Di istana, Lucius sudah terbaring di atas ranjang. Sang Raja juga tengah duduk di kamar putranya, memperhatikan tabib yang untuk kesekian kalinya mengecek keadaan Lucius. Di sana juga ada beberapa orang pelayan dan Racther. Ketua para ahli yang tadi membunuh Vanessa.
"Kondisi pangeran sudah membaik, Yang Mulia. Kita hanya perlu menunggu sampai besok pagi. Setelah Pangeran Lucius terbangun. Saya akan memeriksanya lagi," Tutur sang tabib dengan pakaian putihnya, malam ini akan menjadi malam yang panjang.
Gaves mengangguk, mendengarkan dengan mata tak lepas menatap putra satu-satunya yang sudah dengan bodoh jatuh cinta pada wanita yang salah.
Saat semua orang sudah merasa tenang, Benedict datang dan menerobos ruangan itu, membuat Gaves menggeram.
Jendral tersebut tidak bodoh untuk tahu Raja tidak suka dengan kekurangajarannya, tapi ia benar-benar harus melapor secepat mungkin.
"Ma-maafkan saya Yang Mulia...," ujar Benedict dengan napas terengah. Raut wajah yang biasanya angkuh itu sirna dan berganti panik.
"Di luar ... di luar ...." Benedict yang percaya diri mendadak tergagap, diiiringi keringat dingin yang menyiratkan ketakutan.
"Katakan ada apa?!" bentak Gaves.
"Di luar ada klan Vampir sedang menyerang istana, Yang Mulia. jumlah mereka mungkin sekitar enam puluhan."
"Kerahkan semua pasukan dan penjaga, tunggu apa lagi. Jumlah pasukan di istanaku ribuan!" Perintahnya congkak.
"Mereka sangat kuat Yang Mulia, bahkan dalam waktu sekejap pasukan kita hanya tersisa setengahnya sekarang."
"Kalau begitu kirim pesan pada pasukan perangku di markas untuk segera kemari."
"Kami sudah mengirim orang ke sana, tapi kita tidak punya banyak waktu untuk menunggu bantuan datang. Serangan musuh begitu cepat."
"BRENGSEK!!!"
"Gunakan senjata perak yang dilumuri air suci." Racther yang sedari tadi menyimak segera menimpali. Lelaki berkulit gelap itu memang sudah menantikan pertemuan dengan klan vampir, tapi tidak secepat ini. Dia dan pasukannya belum melakukan apa pun.
"Sudah Ketua, tapi hanya mampu melumpuhkan dua Vampir di antaranya"
Terdiam ... hening ... baik Gaves mau pun Ratcher tidak sempat memikirkan tindakkan yang harus mereka ambil. Ini terlalu mendadak. Semua yang ada di kamar itu sudah merasakan firasat buruk. Pilihan terbaik saat ini adalah melarikan diri.
Gaves belum sempat mengucapkan apa pun ketika tiba-tiba daun pintu melayang ke dalam kamar, lalu menimpa salah seorang pelayan hingga tewas. Semua terkesiap.
Ada tiga sosok yang Gaves yakin mereka semua adalah Vampir. Di lihat dari pakaian serba hitam serta jubah semerah darah yang dikenakannya.
Para pelayan terutama yang wanita menjerit ketakutan tatkala melihat salah satu Vampir tengah menenteng kepala manusia yang sudah lepas dari tubuhnya. Darah dari kepala itu berceceran, mengotori lantai. Mereka semakin berteriak histeris saat dengan sengaja Vampir itu melempar kepala manusia ke arah mereka layaknya bola.
Gaves dan Racther tampak tak peduli. Ketua para ahli itu justru sedang menatap ke salah satu vampir di hadapannya.
Racther mengenalinya. Dia adalah Vladimir, salah satu vampir terkuat yang bahkan dengan senjata perak yang sudah dilumuri mantra suci pun tidak dapat melukainya. Sedangkan dua lainnya, Racther tidak tahu. Namun, sang ketua menebak jika ketiga vampir ini termasuk Vampir Agung.
Selayaknya manusia, Vampir juga mempunyai Raja dari klan mereka sendiri. Vladimir lah raja vampir itu di lihat dari mahkota emas dengan batu berliat merah di atas kepalanya.
"Halo Gaves...," sapa Vladimir dengan nada pelan yang mampu membuat bulukudukmu berdiri. Aura ketiga vampir ini sangat memancarkan sesuatu yang sangat jelas, kematian.
"Siapa kau?" tanya Gaves dengan nada tinggi berusaha menyembunyikan getaran ketakutan di dalam dirinya.
Vladimir hanya tersenyum miring, matanya sudah berkilat merah.
"Dia Vladimir, Yang Mulia. Salah satu raja vampir," bisik Racther.
"Vladimir? Huh, aku tidak peduli. Sekali pun kau raja, kau tetaplah mahluk terkutuk," tutur Gaves masih dengan keangkuhannya. "Enyah kau dari istanaku!"
Vladimir justru tertawa. Tawa yang keras hingga suaranya menggema di seluruh ruangan, lalu berhenti.
"Kau pikir aku sudi menginjakan kakiku di istanamu yang kotor ini?!"
"Lalu untuk apa kau ke sini?"
"Kau!"
Gaves mulai gemetar untuk pertama kalinya, raja besar itu meneduk ludah.
"Aku ke sini untuk mencabut nyawamu karena telah berani membunuh putri kesayanganku," sambung Vladimir dengan nada kemurkaan yang ketara.
Gaves, Racther, serta Benedict sama-sama terkesiap. Mereka tidak menyangka Vanessa de Seymour adalah Putri salah satu Raja Vampir.
"Aku sudah sering mendengar perlakuanmu terhadap rakyatmu, Gaves. Aku tidak peduli sekalipun kau dan putramu mencincang mereka. Justru dengan begitu, akan ada banyak tawananmu yang memohon untuk menjadi kaumk, memohon perlindungan padaku." Vladimir tersenyum miring melanjutkan "Rupanya, organ hati yang berfungsi tidak menjamin pemiliknya punya perasaan."
"Huh, tahu apa mayat hidup sepertimu tentang hati dan perasaan," sahut Gaves.
Vladimir menatap garang ke arah Gaves. "Matilah kau bersama seluruh penghuni istanamu!"
Usai teriakan Vladimir, dua orang yang bersamanya dengan secepat kilat menghabisi seluruh penghuni ruangan tersebut. Jeirt-jerit kematian menggema di ruangan tersebut. Racther dan Benedict sempat melawan, tapi tentu saja tidak sebanding dengan kekuatan Vampir Agung. Tubuh keduanya dirobek menjadi beberapa bagian.
Gaves sendiri tengah meronta saat Vladimir mencekiknya hingga kaki sang Raja Targoviste Kingdom itu tidak menyentuh lantai.
Saat pria tersebut masih berusaha melepaskan diri. Tangan Vladimir yang mencengkram leher Gaves mengeluarkan cakar, kontan saja kuku tajamnya langsung menembus kerongkongan pria tua tersebut. Disusul suara tulang leher yang patah.
Gaves le Concuerior, sang Raja Besar Targoviste Kingdom pun mati di tangannya.
Vladimir melempar tubuh Gaves begitu saja, lalu melangkahi mayat-mayat yang bergelimpangan di sana. Dia bergerak menuju ranjang.
Dilihatnya Lucius masih terbaring dengan napas teratur, tapi Vladimir bisa mengetahui ada banyak darah putrinya di dalam tubuh pria ini. Itu artinya, Lucius cukup berarti bagi Vanessa.
"Vanessa ... seharusnya aku membunuhnya juga, tapi aku tahu kau pasti menginginkannya hidup bukan?" gumam Vladimir.
"Baiklah, permintaanmu akan kukabulkan. Aku akan membuatnya hidup, dalam waktu yang saaaanggaatt lama."
*****
To be continue...
Sudah tahu kan sekarang, kenapa subjudulnya Awal Dari Akhir ??
Maaf yang sebelumnya udah baca bagian ini, aku pisah. Soalnya kebanyakan word. Biar seimbang perbabnya.
Thank you for reading
Dont forget to vote & coment^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The One : Lucius
VampirePangeran Lucius le Conquerior tersadar dari pingsannya. Namun, keadaan istana amat mengenaskan. Semua penghuni di sana sudah menjadi mayat, termasuk sang Ayah. Hanya ia satu-satunya orang yang masih hidup. Oh, tidak! Lucius juga tidak hidup, ia tida...