Di kedai kopi biasa peria itu duduk termangu.
Memesan caramel latte seperti biasa, karna sesungguhnya ia tak gemar menyesap kopi pahit seperti para peria penggila kopi pada umumnya. Jam menunjukkan pukul 21:30.
Di luar hujan deras sekali, dari balik jendela peria itu meratapi gemercik rintik hujan yang mengetuk jendela kedai. Mungkin lebih baik disini dari pada menerobos keluar dan bergegas pulang, gumamnya dalam hati. Walaupun jarak kedai dari rumah tak terlalu jauh.
Dilirik ponsel yang berdering berhasil meruntuhkan lamunan peria itu."Halo?" Tanya peria itu.
"Joy kamu dimana?" jawab seseorang dengan suara yang sedikit berat.
"Di kedai biasa Pa."
"Pulang cepat. Papa mau ngomong sama kamu dirumah."
"Iya Joy pulang." Jawabnya singkat dan mematikan telfonnya.
Hujan di luar tak lagi deras Joy menghabiskan Caramel lattenya yang tak lagi hangat dan segera bergegas pergi meninggalkan kedai. Belum sempat Joy keluar dari kedai tersebut ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Joy... Joy." Panggil suara yang begitu familiar di telinganya.
Joy berbalik.
"Ini Handphone lo ketinggalan ni. Kebiasaan."
Peria itu mengecek saku celana dan isi tasnya memastikan ponsel itu benar-benar miliknya. Dan ternyata benar tidak ada.
"Aahh iyaa.. Makasih Je."
"Iya sama-sama, lain kali hati-hati."
Aku mengangguk mengiyakan perkataannya. Namanya Jeje, satu-satunya barista wanita plus pemilik Kedai Kopi ini. Jeje adalah sahabatku sejak aku duduk di bangku Sekolah Dasar. Berparas cantik, memiliki kulit kecoklatan karna terbakar matahari akibat seringnya bermain di pantai. Hoby Diving. Berambut pendek sebahu dan mahir membuat kopi tentunya. Alasan dia tak melanjutkan sekolah kejenjang perkuliahan adalah dia percaya bahwa usaha yang dia bangun ini adalah jembatan agar bisa memenuhi impiannya mengelilingi pantai-pantai di Indonesia.
"Mau kemana? jam segini kok sudah balik."
"Papa nyuruh gw pulang, katanya ada yang mau dia omongin."
"Jadi berangkat ke London? Yah hilang deh pelanggan gw yang suka ngutang ini." Kata gadis itu sambil melepas apron bewarna coklat miliknya yang khas dengan barista.
"Kalau gw ngutang mulu kapan lo bisa keliling Indonesia. Ada baiknya gw pergi, lagian bosen juga gw liatin lo mulu."
"Hhuuu gini-gini juga ngangenin kali. Awas aja lo minta bikinin kopi lagi sama gw."
Joy tertawa.
"Ohiya, kemana selanjutnya petualangan lo je?" Peria itu balik bertanya.
"Aceh. Pantai Iboih, gw punya kenalan disana. Pantainya indah banget Joy. Dan yang paling menakjubkan adalah kekayaan bawah lautnya. Gw sudah pernah kesana sekali dan gw ketagihan menyelam disana. Lo tau gak, selagi kita menyelam melihat keindahan bawah laut Pantai Iboih kalau beruntung kita bisa berenang dengan anak-anak ikan hiu loh. Keren kan Joy?" Ucap gadis itu dengan penuh semangat.
"Bener gila lo Je. Anak hiu lo ajak berenang. Heran gw."
Jeje hanya tertawa kecil menanggapi perkataan Joy tadi. Sedikit ekstrim memang berenang dengan kawanan anak-anak hiu. Walaupun hanya anaknya tetap saja tak menuntup kemungkinan ada hal yang tak di inginkan terjadi.
" Ohiya. Besok kedai tutup Joy, temanin gw ke kebun kopi ya."
"Gak ahh malas gw, lo aja kenapa si."
KAMU SEDANG MEMBACA
T A N
Short StoryAda banyak perjalanan-perjalanan yang tengah dilakukan. Entah untuk pulang, kembali, pergi atau bahkan sekadar singgah. Yang pasti semuanya bertujuan. (Kisah yang akan di tentukan oleh pertemuan dan waktu)