sini."

PLANET CAHAYA : GEMSTONERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang