8

3.8K 589 149
                                    

Bola mata Yuna memelotot. Ia buru-buru menunduk penuh penyesalan. "Maaf...."

Jeon menyengir melihat tingkah Yuna yang dianggap lucu. Dengan perlahan, ia melepas tangan Yuna, membiarkan gadis itu duduk lagi sambil menundukkan kepala seperti anak kecil yang baru kena marah ibunya.

"Saya juga minta maaf. Saya nggak maksud marahin kamu. Cuma...." Jeon menunjuk Macbook-nya. "Kamu harus berlatih tanggung jawab. Macbooknya mendadak mati iku loh."

"Iya. Nanti saya service deh, Pak. Boleh saya bawa pulang?"

Jeon mengangguk. "Asal jangan dibuka-buka ya kalau udah bener."

"Dih, Bapak loh tadi buka-buka isi flashdisk saya. Ayo ngaku!"

"Ora, Yun."

"Tenan (beneran)." Yuna mengerucutkan bibir. Ia mengulurkan tangan. "Kalau gitu, serahkan flashdisk saya."

"Nyoh (nih)." Jeon mengangsurkan flashdisk Yuna, yang langsung disambar gadis itu. "Tak tunggu Macbook-nya selesai, lho."

"Halah, Pak. Kan sampean pasti punya banyak laptop di rumah. Tanpa menunggu saya juga Bapak pasti bisa kerja pakai yang lain."

Ya... memang betul, sih. Jeon terbiasa menyimpan semua datanya di iCloud sehingga ia perlu khawatir jika sesuatu terjadi. Seperti saat ini. Semua file mahasiswanya ada di Macbook. Tentunya, file itu juga sudah disalin di iCloud.

"Kakak," koreksi Jeon. "Sudah berapa kali loh saya minta kamu manggil 'Kak'."

Bibir Yuna mengerucut ke samping. "Saya lebih enak manggil 'Pak' saja, kan lebih sopan. Kalau teman-teman denger saya manggil 'Kak', nanti pada nyocot (ngebacot)."

Jeon terkekeh. "Saya antar pulang, ya."

*

"Besok saya ada penataran, jadi nggak bisa masuk kelas. Tolong kasih tahu teman-teman kamu ya buat ngerjain tugas aja. Nanti saya kirim E-mail."

Yuna memberikan hormat melalui dua jarinya. "Siap." Ia mendekap Macbook Jeon yang sudah mati kena tumpahan kopinya. "Saya masuk ya, Pak." Gadis itu turun, lantas memberikan senyuman sebelum lelaki itu melajukan mobil pergi.

Berbalik badan, mata Yuna menangkap mobil di halaman rumahnya. Ia menggaruk kepala, tampak tak asing dengan mobil itu. Mobil Teddy? Bukan. Teddy suka pakai motor Mio tiap berkunjung ke rumahnya. Ia membuka gerbang dan melenggang masuk. Begitu membuka pintu, barulah ia mendapatkan jawaban.

"Nah, adikku sudah datang." Yogi menunjuk Yuna yang melangkah mendekati sofa.

Tamu kakaknya itu pun langsung berdiri dan memutar badan. Tak lupa, ia menyelipkan senyum manis hingga membuat matanya menyipit.

"Oh, adiknya sampean toh ternyata. Ayu, lho."

Mendengar pujian itu, Yuna menggaruh kepala dan tersenyum malu-malu. "Mas Solikin temenan sama kakakku, toh?"

"Mas Solikin mbahmu. Namanya Christian Jumantara," ralat Yogi. "Ndak sopan koen."

"Aku udah terbiasa manggil gitu, lho." Yuna mencebikkan bibir. "Apa mau dipanggil Mas Jum aja?"

"Heh." Yogi memamerkan bogeman. "Yang sopan."

Christian tertawa sampai membungkukkan badan. "Nggak apa, kok. Aku mah terima dipanggil apa aja kalau sama Yuna."

"Kalau dipanggil Sayang boleh, dong?"

"Cangkemmu (mulutmu), Yun," sahut Yogi, mulai tak main-main. "Masuk kamar sana."

Pak Jeon (Cerita Halu BTS Jungkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang