23.Janji;

14 2 0
                                    

"Janji ku untuk datang kerumah mu pagi ini sudah ku tepati, dam. Aku disini, disamping mu. Melihat mu terbaring di ruang tengah rumahmu, banyak sekali yang datang ke sini, dam. Teman sekelas mu, teman sekelas ku, guru, dan masih banyak lagi. Sekarang, aku sudah tidak lagi menangis seperti mereka yang baru datang dan melihat mu. Entah, mungkin tuhan menguatkan ku untuk bisa rela dan sadar bahwa ini benar benar terjadi dan tidak boleh dijadikan penyesalan. Jika saja aku bukan aku yang sekarang, mungkin aku sudah marah dan tidak terima dengan keadaan, dan menyelesal seumur hidup untuk tindakan yang kemarin ku lakukan, membiarkan mu pergi terburu-buru. Tapi, aku tau, aku bukan lah aku yang seperti itu, aku adalah aku yang sekarang, yang tau bagaimana harus menyikapi hal seperti ini. Aku harus kuat, aku harus rela, dan harus percaya bahwa ini memang terjadi dan tidak boleh dijadikan penyesalan. Karna ini kehendak-Nya bukan? Aku yakin, apa pun yang di takdirkan-Nya pasti ada sesuatu yang bermakna. Walaupun, pasti aku tetap punya perasaan sedih yang sangat teramat. Walaupun, aku pasti sempat merasa menyesal dan tak terima. Itu manusiawi, kan? Tapi balik lagi, aku yakin aku bisa merubah perasaan itu, dan tidak terus menerus menyesali, atau pun merasa tidak terima dengan keadaan. Aku yakin, apapun yang terjadi, semuanya balik lagi pada diri kita, bagaimana kita menyikapi dan bertindak di kondisi tersebut. Dam, kamu adalah satu-satunya yang suka membuat ku sedih, namun sangatlah pintar membuat ku senang. Aku harap, dengan kepergian mu, aku bisa menjadi sosok yang lebih dewasa. Memang, aku punya mimpi yang cukup besar bersama mu. Tapi mungkin, tuhan punya rencana yang lebih baik untuk kita. Dam, aku disini sampai kau akan di berangkatkan ke tempat peristirahatan terakhir mu. Jangan sedih, aku tetap akan ikut mengantar mu kesana, bersama teman yang lain nya. Kau pernah mengajarkan ku tentang pentingnya janji, bukan?. Aku mengenal mu sebagai sosok yang sangat komitmen dengan sebuah janji, atau bahkan hanya sebuah kata, sebelum kau berjanji. Walau kau tak berjanji, tapi komitmen mu sangatlah besar. Aku melihat mu sebagai sosok yang sangat amat bisa dipercaya. Terima kasih ya, sudah hadir dalam hidup ku, cerita hari-hari ku bersama mu selama hampir 2 tahun ini, membuat ku jauh lebih dewasa. Terima kasih, tuhan,
Kau telah mempertemukan ku dengan sosok Adam. Terima kasih, tuhan, kau telah mengenalkanku dengan sosok Adam. Buatlah ia bahagia disana, buatlah Adam tenang disana, buatlah Adam bisa melihat bahwa aku telah mengikuti apa yang ia Contoh kan kepadaku. Dam, aku akan terus bergumam untuk terima kasih ku padamu. sedih ku akan tetap ada, air mata ku akan tetap menetes, tapi aku kuat. Aku sangat bersyukur, aku bersyukur karena aku bisa mengenalmu. Terima kasih ya, sudah menjadi sosok yang bisa memimpinku. Dam, 2 Bulan lagi kenaikan kelas. Tapi suasana sekolah pasti akan jauh berbeda dari tahun tahun sebelum nya. Tidak ada lagi kamu di sekolah. Dan kau tau? Nara juga akan pindah, aku harap, aku bisa berbaur dengan yang lain. Terima kasih ya, sekali lagi terima kasih. Telah membuat hari-hariku penuh dengan cerita yang sangat penuh kenangan. Kau, bukan sekedar sahabat. Dan kau, akan selalu menjadi Adam yang pernah ku kenal. Sekali lagi dam, Terima kasih..." -Nadia

'unclear feeling' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang