5 ¦ rokok

2.4K 429 141
                                    

Tap tap tap

Hari sudah malam. [ name ] menggerutu kesal. Ia hampir saja ketinggalan kereta terakhir.

Seharusnya ia sudah pulang sejak sore tadi, tapi karena ia diajak makan malam bersama Hitoka, akhirnya ia mengiyakan dan ternyata itu adalah acara makan malam bersama para mahasiswa-mahasiswi universitasnya. Tidak hanya dari fakultasnya, namun banyak juga yang berasal dari fakultas lain. Bahkan beberapa dosen turut serta dalam acara tersebut dan berbaur dengan para mahasiswa, minum-minum dan mabuk bersama.

[ name ] tidak minum, ia juga tidak banyak bicara selama makan malam. Terkadang ia berbasa-basi dengan beberapa mahasiswa yang mengajaknya berkenalan. Sisanya ia mengobrol dengan Hitoka dan Shimizu.

Meski tidak mabuk, kepalanya terasa begitu sakit. Ia meringis sembari merogoh sakunya untuk mengambil kunci ketika sampai didepan pintu apartemennya. Ia tidak peduli lagi jika pintu ini ngambek dan sulit dibuka, [ name ] tidak akan segan untuk mendobrak pintu, kalau bisa sampai merusaknya.

Dan ternyata benar, lagi-lagi pintu itu macet.

[ name ] ingin berteriak. Tapi ia tidak mau membangunkan tetangganya dan dikira orang gila. Ia mengacak rambutnya frustasi.

Sebuah ide terbesit di otaknya. Ia mengambil ponselnya yang berada didalam saku celana dan mencari kontak Hitoka. Mungkin ia bisa meminta bantuan dengan menginap semalam di apartemen gadis itu dan memintanya untuk menjemputnya dengan mobil Hitoka.

Tunggu, bukankah itu terlalu merepotkan? Sebaik-baiknya seorang Hitoka ia pasti akan jengkel juga jika diganggu tengah malam begini. [ name ] mengerang pelan.

[ name ] hampir saja putus asa dan berpikir untuk tidur di jalanan, tapi ia mendengar suara langkah kaki dari arah tangga. Wajahnya mencerah. Sepertinya ia bisa minta bantuan pada orang itu.

Namun dalam sekejap wajahnya menjadi murung kembali disaat melihat sosok yang sedang berjalan kearahnya.

"Ah, nona. Sedang apa malam-malam begini?"

[ name ] mengerucutkan bibir.

"Aku ingin pergi berolahraga."

Kuroo terbahak. [ name ] berjengit saat mendengar tawa nya yang begitu keras. Ia bisa saja membangunkan dan mengganggu seluruh penghuni apartemen.

"Selera humormu bagus juga, nona."

Kuroo sudah berhenti tertawa. Ia menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya.

[ name ] mendengus. Ia mencoba kembali membuka pintunya namun nihil. Rasanya ia ingin menangis sekarang.

"Masalah pintu lagi?"

Gadis itu mengangguk lemah tanpa menatap Kuroo yang tengah memandanginya dengan penasaran. Kepalanya tertunduk menatap gagang pintu yang digenggamnya.

"Bagaimana kalau temani aku dulu sebelum aku membukanya untukmu?"

[ name ] memicingkan matanya. Kuroo menyeringai kecil.

"Sepertinya pintumu benar-benar nakal, nona."

[ name ] menghela nafasnya. Ia melirik kearah Kuroo dengan tatapan menyelidik.

"Kau mau apa?"

Ujung bibir pemuda itu tertarik.

Tiba-tiba Kuroo melangkahkan kakinya dan membuat [ name ] mundur selangkah. Tapi ternyata Kuroo berjalan ke arah balkon dan ia menengadah dan menatap langit malam sambil menerawang.

[ name ] dapat melihat tangan kekarnya bergerak-gerak merogoh saku celana dan ia mengeluarkan sekotak rokok dari sana. Ia juga mengeluarkan sebuah pemantik api dan menyalakan sebatang rokok. [ name ] menahan nafasnya ketika pemuda itu menyelipkan rokoknya diantara bibir tipisnya.

thank u next ¦ k. t. √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang