"Bagiku kamu adalah hadiah utama. Tapi bagimu, aku hanyalah selembar kertas bertulis ZONK."
"Han, aku mau bicara sama kamu." Delon menatap lurus Hana. Nada bicaranya terdengar serius, tidak seperti biasanya.
Hana yang disibukkan dengan handphone-nya kini beralih menatap Delon. "Apa?" Tanyanya penasaran akan kelanjutan perkataan Delon, kemudian menyeruput strawberry milk shake yang ia pesan tadi.
"Kita putus!"
Strawberry milk shake yang baru saja sampai di mulut Hana tanpa di komando menyembur ke luar. Meja yang semula bersih dan cantik dengan hiasan gelas berisi milk shake dan piring dengan sepotong kue manis di atasnya seperti terkena semburan gunung berapi. Bahkan potongan lilin putih cantik yang sempat menerangi cinta mereka berdua telah hilang bak ditelan tsunami.
Delon yang melihat kejadian sembur-menyembur tadi menatap Hana jijik. Pandangan semua orang di kafe tertuju pada meja tempat Hana dan Delon tempati. Hana tidak memedulikan itu. Saat ini, pikirannya sedang bergelut dengan apa yang baru saja Delon katakan.
Dengan cepat Hana mengambil tisu dan membersihkan mulutnya. "Kayaknya aku salah dengar deh. Kamu tadi bilang apa?"
"Kita putus." Ulang Delon.
Seketika mata Hana melebar. Ia terkejut dengan kata 'putus' yang dengan mudahnya lolos dari mulut Delon. "Kamu bercanda kan?" Tanya Hana tak percaya.
"Ahaha, aku tahu kamu lagi bercanda kan?" Lanjutnya.
Hampir satu tahun mereka berpacaran, tentu saja Hana sangat tahu semua tentang Delon. Mulai dari hal-hal yang Delon sukai, dia benci, kebiasaannya, bahkan sifat-sifatnya. Jadi tidak mungkin bagi Hana untuk tidak mengetahui salah satu sifat Delon. Suka bercanda.
Delon menggeleng pertanda bahwa ia tidak sedang bercanda. Ia serius dengan apa yang baru saja diucapkannya.
"Tapi kenapa? Aku ada salah sama kamu?" Suara Hana mulai bergetar. Dadanya terasa sangat sesak.
Hana tidak mengerti mengapa Delon dengan teganya memutuskan hubungannya secara sepihak. Selama berpacaran, ia merasa hubungannya dengan Delon berjalan sangat mulus, semulus paha ayam kampus. Tidak ada masalah. Meski ada banyak pihak yang terang-terang menolak hubungan mereka. Bahkan tiga hari yang lalu mereka baru saja liburan bersama, tentunya dengan keluarga Hana. Dan kini, detik ini juga Delon dengan entengnya mengatakan kata terkutuk itu.
Delon menghela napasnya, "Gue bosan sama lo. Lo udah nggak menarik lagi di mata gue." Jelas Delon.
Mata Hana melebar terkejut bukan main. Air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi. Ia merasakan bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Apa yang Delon katakan tadi menohok dalam hatinya. Sangat menyakitkan. Delon bilang bosan. Nggak menarik lagi. Coba pikirkan! Hanya karena empat kata itu bisa membuat Delon memutusinya. Benar-benar alasan yang tidak bisa diterima.
Tunggu sebentar! Delon bahkan sudah tidak menggunakan kata-kata 'aku' dan 'kamu' lagi. Delon yang dulu pernah menyepakati akan selalu menggunakan kata-kata tersebut, dengan seenaknya mengingkari kesepakatan itu. Lihat! Delon sampai enggan menatap Hana. Ia memandang keluar jendela seakan tidak peduli dengan perasaan Hana saat ini.
"Intinya, kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi" Ucap Delon, kemudian bangkit dari kursinya dan melenggang pergi meninggalkan Hana yang masih diam menangis di kursinya.
⨳⨳⨳⨳⨳
Halo, Hanarifu di sini.
Gimana nih prolognya?
Bagus atau membosankan?
Jangan lupa vote dan comment-nya buat part ini. Kalian baca aja sih, udah bikin aku senang lahir batin.
Jan lupa pula kasih tau teman-teman kalian buat baca INEFFABLE ini ya kawan.
Saran dan masukan dari kalian juga sangat membantu untuk perkembangan cerita ini lho! Jadi ku tunggu ya. Apapun itu sangat kuterima.
Oh ya, maaf ya jika ada typo yang masih bertebaran.
Maklum, karena aku juga manusia yang penuh akan dosa. xixi.
Sampai jumpa di part selanjutnya.
Salam,
Hanarifu ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
Teen FictionBudayakan untuk membaca dari pada boomvote. Okey! °°° "Bisa nggak sih lo berhenti ganggu gue?" ―Hana Octavira― "Awas, nanti kangen sama gue." ...