"Bunda nih orang lagi enak males-malesan di kamar juga kenapa harus disuruh sih?" gumam Iqbaal sambil turun dari motor nya, ia sudah sampai di pekarangan rumah (namakamu)
Iqbaal menatap paper bag yang ia bawa, "Eh atau gue sekalian minta maaf aja ya sama (namakamu)?"
Iqbaal mengangguk mantap dan berjalan ke arah pintu utama, Iqbaal mengetuk pintu beberapa kali, "(Namakamu)!" panggil Iqbaal namun tidak ada jawaban
Iqbaal mengetuk pintu sekali lagi namun tidak ada jawaban juga, ia mengerutkan keningnya, "Ini pada kemana ya?"
Iqbaal melihat keseliling dan sepi, "Gue balik aja deh,"
Iqbaal berjalan ke arah motornya namun saat ia ingin menyalakan motor ia diakgetkan dengan tepukan dibahunya, "Asstagfirullah!"
"Ngapain Baal?"
Iqbaal turun dari motornya dan menatap siapa yang mengagetkannya tadi, "Loh Bang Nabil?"
Nabil mengangguk, "Kenapasih kaget banget ngeliat gue?"
Iqbaal menghela napas, "Nih ada titipan dari Bunda," ucap Iqbaal sambil menyerahkan paper bag yang ia bawa
Nabil menerimanya sambil tersenyum, "Makasih ya!"
Iqbaal mengangguk, ia melihat ke arah belakang Nabil namun ia tidak menemukan (namakamu) disana
"Cari (namakamu)?" Tanya Nabil
Iqbaal mengangguk, "Iya, dia kemana?"
"Lagi pergi sama Uta, kenapa?"
Iqbaal menggeleng kecil
+ PEKA +
(namakamu) masuk ke dalam rumah, ia baru saja diantar pulang oleh Nauta dan sekarang sudah menunjukkan pukul 8 malam
"Iya itu ditendang bolanya jangan main sendiri heh!"
"Bang geser dikit kenapa sih sempit banget kaya diangkot!"
(namakamu) berjalan ke arah ruang tamu dan ia melihat Nabil dan Iqbaal sedang bermain ps disana
"Lo lah yang geseran! Dari tadi maunya deket-deket sama gue terus! Gue normal ya!"
"Ampun dah gamau ngalah banget sama yang muda!"
Nabil mencebikkan bibirnya dan mereka kembali bermain
(namakamu) tertawa kecil dan ia berjalan menaiki tanggan untuk menuju kamarnya
"Eh Adek udah pulang? Kok gak bialng?"
(namakamu) memberhentikan langkahnya, ia membalikkan badannya ke arah Nabil yang sedang menatapnya, "Abang lagi asik takut ganggu."
"Gak ganggu kok, sini dulu." ucap Nabil dan akhirnya ia menghampiri kedua pria itu, (namakamu) duduk di sofa sedangkan Nabil dan Iqbaal duduk diatas karpet bulu yang ada dibawahnya
"Darimana tadi sama Uta?" tanya Nabil
"Cuma jalan-jalan biasa aja di mal," jawab (namakamu)
"Kok tumben sampe jam segini?" tanya Nabil
"Iya tadi macet Bang," ucap (namakamu)
Nabil menjeda permainannya membuat Iqbaal berdecak kesal, "Kok malah di-pause sih Bang?"
"Ih bawel banget sih jadi laki!" ucap Nabil kesal sedangkan Iqbaal hanya mencebikkan bibirnya
Nabil menghadap (namakamu) dna tersenyum ke arah gadis itu, "Abang sakit perut mau ke kamar mandi."
(namakamu) menatap Nabil aneh, "Harus banget laporan sama aku?"
Nabil menampilkan jejeran giginya, "Udah ya Abang mau nabung dulu," ucap Nabil sambil berdiri
"Heh! Awas lo main duluan!" ucap Nabil pada Iqbaal
"Bawel!"
