7

22 4 1
                                    

"Rain, bangun nak.. nanti kamu terlambat" Kata ibu sambil mengerak-gerakkan tubuh Rain pelan.

"Iya bu, ini Rain udah bangun kok"
"Ya sudah kamu mandi dulu, ibu mau siapkan sarapan" Ibu segera keluar dari kamar Rain.

Kenapa rasanya males banget ke sekolah sih. Batin Rain.

Rain segera mandi, dan bersiap.

"Rain, sini nak sarapan dulu" Kata ibu. Rain segera berjalan ke arah ruang makan. Rain melihat ayahnya yang sedang makan, tanpa memerdulikan Rain yang datang.

"Ini nak sarapan kamu" Ibu menyodorkan piring yang berisi nasi goreng dan tempe. Rain segera makan, sesekali ia melirik ke ayahnya yang makan dengan berbagai macam lauk pauk, sedangkan Rain hanya di bagi satu tempe, tapi tak apa Rain tetap memakannya.

Setelah minum, Rain segera mencuci semua piring kotor tadi, dan segera berpamitan kepada orang tuanya. Meskipun ayah Rain tidak memberi uang saku, tetapi ibu Rain diam-diam menyelipkan uang untuk sangu anaknya itu tanpa sepengetahuan ayah tiri Rain. Dan itu ibu lakukan setiap harinya.

"Pak tunggu!" Rain berteriak sambil memanggil bus sekolah yang sudah melaju agak jauh. Tetapi sepertinya sopir bus itu tidak mendengarnya.

Aduh gimana nih! mana ini udah jam setengah tujuh lebih lima menit lagi. Bisa telat gue. Batin Rain

Apa gue lari aja ya? Iya deh gue lari aja. Semoga yang jaga bukan guru kiler. Rain akhirnya memutuskan untuk lari, ia lari sekuat tenaga, meskipun matahari pagi menyehatakan, tapi tetap saja panas.

Aduh, nyampe ga ya ini? Rain mulai panik, karena dia belum pernah telat selama hidupnya, ia memang anak rajin.

Tin.. Tin..

Rain mendengar suara klakson motor di belakangnya, iapun menghentikan larinya. Lalu cowok yang mengendarai motor itupun melepas helmnya.

"Woy! Ngapain lo lari pagi, ini bukan hari minggu!" Kata cowok itu.

"Lo siapa sih, sok kenal banget, gue udah telat, bye" Rain ingin berlari, namun tangannya di cekal oleh cowok itu.

"Kenalin, gue Juna."

"Gue ga tanya! Cepet lepas gue udah telat!" Kata Rain kesal.

"Gue anter mau? dari seragamnya kayaknya lo anak SMA Wicaka Bangsa ya?"
"Kok lo tau?"
"Taulah, udah buruan naik, katanya keburu telat"

Setelah melihat jam tangannya, Rain mendelik kaget, ini sudah pukul tujuh kurang sepuluh menit, jika dia lari pasti tidak akan sampai. Akhirnya Rain mengiyakan tawaran Juna. Lalu merekapun melaju dengan cepat.

"Lo kenal Dhirga?" Tanya Juna.
"Dhirga? Siapa tuh?"
"Ternyata dia ga terkenal banget ya di sekolah lo?"

"Gue tipe orang yang ga mau tau tentang orang lain yang menurut gue ga penting." Kata Rain.

"Btw nama lo siapa?" Tanya Juna.
"Gue? Gue Rainly Cristalia Mila, lo bisa panggil gue Rain"

"Rain? Pasti lo suka hujan, iya kan?"
"Iya"

"Lo sama kayak Dhirga" Kata Juna. Rain hanya memutar bola matanya kesal, dari tadi Juna menyebutkan orang yang jelas-jelas tidak di kenal Rain.

"Udah nyampe! Thanks ya Na!" Rain segera masuk ke gerbang sekolahnya, dan tepat satu langkah ia masuk bel langsung berbunyi.

Rain segera berlari untuk menuju kelasnya. Namun tiba-tiba ia menabrak seseorang, sebelum Rain sempat jatuh, orang yang di tabraknya tadi menariknya, sehingga kini mereka berpelukan.

Rain masih kaget, ia bahkan tidak sadar jika ia memeluk seseorang. Kalian tahu, hampir saja kepala Rain tadi membentur tempat sampah yang pinggirnya terbuat dari besi. Setelah Rain sadar dari keterkejutan-nya, ia segera menjauh dari pelukan cowok tadi.

"Eh, elo cowok gila yang kemarin itu kan!" Kata Rain terkejut.

"Lo.. cewek aneh yang nangis di tengah hujan kemarin?"
"Di bilang gue ga nangis!"
"Halah bo'ong, gue ta--"

"Kalian berdua!"

***

Waduh siapa tuh😱

Jangan lupa vote!
ThankYou Readers❤

Next?

Desember Rain☔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang