Chapter 5

4.4K 548 55
                                    

"Better with some music ? a ballad one ?"

better put your headset and find the feelings~
hehe.

💮Lie💮

Seulgi melirik kearah jam dinding di sebelahnya. Shiftnya baru berakhir. Seulgi membereskan peralatan nya dan memasukkan nya kedalam tas.

"Eunhyuk oppa, shift ku sudah selesai. Apa masih ada yang bisa ku bantu ?"

Eunhyuk, pria yang sedang memeriksa foto rontgen dari pasiennya itu menoleh kearah Seulgi dan tersenyum.

"Ah tidak ada. Kau bisa pulang, Seulgi."

"Baiklah. Kalau begitu." ujar Seulgi sambil menjinjing tas ranselnya.

"Uh, Seulgi."

"Iya ?"

"Kau akan cuti selama 2 hari huh ?"

Seulgi mengangguk.

"Hmmm...  dia benar - benar spesial ya, kau bahkan rela lembur mati - matian akhir - akhir ini."

Mendengar kata - kata Eunhyuk, entah kenapa orang yang pertama datang ke pikiran nya adalah Joy. Ia tidak melihat gadis itu seharian ini. Dulu Joy biasanya akan menghampiri Seulgi untuk sekedar ajakan makan siang ataupun mengobrol ringan.

Dulu ?

Ya. Itu dulu.

Seulgi memang sering makan siang dan mengobrol dengan Joy sebelum ini. Mereka dulunya sangat akrab. Bukannya Seulgi benci Joy atau apa, ia hanya menjaga perasaan Irene karena itulah ia membatasi dirinya dengan Joy. Terlebih lagi, setelah Joy mengungkapkan perasaan nya pada Seulgi.


Joy... hari ini kemana ?



"Seulgi ?"

"Ah...i...iya ?"

"Kenapa jadi melamun sih ? kau baik - baik saja ?"

"Aku baik - baik saja. Kalau begitu aku pergi dulu."

Seulgi membungkuk sopan dan berjalan keluar dari ruang bertuliskan fisioterapi itu dengan perasaan campur aduk. Seulgi akan minta maaf pada Joy nanti. Untuk saat ini ia akan membiarkan Joy sendiri.

***

Irene mengusap - usap kedua matanya dengan tangan dan menguap. Ia melirik kearah Suho yang sedang tertidur damai disebelahnya. Tangan Irene tergerak untuk membelai lembut pipi Suho.

Perasaan Irene berkecamuk. Ia mencintai Suho. Begitu juga dengan Seulgi. Irene mencintai mereka berdua. Ia tahu ini semua salah, tapi Irene tidak bisa melepaskan satu dari mereka. Ya, ini egois.

Suara ringtone time for the moon night dari ponsel Irene diatas meja menyadarkan nya. Ia beranjak dari kasur ke meja belajarnya. Matanya membulat begitu melihat nama yang tertera disana.

Irene menoleh kearah Suho yang ikut terbangun. Ia lalu meletakkan telunjuk di bibirnya dan Suho hanya mengangguk. Dengan cepat Irene menekan tombol hijau di layar handphonenya.

Lie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang