Meja itu berderit dengan suara mengerikan. Di ruangan yang kosong itu, meja itulah yang berderit, tetapi bukan meja itu pula yang bergetar. Ponselnya yang bergetar gara-gara panggilan masuk. Sudah berkali-kali ponsel itu bergetar, tetapi tak ada yang menjawab.
Dengan pandangan letih, Yugo meletakkan barang belanjaan ke bawah meja. Dia menempelkan ponsel ke telinga tanpa melihat siapa si penelepon.
"Halo?" tanya Yugo.
"Yugo Garret, siapa pemuda di puncak gunung itu? Aku melihatnya lagi. Matanya gelap sekali. Dia mendongak ke atas, melihat pesawat meledak terbakar." Suara berat penuh ketakutan itu mendesak segera dijawab.
Yugo tersenyum kecil mengenali siapa yang meneleponnya. "Quirin, aku beritahu apapun yang ingin kau ketahui, tetapi waktunya tidak sekarang. Aku harus pergi mencari seseorang sampai waktunya tiba,” tepis Yugo.
"Apa maksudmu?" tanya Quirin kesal. Bukankah Yugo janji bakal memberikan semua perhatian pada Quirin? Namun, kenapa saat Quirin butuh, Yugo sibuk sendiri? Pemikiran itu jelas melukai perasaan Quirin.
Yugo mendesah. Melakukan pencarian seorang diri tak akan mempercepat masalah. Mungkin lebih baik bagi Quirin untuk mengetahuinya segera mungkin.
"Apa kau ingin bertualang, Quirin?"
"Apa?" tanya Quirin masih belum mengerti.
"Datanglah sekarang juga di rumahku. Lewat teleportasi saja biar cepat."
Untungnya Quirin sudah belajar bagaimana cara teleportasi. Walau prosesnya terlambat, gara-gara ketakutan diterjang kilasan masa depan yang membuat trauma, tetap saja Quirin tidak berhenti mencoba.
"Baiklah." Quirin menutup teleponnya.
Yugo mengambil kembali barang belanjaan. Dia menjejalkan bahan makanan ke dalam lemari pendingin. Sembarangan tempatnya. Asal masuk biar awet. Kecuali daging, Yugo menempatkan di freezer. Dia bukan sosok yang suka mengoordinasi letak makanan sesuai tempatnya.
Pintu berdering satu menit kemudian. Quirin tidak mungkin secepat itu datang ke apartemen. Untuk anggota yang masih hijau dalam urusan teleportasi, paling cepat lima menit kemudian baru sampai di apartemen Yugo. Tuan rumahnya bergegas membuka pintu. Didapatinya Gerald sudah ambruk dalam dekapannya.
"Gerald, bangun. Hei, Gerald Storm!" pekik Yugo menepuk pipi Gerald.
Badan Gerald panas membara. Keringat terus mengucur di seluruh tubuhnya. Gerald tampak kelelahan setelah berlarian mencari rumah Yugo. Yugo memapah Gerald masuk ke dalam rumah. Dia meletakkan kepala Gerald ke bantalan sofa.
"Apa yang terjadi padamu?" tanya Yugo, kali ini meluruskan kaki Gerald yang menjuntai. Tentu saja, gara-gara sofanya memang agak pendek.
"Panas." Gerald mencengkeram lengan Yugo kuat-kuat. Tak tahan dengan rasa panas di tubuhnya.
Yugo mengerti. Dia mengambil kapsul yang tersimpan di lemari es dan segelas air. Buru-buru dia memasukkan obat ke mulut Gerald. Gerald tersedak oleh minumannya, tetapi berangsur membaik. Lidahnya tak lagi panas. Ada rasa sejuk menyenangkan yang membalur sekujur tubuh. Detik berikutnya, kerongkongan Gerald dingin. Dia merasa lega.
"Tidurlah," perintah Yugo menghamparkan selimut ke badan Gerald.
Kelopak mata Gerald meredup akibat kantuk luar biasa. Obat itu bereaksi cepat. Itu bukan obat biasa. Obat itu khusus dirancang untuk orang-orang seperti Yugo dan Gerald.
Sore berlalu dengan lambat. Yugo sibuk mengaduk telur dari fry pan ketika akhirnya Gerald bangun. Dia menunggu kedatangan Quirin yang sangat lama. Mungkin Quirin masih belum bisa menguasai teleportasi meski Yugo sudah mengajarinya.
Gerald menguap. Dia merasa baikan setelah merenggangkan badan.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Yugo fokus ke telurnya. "Masih panas?"
"Tidak lagi," balas Gerald mengambil alih pekerjaan Yugo. Dia ikut membantu Yugo dengan memotong sayuran. "Rasanya aku baik-baik saja."
"Magnet Perak di jantungmu sedang bergejolak."
"Magnet Perak?" Telinga Gerald berdiri. Dia asing mendengar istilah itu.
"Jantungmu berwarna perak dan punya daya magis yang menarik sesamanya. Auramu merah," beber Yugo sambil lalu. Sementara itu Gerald tampak kebingungan. "Jantung itu seperti magnet. Kau dan aku terikat oleh Magnet Perak."
"Aku tidak mengerti."
Yugo tersenyum samar. "Aku akan menjelaskannya kalau dua rekan kita sudah tiba sebentar lagi."
Gerald terdiam. Sepuluh menit kemudian, pintu kembali berdering. Gerald paham akan suara itu dan membukakan pintu.
"Hai, Gerald Storm!" sapa sosok asing menyengir lebar memanggil Gerald dengan santai. Valda membungkuk sempurna meniru sapaan orang Jepang, lantas masuk melewati Gerald. Di belakangnya, Quirin tersenyum canggung. Rupanya baru kali ini dia mengenal anggota Gemstoners selain Yugo.
"Akhirnya aku datang ke tempat paling berantakan sedunia," sindir Valda menjatuhkan helai selimut bekas Gerald di sofa.
Dengan santainya, Valda menyalakan TV. Siaran jatuhnya pesawat masih saja diliput tanpa tahu penyebabnya. Dalam satu kali dorongan, majalah-majalah yang ditumpuk sembarangan jatuh berserakan. Valda menyelonjorkan kaki di atas meja.
"Kalau kau tak suka tempatku, enyahlah!" usir Yugo. Dia melempar kaleng soda ke Valda. Dengan gerakan tangkas, Valda menangkap kaleng dan membuka segelnya.
"Mana Bloodstone?" tanya Yugo berharap cemas. Tadinya Yugo punya ekspektasi tinggi kalau Valda bisa membawa Ivander.
"Seperti biasa, masih menjauh. Lebih baik kita berempat menangkapnya. Satu orang lari mengejarnya, bukan main sulitnya." Valda menggelengkan kepala.
"Ivander itu," gumam Yugo ikut menggelengkan kepala. "Baiklah, kuberitahu kalian berdua, Quirin, Gerald. Pekerjaanku agak berat belakangan ini."
Yugo mengelap tangannya dengan kain lap setelah cuci tangan. Dia bersiap untuk mendongengkan rahasia yang belum dia ceritakan.
"Berdua? Bukannya bertiga?" tuntut Valda menunjuk dirinya sendiri.
"Kau sudah tahu segalanya," dengkus Yugo. "Kau tak bosan mendengar ceritaku untuk yang kesekian kalinya?"
"Baiklah. Aku tidur saja. Lanjutkan dongengmu." Valda menutup matanya malas-malasan.
Yugo mematikan kompor gas. Dia mondar-mandir sepanjang konter dapur. Lalu duduk di salah satu kursi meja makan. Yugo menyuruh kedua pemuda itu bergabung di meja makan.
"Kalian mungkin belum kenal satu sama lain. Kalian juga belum kenal aku dan Valda, tetapi akan kuceritakan semuanya tentang kita dan tugas apa yang harus kita lakukan. Peran kita sangat besar. Dan tanggung jawabnya juga besar." Yugo membuka kisahnya. Ekspresi murung tertanam jelas dari matanya yang sipit. Membuka tabir rahasianya, saat itulah beban paling berat dipikul Yugo telah bertambah lagi.
•••••••••••••
Catatan kakiMagnet Perak : Jantung para gemstoner memiliki daya magnet yang menarik sesamanya. Jadi mereka selalu mengetahui keadaan anggota lain di mana pun mereka berada (hubungan telepati)
Post
Banyuwangi, 29 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
PLANET CAHAYA : GEMSTONERS
FantasíaTujuh keping dari Venus bertebaran. Demi melindungi keutuhan jagat raya, mereka harus menyatu melawan Raja Pluto. Jika satu mati, enam ikut mati. Perburuan dimulai, tetapi hanya satu yang menang. Entah kegelapan, atau kehidupan yang menentukan semes...