Yuna terbahak membaca balasan Jeon.
"Kangen matamu a, Pak." Yuna mendecak lidah. Ia memikirkan balasan untuk dosennya itu.
Makin ke sini, dosen gantengnya itu berani bicara secara blak blakan. Yuna jadi penasaran, apakah memang Jeon suka mengumbar kata-kata manis? Lantas, bagaimana cewek di layar ponselnya?
Mengingat foto itu membuat perut Yuna mulas lagi. Ia mendesah panjang. Haruskah ia bertanya siapa cewek di foto itu? Biar ia tak membiarkan spekulasi mengular di kepalanya.
"Astaga aku jadi badut." Yuna melempar ponsel dan memandang Holly yang sudah tidur di sampingnya. "Holly, menurutmu, aku tanyain ke dia nggak soal cewek itu?" Tak ada balasan. Anjingnya sudah terlelap tidur. Ia memutuskan untuk memejamkan mata dan melupakannya.
*
Sepanjang mata kuliah Linguistik, Yuna hanya memain-mainkan pulpen. Teman-temannya sibuk mencatat, baik di buku, iPad, atau laptop. Namun, hanya ia yang diam, membawa lamunan jauh. Ada yang melemparinya dengan buntalan kertas. Kena kepala. Praktis, Yuna menoleh mencari sosok pelemparnya. Ia menatap Suhay yang sedang menulis di bangku belakangnya.
"Eh, Su, sopo yang ngelempar aku?"
Suhay menengadahkan kepala. "Lha, emboh (nggak tahu)."
Yuna menoleh ke kanan-kiri. Ia menemukan segerombolan cewek di bangku belakang yang cekikikan melihatnya. Mata Yuna menangkap buntalan kertas di meja salah satu cewek itu.
"Oalah jancuk."
"Heh, lambemu (mulutmu)," tegur Dani yang tak sengaja mendengar Yuna misuh di sampingnya. "Yun, besok mau tak ajak?"
"Ke mana? Nanti kalau aku jalan sama kamu, dipikir aku cabe-cabean godain pacar orang." Yuna tak ingin namanya semakin jelek. Orang-orang sudah banyak menuduhnya menggoda dosen-dosen di kampus. Ia tak mau menambah spekulasi negatif. Apalagi, Dani kan sudah punya pacar.
"Nggak bakal. Jihan udah kukasih tahu kok kalau nanti aku ajak kamu."
"Seminar lagi?"
"Enggak. Ke rumah Pak Jeon."
Deg. Asu, kenapa nih? Yuna merapatkan bibir. "Ngapain?"
"Bantuin ngoreksi tugas mahasiswa lah. Kan katanya kamu juga disuruh beliau. Ya udah, sekalian kita barengan. Besok, yo? Mau tak jemput ndek rumahmu, tah? Aku mau minjem mobil Ceceku."
Aku menggaruk tengkuk. "Di rumahku ada sepupuku. Nggak enak kalau kutinggal."
"Ya diajak aja."
"Ndasmu." Ngajak Yono sama aja cari mati, pikir Yuna. Yonanda akan mengacaukan segalanya. "Ya udah. Tapi, aku nggak bisa lama-lama, lho. Nanti kalau kakakku tahu aku ninggalin sepupuku lama, bakal dimaki-maki aku."
"Iya.... Sepupumu suka apa? Bawain aja sesuatu. Biar nggak bawel."
Boleh dicoba sih.
Yuna dan Dani tak lagi melanjutkan percakapan karena Bu Sasa memelotot ke arah mereka.
*
"YONO!" Yuna berteriak memanggil Yonanda begitu keluar dari kamar. Ia sudah siap dengan tas kecil.
"Apaan, sih?" Suara Yonanda terdengar di bawah. Oh... rupanya cowok itu sedang asyik main video game sambil tiduran di sofa.
Yuna menuruni anak tangga dengan cepat. "I will go sama my friend."
Menjeda permainan sebentar, Yonanda menengadah menatap sepupunya. "Terus, aku ditinggal di sini, gitu? Alone? Nanti kalau aku mati kesepian gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Jeon (Cerita Halu BTS Jungkook)
Fanfiction"Selamat siang, Pak Jeon. Saya baru saja mengirim tugas ke email Bapak. Mohon dicek." "Jangan panggil saya Bapak, dong. Saya masih muda." "Terus, saya manggil apa?" "Sayang." ===================== Kampus geger. Ada seorang dosen muda yang baru masuk...