Namanya juga jaman milenial
Orangnya kebanyakan makan micin.Sore itu, matahari sudah terbenam dengan cepat. Laura yang masih terbaring di ruang inap bersama Ethan yang selalu di sisinya. Teman mulai terjalin di antara mereka berdua.
Laura duduk dan memandangi jarum infus yang terpasang di tangannya. Ethan terus-menerus menunggu hingga Rendy datang.
"Lo pulang aja." Ucapnya dengan lemas. Ethan tersenyum lebar sembari menarik kursi dan duduk di samping ranjangnya.
"Gue gak akan pulang sampe ada ortu lo yang datang." Jawab Ethan dan menyodorkan botol air mineral beserta sekapsul obat.
Laura meminum obatnya dan kembali berbaring. Ethan bangkit dari kursi ranjang dan tegak melirik ke depan pintu. Sepinya lorong-lorong rumah sakit membuat suasana sore itu begitu mencengkam.
Malam datang dengan cepat. Ethan melirik ke jam tangannya yang sekarang menunjukkan pukul 19.00. Ethan berjalan dan kembali duduk di samping ranjang Laura.
"Gue mau solat maghrib dulu." Pamitnya. Laura mengganguk kaku. Ethan bangkit dari kursi dan menuju mushola yang tak jauh dari rumah sakit.
Seorang suster datang dengan jarum suntik dalam sebuah nampan. Laura begitu pucat dengan ketakutan yqng melonjak tinggi. Mulutnya komat-kamit membaca doa.
"Hai." Sapa suster itu dengan senyuman manis. Wajah dingin suster itu langsung menjadi seorang bidadari yang siap melayaninya.
Laura mengganguk. Suster cantik itu mengenalkan namanya. "Nama suster Lisa, gak usah takut." Ucap suster itu dengan senyuman yang masih manis di mulutnya.
"Laura." Jawabnya dengan pelan. Lisa mengajaknya berbincang sehingga tanpa disadari Laura jarum suntik telah menusuk uratnya.
"Nah, suster pergi dulu ya." Lisa mengambilkan infus baru untuk Laura yang sudah hampir habis. Lisa kemudian pergi dan melambaikan tangannya.
Laura memandangi sekitar ruang inap yang saat ini di tempatinya. Sepi yang begitu mencengkam terpecahkan dengan kehadiran Ethan di depan pintu.
"Tadi sudah ada suster?." Tanya Ethan sembari mengambil remote TV. Televisi yang terpasang di depan ranjang Laura membuat kecengkaman langsung hilang.
Laura mengangguk kaku dan meraih ponselnya di samping laci. Ethan fokus menonton televisi hingga ponsel Ethan berdering. Telpon dari mammynya yang khawatir menunggunya di rumah.
Ethan: Halo mammy
Mammy: Anak mammy dimana?, mammy khawatir banget
Ethan : Ethan lagi di rumah sakit
Mammy : What?, kamu kenapa?
Ethan : Ada temen aku mam, dibawa ke rumah sakit
Mammy : Mammy siapin mobil
Ethan : Oke.
Ethan langsung mematikan ponselnya sembari menunggu mammy Mila. Ethan memutar bola matanya dan melirik ke Laura yang tertidur. Ia mematikan televisi dan keluar menunggu Mila di parkiran rumah sakit.
Ethan menunggu 20 menit di parkiran. Mila segera keluar dari mobil dan menggendong tas yang untuk apa gunanya.
Ethan mendekati Mila dan melepaskan tas Mila. "Ngapain mammy bawa tas, berat lagi." Ucap Ethan sambil berdecih.
Mila mendelik. "Eh, mammy bawain soalnya kan kamu belum mandi, bau acem."
Ethan meninggalkan Mila lebih cepat dan berbaring di sofa ruang inap. Mila mendongak melihat wajah Laura yang tertidur lelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Heart
Teen FictionKetika Rasa Yang Bertentangan Bertemu Untuk Sementara. Ethan Adriano Permana. Cowok terganteng sekaligus tercantik di sekolahnya. Wajah cool serta bau parfum begitu menyengat hati para kaum hawa. Senyuman manisnya sekarang hanya meninggalkan kenanga...