Yuna tak pernah kepikiran bisa dijemput seorang tukang ojol seganteng ini. Ia tersenyum manis dan menerima helm yang disodorkan cowok itu. Begitu naik ke atas jok, aroma maskulin menguar di hidungnya. Ia tak pernah mendapatkan ojol sewangi ini. Mentok, bau-bau minyak tawon.
Suasana agak canggung. Selain kakaknya, Yuna tak pernah diantar cowok muda. Kebanyakan bapak-bapak mirip Pak Nurhadi yang mencalonkan diri sebagai capres nomor urut 10.
"Baru pulang kuliah, Dek?" tanya cowok itu. Yuna perlu mengingat nama cowok yang tertera di aplikasinya. Ia baru sadar, foto di aplikasi itu berbeda dengan yang memboncengnya.
"Mas beneran Mas Solikin?" tanya Yuna, sedikit waswas pula. Ya kali meskipun ganteng, ia tak mungkin ikut bersama orang asing, kan? Bagaimana kalau cowok itu sindikat penculik? Atau pencuri beha yang beritanya sedang marak di kota itu?
Cowok itu terkekeh pelan. Dari spion, Yuna bisa melihat wajah cowok itu yang tak tertutup kaca helm. Matanya menyipit saat tertawa.
"Sebenarnya, ini punya teman saya, Dek. Dia lagi nggak bisa mangkal, anaknya sakit. Jadi, saya gantiin biar dia tetap dapat penghasilan."
Duh, baik banget sih. Coba Mas-ku sebaik ini.
"Oh."
Motor berhenti di depan rumah minimalis di Jalan Rungkut. Yuna turun dari atas motor dan menyerahkan helmnya. Ia merapikan rambutnya yang berantakan.
"Rambutnya berantakan. Maaf, ya," kata si cowok ojol sopan.
"Nggak apa. Kan saya juga nggak ke mana-mana." Yuna mengeluarkan uang.
"Nggak usah."
"Loh, kenapa?"
"Nggak apa. Jumat berkah, Dek. Saya gratiskan, ya."
"Terus Mas Solikin yang punya akun nggak dapat duit dong? Katanya mau bantuin? Piye toh, Mas?"
"Sudah saya tanggung." Si cowok ojol mulai menghidupkan motor. "Saya pamit ya, Dek. Habis pulang kuliah jangan lupa makan siang." Lalu, ia melajukan motor pergi, meninggalkan Yuna yang masih terpaku. Ia bahkan lupa menanyakan nama cowok ojol itu. Dan lupa minta nomor hape.
Siapa tahu kan bisa minta antar jemput tiap Jumat. Lumayan, gratis.
Rumah sepi. Kakak Yuna tampaknya tak ada di rumah. Ia sudah mengirim pesan, tapi tak berbalas. Orang tua gadis itu sering pergi ke luar kota untuk keperluan pekerjaan sehingga hanya ia dan satu orang kakaknya (yang tak layak disebut kakak juga) yang tinggal di sana.
Ketika hendak mengambil minum, Yuna melihat tulisan tangan cakar ayam yang ditempelkan di kulkas.
G ush jajan byk. Di kulkas udh ada makanan.
PS: tp jgn makan kebab di dalem sana ya, sat.
YG
"Aduh, ngapain sih nyimpen kebab di kulkas? Goblok bener." Yuna membuka pintu kulkas dan benar saja, ada kebab yang ditaruh di salah satu rak, masih dalam kondisi terbungkus. Ia mengambil minuman di dalam botol kecil. "Jus lemon nih?" Lantas, menenggak begitu saja dari mulut botol.
Yuna menyembur. Ia memeletkan lidah dan berkumur dengan air keran di tempat cucian piring.
"INI APAAN?" Ia lalu menoleh, menyadari ada kertas lain berukuran lebih kecil di bawah catatan tadi.
PSS: jgn minum yg kuning y. Itu pipis Holly.
"YOGI BANGSAT!!!"
*****
Ada usul visual ceweknya ga? Yang mukanya jutek gitu. Sooyeon GIDLE cocok ga ya buat Yuna 🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Jeon (Cerita Halu BTS Jungkook)
Fanfiction"Selamat siang, Pak Jeon. Saya baru saja mengirim tugas ke email Bapak. Mohon dicek." "Jangan panggil saya Bapak, dong. Saya masih muda." "Terus, saya manggil apa?" "Sayang." ===================== Kampus geger. Ada seorang dosen muda yang baru masuk...