Chapter 4

2 2 0
                                    

Assalamualaikum
Holaa gengs, Hari ini aku Up lagi yaa, wkwk
Ga tau kenapa, lancar aja gitu mikirin part selanjutnya. Biasaa, abis dapet pencerahan.

Langsung aja ya
Happy Reading all❤

Hanika dan Berlian sekarang sedang duduk bersebelahan. Dengan kondisi yang, yaaa.. Rambut acak-acakan, baju yang lusuh dan dengan raut wajah yang sangat sangat tidak sedap dipandang.

Di depan mereka terlihat seorang wanita paruh baya. Sekitar 50 atau 52 tahunan sepertinya. Teta Herlina namanya. Kepala sekolah mereka.

Bu Teta hanya menatap Hanika dan Berlian saja. Berharap salah satu dari mereka dapat sadar dengan sendirinya dan mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. 3 tahun sekolah di sini, tidak mungkin mereka tidak tau sifat kepala sekolahnya itu.

Jika ada siswa yang melakukan kesalahan. Mereka tidak langsung dihukum. Tapi di hujani dengan tatapan tajam dari wanita tersebut. Tatapan Killer. Seperti seekor Zombie yang menemukan mangsanya dan ingin segera menghabisinya.

Guru lain bilang, dia melakukan itu agar siswa dapat berpikir. Merenungi kesalahannya, hingga timbul rasa penyesalan dari diri siswa tersebut. Entah bagaimana cara kerjanya. Tapi hal itu cukup membuat siswa di sekolah ini kapok dan membuat siswa berpikir dua kali untuk melanggar peraturan sekolah.

Dan itulah yang dirasakan Hanika dan Berlian sekarang. Sejak tadi bu Teta terus saja memandangi mereka dengan tatapan membunuh.

Kejadian tadi sangat kacau, apalagi mengingat tempat mereka membuat keributan ini bukanlah "Discotic" yang bebas dari pengawasan guru. Ini AULA SEKOLAH! sekali lagi A U L A S E K O L A H !

Dan lagi, pesta ini tidak hanya dihadiri oleh siswa saja, melainkan guru juga ikut hadir dalam pesta ini.

"Mati gue ! MATI" batin Hanika

"Kalian akan terus diam seperti ini, atau menceritakan yang terjadi" Ucap bu Teta memecah keheningan.

"Eh, nih bu si anak mami! Dia yang mulai duluan!" Serobot Berlian

"Yee, gue kan udah minta maaf" dumel hanika pelan, namun masih dapat terdengar di telinga Berlian.

"Tapi lo gak ikhlas ngucapinnya" ucap Berlian meninggikan suaranya

"Lo yang sengaja cari gara-gara sama gue. Ahh.. Gue tau, lo iri kan sama gue karena gue bisa dapetin cowo-cowo gans di sekolah ini? Iyakan?? Ngaku deh lo!"

Keduanya berdiri dan kembali berdebat.

Praakkk

Bu Teta menggebrak meja dengan sangat keras.

"Duduk!" Titah bu Teta sambil mencoba untuk mengontrol emosinya. Hanika dan Berlian menuruti perintah bu Teta dan kembali duduk.

"Saya tidak habis pikir sama kalian berdua" Ucap bu Teta "Ini malam terakhir kalian di sekolah ini, bisa-bisanya kalian membuat keributan seperti ini. Setidaknya berpikirlah dewasa. Apa pendidikan di sekolah ini tidak cukup? Atau kalian mau mengulang lagi? Kalau mau saya bisa saja tidak jadi meluluskan kalian" Sambung bu Teta

Hanika dan Berlian hanya bisa terdiam dan mendengarkan ocehan bu Teta.

"Sekarang saya tanya sama kalian, apa yang kalian dapatkan dengan bertengkar? Sensasi?" Ucap bu Teta pedas. Lagi-lagi Hanika dan Berlian hanya terdiam dan tertunduk melas.

***

Josen, Rival dan Pria tadi sedang menunggu di depan ruang kepsek. Rival berdiri di sisi kanan pintu, sedangkan Josen dan pria itu di sisi kiri pintu. Pria tadi? Ya, yang sebelumnya sempat mengajak Josen berdansa.

Josen sendiri tak tau siapa dan apa yang pria itu lakukan disini. Penasaran, Josen memberanikan diri membuka percakapan.

"lo ngapain disini?" tanya Josen heran.

"Sa sa saya?"

"Iya elo, lo ngapain disini? ngikutin gue?"

"Enggak, saya lagi nungguin.. Temen, yah nungguin temen"

"Temen? Siapa? Berlian? atau Hanika?" tanya Josen lagi.

Mendengar nama pacarnya disebut-sebut, Rival menoleh ke arah Josen dan pria itu dengan tatapan sinis. Sebenarnya Rival lebih fokus ke pria itu.

"Lo kenapa val?" tanya Josen kepada Rival yang tiba-tiba memandang mereka dengan tatapan sinis.

Rival hanya menggeleng-geleng saja.

"Dasar gaje" Josen mendecih pelan. Sangat pelan, sampai-sampai tak ada yang bisa mendengarnya.

"Eh lo belom jawab pertanyaan gue!" Ucap Josen mengalihkan pandangannya ke pria itu.

"Yang mana?"

"Huhh" Josen sedikit mendengus kesal. "Lo nungguin Hanika apa Berlian?" Josen mengulang pertanyaannya.

"Berlian" Jawabnya singkat.

"Ouuhh, kok gue gak pernah liat lo ya disini?" tanya Josen sedikit mengintrogasi

Belum sempat pria itu menjawab pertanyaan Josen. Tiba-tiba

Krrekk! Pintu terbuka

~

Hai! Gimana part ini?
Semoga suka yaa, jangan lupa pencet Star yang ada di pojok kiri.
Comment boleh kali yaa, hihihi

Makasih buat yang udah bersedia mampir ke cerita ini, jangan bosen bosen ya bacanya. Jangan lupa ajak yang lain baca juga.

Makasih

Love you All❤



Kapok PACARAN !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang