Chapter 4

3.9K 522 44
                                    

"Ya ! kenapa dari tadi wajahmu terlihat cemberut huh ?" ledek Irene pada Suho disebrang sana.

"Ah tidak apa - apa. Hanya ada orang gila yang menyiram ku dengan soda tadi."

Wajah Irene berubah serius.

"Heol, dia benar - benar keterlaluan. Dimana kau bertemu dengannya ?"

"Didepan rumahmu. Begitu kau menutup pintu gerbang ia menghampiriku."

"Astaga... aku tidak tahu ada orang gila disekitar perumahan ini."

Suho tertawa renyah diujung sana.

"Kenapa tertawa ?"

"Tidak ada. Ekspresi mu sangat manis."

"Kau ini ada - ada saja."

"Oh ya... apa Seulgi menghubungi mu ?"

Irene menaikkan sebelah alisnya.

"Seulgi ? tidak. Ini masih jam prakteknya. Kenapa tiba - tiba menanyakan Seulgi ?"

Suho tersenyum lega. Berarti wanita "gila" yang entah siapa namanya itu belum memberitahu Seulgi.

"Tidak apa - apa. Aku hanya khawatir padanya."

"Pada Seulgi ?"

"Ya. Aku merasa mengambil terlalu banyak waktu mu." ujar Suho dengan raut wajah sedih.

"Oh ayolah... aku baru saja pergi dengan Seulgi kemarin. Lagipula aku juga memang ingin menghabiskan waktu dengan mu." hibur Irene.

Suho kembali tersenyum.

"Irene-ah... aku mencintaimu."

"Aku juga."

Suho terlihat melirik jam tangannya diujung sana.

"Ah, sebentar lagi ada meeting. Aku harus pergi sekarang."

"Hmmm. Oke, akan kumatikan video call nya."

"Baiklah... sampai jumpa Bunny !"

Sambungan video call terputus. Suho menghela nafasnya. Ia mengambil sebotol soju dari dalam kulkas dan menuangnya dalam gelas. Ia mengangkat gelas itu sejajar dengan wajahnya dan menggoyang - goyangkan nya.

"Aku akan menjadi satu - satunya disini, Kang Seulgi."

***

Seulgi bersandar pada tembok dibelakangnya sambil melipat tangan di dada. Ia masih kesal gara - gara perkataan Joy beberapa hari yang lalu tentang Irene.

"Ada apa ?" tanya Seulgi membuka pembicaraan.

"Aku mau bicara soal Irene."

Seulgi memutar matanya malas.

"Apa lagi sekarang ?"

"Aku melihat Irene keluar dari butik pakaian di mall dengan seorang pria."

"Bisa saja itu temannya."

"Aku melihat pria itu merangkul dan mencium Irene. Apa itu masih bisa masuk kategori teman ?"

Seulgi menutup erat matanya. Tangannya mencengkram kuat. Telinganya terasa panas mendengar perkataan Joy.

"Diam."

"Seulgi, kau tidak bisa..."

"Diam !"

Seulgi berteriak pada Joy. Ia menatap tajam kearah gadis itu.

"Aku percaya pada Irene ! Jangan berbohong padaku !"

"Seulgi ! aku tidak berbohong padamu ! aku melihat nya dengan-"

"CUKUP !"

Seulgi berteriak untuk yang kedua kalinya.

"Aku tidak ingin mendengar apa - apa lagi !"

Seulgi membanting pintu dan berjalan pergi keluar ruang kerjanya. Joy ikut beranjak mengejar Seulgi.

"Seulgi !"

Joy menggapai pergelangan tangan Seulgi yang langsung ditepis dengan kasar.

"Percayalah padaku Seulgi ! aku-"

"Aku apa ?!" potong Seulgi cepat.

"Aku tidak mau mendengar apa - apa darimu ! berhenti menggangguku !"

"Buka matamu, Seulgi ! jangan terlalu percaya pada nya !"

Seulgi menatap Joy tajam. Ia mulai kehilangan kendali atas emosinya.

"Kau melakukan ini untuk apa ?! untuk mendapatkan perhatian ku ?! apapun yang kau lakukan tidak akan pernah membuatku melihat mu ! tidak sedikit pun !"

Joy terhenyak. Matanya berkaca - kaca. Kata - kata Seulgi menusuk nya. Joy tahu kalau Seulgi tidak akan pernah melihatnya, tapi mendengar ini semua langsung dari Seulgi membuatnya luar biasa terluka.

"IYA ! KAU MEMANG TIDAK AKAN PERNAH MELIHAT KU ! TIDAK SEDIKIT PUN ! KAU JUGA TIDAK AKAN PEDULI MESKIPUN AKU MATI ! SEMUA YANG ADA DIPIKIRAN MU HANYA IRENE ! IRENE DAN IRENE !" teriak Joy sekuat tenaga. Ia menatap Seulgi dengan mata berkaca - kaca.

 Ia menatap Seulgi dengan mata berkaca - kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seulgi terdiam. Mereka berdua jadi pusat perhatian orang - orang sekarang. Joy menghela nafasnya, tenggorokan nya terasa sakit menahan tangis.

"Kau tahu betapa menyakitkan nya saat aku melihat semua pengorbanan mu untuk Irene ?! betapa kesal nya aku setiap melihat senyuman mu menghilang setelah menutup telfon dari Irene ?! betapa aku ingin sekali ada diposisi Irene ?!"

Joy tidak bisa menahan airmatanya lebih lama lagi. Butiran kristal bening berjatuhan dari sudut matanya.

Seulgi membeku ditempatnya. Ia harusnya berkata sesuatu tapi mulutnya seolah terkunci. Seulgi hanya mampu berdiri disana melihat Joy menangis tanpa melakukan apapun.

 Seulgi hanya mampu berdiri disana melihat Joy menangis tanpa melakukan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Joy... aku..."

"Terima kasih sudah berkata tepat didepan wajahku. Aku tidak akan berharap lagi."

Joy meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Butiran kristal bening berjatuhan dari sudut mata nya. Ia tidak peduli lagi apakah orang - orang melihatnya menangis atau apapun. Joy hanya ingin sendiri sekarang.

💮Lie💮















Jadi...
Seulrene ? Surene ? Seuljoy ? atau malah Sujoy ?

Lie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang