Laura Faradilla Wilonsha

73 43 51
                                    

"Oke, sekian hari ini kita berlatih" Pak Harno meniup peluit tanda berakhirnya ekskul Badminton. Laura dan lawannya berlari menuju pinggir lapangan. Laura tiba-tiba disenggol teman akrabnya, Seren.

"Ra, besok lo ikut gue" Laura memutar bola matanya dan memandangi teman sejatinya dengan wajah penasaran.

"Kemana?" Laura menaikkan kedua alisnya dan memasang wajah bingung. Laura adalah salah satu siswi paling berbakat dalam bidang olahraga. Hampir lebih 50 tropi disabet cewek pendiam itu.

"Yang penting lo ikut gue" Seren berlari meninggalkan Laura yang masih mengemas barang-barangnya.

Sore itu, hujan turun dengan derasnya. Seperempat jalan di depan sekolah banjir. Laura menerobos banjir dengan jas hujan yang menyelimuti sekujup tubuhnya.

Banjir semakin tinggi hingga mencapai seperempat bagian kaki. Dinginnya hujan tak membuat langkah Laura terhenti. Ayahnya yang kurang memberikan kasih sayang ke Laura menjadikan Laura anak yang sangat pendiam.

Laura sempat melewati sebuah cafe. Terlihat ibunya, Kazia dan ayahnya, Rendy sedang asik meminum coklat panas. Langkah Laura sempat terhenti dan mendekati kedua orang tuanya.

"Wah, minum coklat panas. Laura boleh minta gak?" Laura memandangi coklat panas itu dengan penuh harapan ayahnya membelikannya coklat panas. Minuman kesukaan Laura.

"Sorry, ayah gak punya duit" Laura menahan isak tangis di dalam hatinya. Dia memandangi dompet ayahnya yang terisi penuh uang.

"Kalau gak bisa, anterin Laura ke rumah dong" Laura kembali meminta permohonan dari ayahnya dan ibunya.

"Dasar anak manja, jalan sendiri kan punya kaki" Laura kembali menahan bendungan isak tangisnya yang terkumpul di hatinya. Laura meninggalkan kedua orang tuanya dan berlari dengan tangisan yang telah membasahi pipinya.

Sesampai di rumah, Laura berlari menuju kamarnya. Mengganti baju yang basah kuyup terkena hujan. Laura beberapa kali memandangi sekeliling rumah. Diam-diam, Laura memasukki kamar ayahnya.

Laura menghilangkan rasa sakit hatinya dengan bermain ponsel. Laura menelpon Seren untuk rileks menghilangkan rasa sedih.

"Ngapain lo nelpon?"

"Gue sendirian"

"Terus?"

"Gue mau ke rumah lo"

"Serius?"

"Yoi"

"Bokap lo gak ada di rumah?"

"Ya gak ada. Jemput gue"

"Oke"

Hujan mulai berhenti. Laura memilih membuat coklat panas sendiri sambil menunggu Seren di depan teras. Mobil Seren pun terparkir di depan rumah Laura.

"Ra, Lets go!" Seren keluar dari mobil dan mendekati Laura yang enak-enakkan meminum coklat panas.

"Bentar dulu, nih lo minum dulu"

"Thank you"

Mereka berdua kembar identik bukan saudara. Keakraban mereka membuat rasa sakit yang di derita Laura hilang.

"Nah, sekarang mau ngapain?" Sesampai di rumah Seren, mereka masuk ke kamar Seren untuk sekedar bermain.

"Gue gak tau," Jawab Laura sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

"Nonton drakor yuk," Ucap Seren sambil mengeluarkan laptopnya dari bawah meja belajar.

"Terserah lo. Yang penting drakornya pemainnya Oppa" Laura mendekati Seren yang membuka drama korea "Descendast Of The Sun".

"Yes, ini baru ganteng oppanya," Laura memandangi wajah So Jong Ki yang berwajah gantengnya luar biasa.

"Ni oppa ganteng-ganteng jadi tentara," Cibir Laura yang cerewetnya minta ampun. Sekali lihat wajah Oppa, seribu pertanyaan dilontarkan Laura.

Laura melirik ke jam tangannya yang menunjukkan pukul 21.00. Laura seketika terkejut dengan jam yang di lihatnya.

"Ini jam sembilan?," Tanya Laura yang masih fokus menonton drakor.

"Pulang aja lo, dah malem" Seren mematikan laptopnya dan mengantarkan Laura ke rumahnya.

"Thank you" Laura langsung berlari masuk ke dalam rumahnya. Terlihat, Kazia dan Rendy sedang asik berangkulan dan menonton televisi. Beruntung, Laura tidak diketahui mereka berdua.

"Huh, makasih ya Allah" Laura pun tertidur pulas di tempat tidurnya.

TBC

Oke, kalau ada penepatan kata kapital apa yang lain salah, saya gak tau. Namanya baru belajar. Hehehe makasih ya udah baca. Vote dan Comment ya. Thank You.

To HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang