CHAPTER 08; BOMERANG

2.4K 265 10
                                    

"Aku tahu, sangat tahu kamu seperti apa. Jadi aku diam, memutuskan kamu lebih penting dari apapun."

Someone

"Enggak, kok."

Satu lagi, Menjawab kelewat cepat, kerutan di kening, dan tidak menatap mata Samudra saat mengatakan kalimatnya, kebohongan itu semakin nyata. Tiara adalah gadis yang sangat-sangat payah dalam hal berbohong. Gadis itu terlalu takut dengan kebohongan, kebohongan adalah musuh terbesar gadis itu.

Namun, Samudra tidak ada pilihan lain selain percaya. Ia tidak bisa memaksa gadis cantik bersurai panjang di hadapannya untuk melakukan apapun yang membuat gadis itu tidak nyaman. Samudra lebih memilih diam dan ... percaya.

***

Tiara sadar, sangat sadar bahwa cepat atau lambat Samudra akan mengetahui bahwa dirinya sudah berbohong. Tidak, tidak cepat atau lambat karena ia yakin Samudra pasti sudah mengetahuinya.

Maka dari itu saat ini, ia tidak bisa tenang ketika menggambar sketsa di buku tulis dengan sampul berwarna coklat tua milik Samudra, sesekali gadis itu melirik ke arah Samudra yang sedang membaca buku tebal di tangannya sambil sesekali melahap keripik singkong yang disiapkan Tiara untuk teman belajar mereka.

"Kenapa? lo laper?" tanya Samudra, tanpa menoleh.

Membuat gadis dengan kaus merah muda lembut sedikit tersentak terkejut, ia tidak menyangka bahwa Samudra sadar dirinya sedang diperhatikan.

"Eng ... gak, kok," ujarnya ragu. Jujur saja, ia merasakannya saat ini, rasa lapar.

Namun, bukan itu masalah sebenarnya. Masalahnya adalah pertanyaan di kepalanya tidak juga menemukan jawaban dan memaksa untuk diucapkan secara nyata dengan lisan. Yang lebih menyiksa lagi, ia seakan tidak mampu mengatakan pertanyaannya, padahal terasa sudah di ujung lidah.

Samudra terkekeh, kemudian berucap, "udah selesai?" ia melirik bukunya yang berada dalam kuasa Tiara. Hari ini ia menggambar seorang cowok dengan topi.

Tiara mengangguk kemudian menutup buku tulis milik sahabatnya itu. Samudra membuka kembali buku tulisnya dan meneliti sketsa gambar yang dilukis Tiara di buku tulisnya.

Sketsa tipis dari pensil 2B tumpul biasa, tetapi hasilnya tidak bisa dianggap biasa. Meski tidak sebagus sketsa pelukis profesional, tetapi ia dapat melihat guratan nyata dari gambar Tiara. Harus ia sesali bahwa setiap hari ia harus sedikit merusak gambar itu dengan beberapa catatan yang harus ia tulis. Namun, tidak ia pungkiri bahwa setiap sketsa Tiara membuatnya lebih suka belajar hanya untuk menatap gambar yang dibuat oleh jemari lentik sahabatnya.

Samudra sempat akan berfikir untuk menyiapkan sebuah buku sketsa khusus Tiara menggambar untuk dirinya, sekali lagi Samudra mengingatnya, saat gadis di hadapannya mengatakan, "gue gambar supaya lo belajarnya giat, bukan supaya lo nggak belajar dan ngeliatin gambar gue doang."

Ini sudah berlangsung sejak ia kelas satu Sekolah Menengah Pertama, awalnya Tiara hanya menggambar kartun di buku tulisnya hingga ia kelas tiga Sekolah Menengah Pertama barulah mulai Tiara menggambar sketsa wajah sederhana, sedang sketsa wajah rumit yang nyaris sempurna ia hanya gambarkan di buku gambarnya.

"Gue mau tanya sesuatu, deh," ucap gadis itu akhirnya menyita perhatian Samudra.

Samudra tidak menjawab, tetapi Samudra yakin tatapan mata yang sepenuhnya tertuju pada gadis di hadapannya pasti sudah menunjukkan respon darinya. Namun, Tiara tidak juga mengucapkan pertanyaan yang ia maksudkan hingga Samudra memutuskan memberi respon lebih dengan pernyataannya. "Gue nunggu."

"Ehm ... gue nggak tahu kenapa susah banget ngomongnya. Padahal udah di ujung lidah tapi kaya ketahan gimana gitu ini pertanyaan. Jadi, lo punya sesuatu yang mau lo kasi tahu ke gue nggak?"

ERROR (Sahabat Rasa Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang