Dan sekarang adalah awalan untuk mengakhiri sebuah coretan yang tanpa sengaja terukir nama dia. -Kyla.
Author PoV.
Setelah melihat kejadian yang seperti menyesakkan dadanya, Kyla segera bergegas meninggalkan Rooftop.
Ia masih seperti dialam mimpi, Ia pikir lelaki itu juga menyukainya, Ia pikir juga lelaki itu memang ingin berkenalan dengannya. Tapi semua itu hanya pemikirannya saja, semua itu hanya mimpinya saja. Ya, Mimpinya saja bukan mimpi milik lelaki itu juga.//////////////////////////////////////////////
"Gimana? Mendingan?" Tanya Langit sembari melepaskan pelukannya
Olivia mengangguk untuk menjawab bahwa dirinya sudah baik-baik saja. merasa paham, Langit segera menjauh dan memberi jarak diantara mereka.
"Yaudah kalo gitu gua cabut duluan, ya?" Izin Langit
"Ya, ya, boleh." Silahkan Olivia
Langit segera meninggalkan Olivia untuk menuju kekantin. Karena jika boleh jujur, Langit menjadi lapar karena harus menenangkan gadis yang nyaris menghabisi nyawanya sendiri.
'Oh, ya! Gua harus lewatin kelas Kyla! Gua harus ngeliat dia dan ngobrol ama dia, udah lama banget gua gak ketemu ama dia.' Batin Langit antusias
'Ehhh,,, tunggu sejak kapan gua ngobrol sama Kyla? Terakhir aja gua cuman ngobrol soal nawarin pertolongan sama nanya nama dia. Itupun jadi yang pertama dan terakhir kalinya.' Jawab Langit sendiri dalam batin
Setelah lama berdebat dengan pemikirannya sendiri, Langit mengurungkan niatnya untuk melewati kelas Kyla
Langit memilih melewati taman saja dan bergegas menuju lapangan basket, Perjalanan Langit yang sunyi mendadak menjadi bising dikarenakan ia seperti mendengar isak tangis seorang wanita.
Langit segera berhenti dan melihat kearah taman, dari punggungnya Langit dapat mengenali siapakah gadis tersebut, Rambut Hitam yang lurus, sudah dapat ia pastikan jika gadis tersebut adalah Skyla Tiffany.
Entah mengapa rasanya Langit seperti ingin marah jika melihat gadis tersebut terisak, bukan karena berisik dan mengganggu bukan. Melainkan ia merasa seperti terluka juga dan bahkan lukanya lebih dalam dari gadis tersebut, Mungkin.
Langit ingin mendekat tapi mengapa jantungnya berdetak lebih cepat? Akhirnya Langit mengurungkan niat tersebut dan memilih melanjutkan perjalananya yang tertunda sebelumnya.
Skyla PoV.
'Hanya sebagian kecil dari sebuah luka akibat terlalu berfantasi,
Tapi mengapa lukanya seolah yang paling berisi,
Sesak yang menyelimuti membuat perih terawali.' Batin Kyla sembari terisakKyla memang payah, dia sudah berkali-kali mengatakan jika ia tak suka dengan lelaki tersebut, ia juga sudah berkali-kali mengatakan jika itu hanya sekedar kagum akan kebaikannya.
Bagas yang melihat Kyla terisak segera membelikan dia ice cream chocolate dan cokelat batangan kesukaan sahabat perempuannya ini.
"Nih!" Beri Bagas
Kyla segera menoleh kesumber suara dan terlihatlah sudah mata sembab miliknya yang beradu dengan mata tegas milik bagas.
"Lu kenapa mendadak nangis? Nilai lu jelek? Apa remed?" Tanya asal Bagas sembari duduk disamping Kyla
Kyla yang bingung dengan jawabannya mengangguk asal saja padahal sebenarnya bukan karena nilai jelek ataupun remed dia bisa menangis seperti ini melainkan karena kebaikan seorang lelaki yang tulus, Lucu bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEPHOBIA.
Teen Fiction" Aku hanya takut untuk menjalankan kisah kedua kalinya, bayangan akan perih masih bergeming disini." Ucap Kyla Cinta? Itu hanya ilusi dan angan akibat terlalu banyak membaca novel tak masuk akal. Sebagian orang percaya akan kisah romeo dan juliet...