Ini adalah cerita pada abad 15 Masehi, di salah satu kerajaan terbesar di Romania...
Bau daging busuk bercampur sulfur begitu menyengat di penjara bawah tanah yang hanya diterangi cahaya obor remang-remang itu. Terdengar cicitan suara binatang pengerat berukuran besar yang berlarian bebas di lorong penjara, ada juga kecoa serta binatang lain yang hidup berdampingan bersama para tahanan.
Salah satu ruang penjara itu, penghuninya sedang meratapi sisa usia mereka.
"Jadi... apa hukumanmu besok?" tanya seorang lelaki tua dengan rambut dan jenggot panjang tak terurusnya, pada pria yang duduk satu sel dengannya yang baru masuk dua hari lalu.
"Disula." jawabnya membuat pria berjenggot disampingnya terdiam menelan ludah ngeri.
"Pasti Pangeran yang memberikan hukuman itu."
Wajah pria yang akan menerima hukuman disula tersebut terdiam. Sungguh... andai bisa memilih, ia lebih baik menerima hukuman pancung yang langsung memutuskan lehernya dengan anggota tubuh lain ketibang harus disula. Itu adalah hukuman paling kejam yang Pangeran berikan.
"Bagaimana denganmu?"
"Saw."
Keduanya sama-sama tertawa miris membayangkan tragisnya akhir dari hayat mereka. Padahal kesalahan mereka berdua tidak bisa dibilang fatal. Lelaki tua berjenggot hanya mencuri sedikit makanan dari gerobak yang akan dipersembahakan pada Raja, tapi kemudian dia dituduh sebagai pemberontak.
Sedang pria yang lebih muda, tidak sanggup membayar upeti karena uang yang ia punya harus ia pergunakan untuk mengobati anaknya yang masih kecil. Namun, prajurit menuduhnya sebagai pengkhianat.
"Kapan eksekusimu dilakukan?" tanya lelaki tua itu lagi.
"Besok, kau?"
"Sama."
"Kalian berdua beruntung bisa mati lebih cepat." Seseorang bersuara dari sudut penjara yang gelap. Membuat kedua pria yang mendapatkan hari kematian yang sama itu mengalihkan perhatian mereka. Bagaimana bisa kondisi mereka disebut 'beruntung'?
"Kalian tidak merasakan penyiksaan yang lebih buruk dari aku."
Sosok lelaki berambut panjang yang kusut itu mencondongkan tubuhnya perlahan. Kedua pria tadi tampak terkejut dengan kondisi fisik di depannya. Tubuh kurus tinggal tulang, banyak luka serta nanah di tubuhnya. Kedua tangan kurusnya dirantai merapat tembok.
"Lihat kakiku!" ujarnya.
Keduanya menurut dan mereka nyaris terkesiap bersamaan. Di kaki pria itu terpasang torture shoes.
Sepatu dengan alas yang berduri. Sehingga ketika berjalan, bisa dipastikan setiap langkahnya akan mengakibatkan sakit yang luar biasa. Dan biasanya sepatu ini juga dibuat berlubang agar darah pemakainya berceceran meninggalkan jejak.
"Semua ini, karena aku dituduh sebagai vampir." ujarnya pilu.
Kedua pria tadi langsung beringsut menjauh. Di jaman ini, vampir adalah mahluk tabu yang paling menakutkan.
Pemakai sepatu berduri itu pun menyandarkan kepalanya ke tembok seraya mendongak, ia melanjutkan "Setidaknya, setelah sepekan dunia yang terasa seperti neraka ini, lusa penderitaanku berakhir. Kuharap Tuhan menyediakan tempat yang lebih baik di sana."
"Me-me memangnya apa hukumanmu besok?" tanya pria tua berjenggot.
Hening... tanpa dijawab pun mereka semua sebenarnya sudah tahu, bagaimana hukuman seseorang yang dianggap vampir. Yaitu dengan dimasukan ke dalam Brazen Bull.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One : Lucius
VampirePangeran Lucius le Conquerior tersadar dari pingsannya. Namun, keadaan istana amat mengenaskan. Semua penghuni di sana sudah menjadi mayat, termasuk sang Ayah. Hanya ia satu-satunya orang yang masih hidup. Oh, tidak! Lucius juga tidak hidup, ia tida...