Cinta itu milik siapa?

1.8K 70 1
                                    

YOUNG WIFE
PART 5
By: R. Ana

Bulan mengantarkan mentari pada peraduannya di ufuk barat sedang rembulan telah siap menumpahkan cahayanya memberi keindahan pada malam yang jika tanpa dirinya akan kelam, rembulan juga mengikut sertakan bintang-gemintang menemaninya tuk menghiasi malam dengan sejuta keindahan lainnya.

Seusai sholat maghrib di masjid tidak seperti biasanya Pak Kiyai Ghafur segera turun kembali ke dhalem menemui Bu Nyai, sepertinya ada sesuatu yang penting malam ini yang akan mereka bicarakan.

"Mi, apakah Bu Fatimah sudah datang?" tanya Pak Kiyai setiba di ndalem.

"Belum Bah, mungkin sebentar lagi beliau datang," jawab Bu Nyai tenang.

Benar saja selang beberapa menit sebuah ketokan dan panggilan salam dari luar pintu berbunyi, sepertinya itu memang Bu Fatimah, keluarga ndalem segera menyambutnya dengan ramah mempersilahkan duduk di ruang tamu, sengaja Azkam juga di ajak duduk di sana menemui calon mertuanya, sekalian menyapa karena memang belum pernah berjumpa semenjak kedatangannya dari Mesir beberapa minggu kemaren.

"Apa kabar Gus Azkam?" Sapa Bu Fatimah terlebih dahulu.

"Alhamdulillah baik Bu, Ibu sendiri sehat?"

"Alhamdulillah, ternyata sampean sudah besar Gus,"

"Tentu Bu, bagaimana mungkin saya akan menikah jika masih anak-anak seperti dulu," canda Azkam membuat ruangan itu ramai dari derai tawa.

"Bagaimana masalah hari pernikahannya, apa sudah ditetapkan?" Sela Pak Kiyai.

"Sebenarnya saya sudah punya hari yang baik Pak Kiyai tapi selebihnya saya meminta Pak Kiyai sendiri yang menetapkannya karena Pak Kiyai lebih paham ilmu dari pada saya yang awam ini," jawab Bu Fatimah merendah.

Mereka bermusyawarah hingga akhirnya sebuah keputusan keluar dan itu membuat Azkam lega dan yang membuat ia penasaran adalah kedua orang tuanya belum mengatakan dengan jelas siapa calon istrinya.

"Maaf sebelumnya, boleh saya bertanya sesuatu?" Akhirnya Azkam menyela.

Semua mata teralih padanya. "Tentu," jawab Pak Kiyai.

"Sebenarnya siapa yang akan menjadi calon istri saya Abah?" tanyanya ragu-ragu.

Seketika ruangan senyap dan tawa Pak Kiyai berderai di ikuti senyum Bu Nyai dan juga Bu Fatimah, membuat Azkam kebingungan juga sedikit salah tingkah. Apa yang membuat mereka tertawa?.

"Jadi dari tadi kau juga belum memahami keadaan Anakku?" Tanya pak Kiyai memberi jeda, "Tentu saja Zalila putri Bu Fatimah," ujar Pak Kiyai lagi di sela tawanya. "Buat apa Bu Fatimah ikut menentukan hari pernikahanmu jika tidak ada hubungannya dengan anaknya?" lanjut Pak Kiyai Ghafur masih menahan tawa.

"Jadi calon istri saya adalah Zalila Abah?" Tanya Azkam kaget setelah di beri tahu.

Pak Kiyai mengangguk mantap.

"Kenapa kamu bahagia banget gitu Nak?" Goda Umminya.

Azkam tersenyum malu. "Ah... Ummi bisa-bisanya menggoda Azkam, Ummi 'kan tahu sendiri" ujarnya menyembunyikan rona di wajahnya. Menunduk.

"Tahu tentang apa?" Selidik Pak Kiyai.

"Bukan apa-apa Abah," sahut Bu Nyai mengelak.

Bu Fatimah bahagia melihat ke akrapan keluarga tersebut. Sebuah bayangan anaknya terlintas membayangkan jika Zalila berada di tengah-tenga keluar itu.

"Tapi apa tidak masalah Zalila menikah di usia yang sangat belia Bu?" tanya Azkam kemudian pada Bu Fatimah.

"Entahlah Gus Azkam, dulu saja saya sendiri dinikahkan waktu masih berumur sepuluh tahun."

young wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang