AGUSTUS 2014
Hari ini Joy berulang tahun, dan dia merayakannya bersama beberapa sahabat. Makan-makan, lalu pergi ketempat karoke. Tidak mewah, yang penting bahagia. Namun kebahagiannya belum terasa utuh sebelum Laras mengucapkan "selamat". Joy mengerti hari ulang tahunnya hanyalah hari dimana berkurangnya usia. Tapi bukankah ia juga berhak mendapatkan ucapan? ataukah Laras sedang sibuk dengan teman-temannya dan melupakan hari ulangtahun kekasihnya?
Malam datang. waktu menunjukkan pukul 01:30. Ada seseorang wanita mengetuk pintu dari luar. Joy melihat dari balik jendela ternyata Laras. Joy terkejut bukan main dan beregegas membuka pintu dan segera menyuruh wanita itu masuk dan duduk.
"Kamu ngapain jam segini kerumah. Tumben amat." Tanya Joy dengan wajah yang sedikit heran.
"Ada yang mau aku omongin sama kamu. Sebelumnya selamat ulang tahun ya Joy."
"Mmm iya, makasih. Terus?" Masih dengan ekspresi Joy yang kebingungan.
"Joy, aku mau kita Putus." Ucap gadis itu singkat.
"Loh kamu kenapa? kok tiba-tiba begini. Ada apa Ras? Kamu tenang dulu dan jelasin semuanya sama aku."
Joy terkejut bukan main. Bukannya mendapat hadiah atau kejutan dari sang kekasih Joy malah mendapatkan apa yang lebih buruk di dapat saat dirinya berulang tahun.
"Aku harus kembali ke Jogja Joy. Aku ga bisa lanjutin hubungan kita."
"Itu alasannya? Ras. Kamu pernah dengar yang namanya pesawat ga? atau mobil deh". Kata Joy sambil mebetulkan posisi duduknya dan menghadap tepat di depan kekasihnya.
"Aku tak bercanda Joy. Aku serius, aku sudah ga bisa lanjutin semuanya."
Terlihat ada air mata yang tertahan di mata gadis itu. Seakan tangisannya akan pecah.
"Aku enggak bercanda Ras. Dengar, walaupun kamu di Jogja dan aku di Jakarta aku bisa sering-sering mengunjungimu kesana. Apapun alasannya aku ga mau hubungan kita selesai."
Tangisan wanita itu pecah. Laras merasa ada sesak di dadanya yang tak bisa dia tahan. Laras beranjak dari tempat duduk dan bergegas keluar dari rumah Joy. Laras berlari menuju mobil yang terparkir di depan rumah Joy. Joy berusaha mengejar gadis itu, tapi langkah kaki Joy terhenti sesampainya di halaman rumah. Tak lama kemudian keluar sosok peria bertubuh tinggi berbadan tegap membukakan Laras pintu mobil. Peria itu tampak terlihat asing di mata Joy. Peria asing itu bergegas membawa Laras pergi dengan mobilnya. Joy yang sadar bahwa ada yang tidak beres, mengejar mobil itu dengan sepeda motornya.
Motor Joy melaju dengan sangat cepat. Lampu-lampu jalan seolah terlihat samar dari pandangan. Joy harus menyusul Laras. Ada yang harus dia pastikan lagi. Jantungnya berdegub makin kencang. Di lihat baik-baik jalanan panjang berharap bertemu dengan Laras. Tapi tak ada hasil, Joy tak menemukan kemana Laras pergi.
Joy terduduk di halte bus. Dipandanginya purnama malam itu yang menghiasi langit. Dia ingat kembali bagaimana mereka bertemu. Angannya membawanya, menarik Joy kemasa-masa saat mereka berada di bukit. Kenangannya begitu kuat, namun tak sekuat perasaan Joy malam ini. Joy pasrah dengan keadaannya yang sedang patah hati. Joy beranjak, berniat untuk pulang saja dan menenangkan hati dan pikirannya itu. Sepanjang jalan Joy hanya melamun memandangi jalan yang hampir tidak ada kendaraan lain yang melewati. Di pertigaan jalan, motor melaju dari sisi kanan Joy.
Brrruuuuuuukkkkkkkk...
***
Pagi itu Papa Joy dan Jeje berlari menuju ruangan yang dimana Joy berbaring didalamnya. Tangisnya pecah melihat anaknya yang terbaring tak berdaya. Perban yang membalut kepalanya dan selang yang terpasang di mulut Joy menambah kekhawatiran Papa Joy.
"Ya Tuhan jangan dulu engkau ambil anak hamba. Hamba benar-benar belum siap untuk
ini." Ucap Papa Joy sambil memandangi anaknya yang sedang koma.Jeje menghampiri Papa Joy dan berusaha menenangkannya. Jeje pun ikut sedih melihat keadaan sahabat kecilnya yang terbaring tak berdaya. Sesekali gadis itu mengusap air matanya yang membasahi pipi.
"Ayah Joy?" Kata seorang dokter.
"Iya dok saya ayahnya."
"Bisa ikut saya sebentar pak?"
Papa Joy pergi meninggalkan Jeje sendiri di ruangan dimana Joy terbaring. Papa Joy di ajak keruangan yang di penuhi alat-alat kedokteran canggih dan dilihatnya beberapa lembaran hasil scan yang terletak di meja.
"Silahkan duduk pak. Jadi begini, Joy mengalami kecelakaan yang dimana ada benturan keras di daerah kepala Joy". Kata dokter sambil melihatkan hasil scan dari kepala Joy.
"Joy mengalami pendarahan hebat di sekitar kepalanya saat terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan kesadaran kepada Joy. Dan yang lebih buruknya adalah Joy akan hilang ingatan sementara waktu dan setelah sadar nanti mungkin Joy akan sulit di ajak berkomusikasi karna ada beberapa saraf yang rusak akibat benturan itu. Saya harap Bapak tetap bersabar dan berdoa. Saya dan tim dokter lainnya pasti melakukan semuanya semaksimal mungkin untuk kesembuhan Joy".
Papa Joy hanya bisa menangis mendengar keadaan anaknya separah itu. Perasaannya hancur ketika mendengarnya dari dokter Berharap keajaiban datang kepada Joy putra kesayangnnya.
***
Beberapa bulan berlalu
Keadaan Joy tak bisa di bilang membaik. Setelah sadar dari koma, Joy lebih sering melamun dan murung. Tubuhnya agak terlihat kurus karna jarang makan. Papa Joy dan Jeje yang sering bergantian menjaga Joy dari pagi hingga malam hari. Hari ini tugas Jeje menjaga sahabatnya itu. Dengan membawa makanan dari luar. Jeje melihat peria yang sedang mengenakan pakaian bewarna biru muda khas pasien rumah sakit itu berdiri memandangi jendela yang dimana terlihat pemandangan kota di pagi hari.
"Eh Joy sudah bangun lo. Ini gw bawaiin bubur buat sarapan sama caramel latte kesukaan lo." Ucap gadis itu sambil menyiapkan sarapan untuk Joy.
"Kata dokter lo harus banyak makan biar cepat baikan. Lo ini ada-ada aja sakitnya. Suka nyusahin gw aja taunya."
Jeje terus saja mengoceh walaupun seperti biasa Joy tak akan bisa meladeninya. Joy kembali berbaring di tempat tidurnya.
"Ini jangan lupa di makan ya Joy. Takut buburnya jadi nasi hehe". Kata gadis itu dengan nada bercanda.
Jeje memandangi peria itu yang berbaring tertidur di atas kasurnya. "Joy gw denger lo putus ya sama Laras? Gw denger lo kecelakaan juga karena ngejar si Laras kan? Gw dapat kabar dari Laras dia pengen ngejelasin semuanya sama kamu. Kamu harus cepat sembuh biar semuanya jelas.
"Je.." kata peria itu tanpa membuka mata.
Untuk pertama kalinya dari sekian lama Joy akhirnya bisa berbicara lagi. Jeje yang berada di sampingnya terkejut bukan main. Jeje berusaha memastikan bahwa tadi dia tak salah dengar.
"Lo sudah bisa jawab gw Joy? Joy..."
KAMU SEDANG MEMBACA
T A N
Short StoryAda banyak perjalanan-perjalanan yang tengah dilakukan. Entah untuk pulang, kembali, pergi atau bahkan sekadar singgah. Yang pasti semuanya bertujuan. (Kisah yang akan di tentukan oleh pertemuan dan waktu)