"Ih songong ya!" ucap Nabil sambil memukul bahu Iqbaal
"Iya aduh sakit! Heran banget gak dirumah gak disini disiksa mulu gue!" eluh Iqbaal sedangkan Nbail hanya tertawa mengejek setelah itu ia pergi
Ruang tamu jadi hening, Iqbaal dan (namakamu) sibuk dengan pikirannya masing-masing
"Ck!"
(namakamu) menatap Iqbaal yang berdecak kesal, pria itu masih membelakangi (namakamu). (namakamu) yang tidak tau harus berbuat apa, ia berniat untuk pergi ke kamar nya namun baru saja ia berdiri dan hendak berjalan tangannya sudah ditahan
"Tunggu dulu, gue mau ngomong." ucap Iqbaal
(namakamu) menatap Iqbaal dan kembali duduk, "Apa?"
Iqbaal menghela napas nya dan ia menggenggam kedua tangan (namakamu), posisinya masih sama (namakamu) yang duduk di sofa dan Iqbaal yang duduk di lantai
"Maaf, kemarin gue lagi emosi. Harusnya gue gak marah-marah sama lo," ucap Iqbaal, ia menatap (namakamu) dengan tatapan memelas
"Tapi beneran (nam), gue gak suka lo dekat-dekat sama Juna. DIa gak baik,"
"Gue hanya sebatas teman satu tim sama dia, kalau gue harus jauhin dia gimana tim kita mau jalan? Gue udah mau tanding dan ini pertandingan terakhir gue, harusnya lo ngerti." ucap (namakamu)
"I know, tapi gue mohon setelah pertandingan lo selesai lo harus jauhin Juna jangan pernah berurusan sama dia." ucap Iqbaal dengan nada memohon
(namakamu) mengangguk dan setelah itu Iqbaal memeluknya
"Gue sayang sama lo (nam),"
+ PEKA +
"Iqbaal bangun udah jam 5 nanti kamu telat sekolahnya!"
Bunda menyingkirkan selimut yang masih membungkus tubuh Iqbaal namun laki-laki itu malah memeluk gulingnya semakin erat
"Iqbaal bangun sebelum Bunda siram kamu pakai air!" ucap Bunda
"5 menit lagi Bun, Iqbaal ngantuk." ucap Iqbaal dengan mata yang masih terpejam
"Siapa suruh semalam gak langsung tidur? Bunda gak terima alasan! Buruan bangun!" ucap Bunda sambil menarik guling yang Iqbaal peluk
Iqbaal menghentakkan tangannya kesal dan kemudian membuka matanya, "Bunda, Iqbaal tuh masih ngantuk banget. Daripada nanti di kelas Iqbaal ketiduran terus diomelin guru dan Budna dipanggil kesekolah mending biarin Iqbaal tidur disini,"
Bunda berdecak kesal, "Anak ini bener-bener ya! Kamu tuh makan apa sih sampai kelewat pintar gini?"
"Ya Bunda emang masakin aku apa?"
Bunda melebarkan matanya dan sedetik kemudian telingan Iqbaal sudah ia tarik membuat Iqbaal memekik kesakitan dan sekarang matanya sudah terbuka sempurna
"Aduh Bunda sakit Bunda! Nanti kalau Iqbaal gak punya telinga gimana nih?!" pekik Iqbaal sambil menahan tangan Bunda yang maish menarik telinganya
"Biarin! Biar sekalian kamu gak bisa dengar!" ucap Bunda
"Bunda sakit Bun yaampun!" ucap Iqbaal dan Bunda melepakannya dengan kasar, Iqbaal mengusap telinganya yang memerah
"Kemarin di sebelah kanan sekarang sebelah kiri. Makasih loh Bun, sebentar lagi Iqbaal gak punya telinga." ucap Iqbaal sambil mengerucutkan bibirnya
Bunda mencubit perut Iqbaal dan lagi lagi Iqbaal memekik kesakitan
"Buruan mandi!" setelah itu Bunda keluar dari kamar
"Sebenarnya gue anak kandung bukan sih?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[11] Peka
FanfictionPesan dari cerita ini cuma satu. Coba peka dengan sekitar jangan terlalu fokus dengan satu titik.