“Sayang bangun~~
Sayang bangun~~”
“Uh~ sebentar lagi, eomma.” Jaehwan menarik selimutnya hingga menutupi wajah.
“Hei bocah! Bangun!” ujar Sungwoon menyentakan selimut dengan gusar.
“Uh~ iya, iya, appa lima menit lagi, ya~”
“Bangun!” Sungwoon mengguncang-guncangkan tubuh pemuda yang masih meringkuk di kasur itu, memeluk guling dengan sangat erat.
“Uh~ eomma, nanti saja, ya?” pinta Jaehwan dengan mata yang masih terpejam, namun tubuhnya mulai bergerak.
“Bocah ini memang menyusahkan,” keluh Sungwoon, kemudian menarik guling yang sedari tadi dipeluk Jaehwan.
“Uh~ eomma! Jangan ambil guling Jjaeni!” serunya masih mengigau. “Eomma bisa ’kan bangunkan Jjaeni seperti biasanya? Jangan pakai narik-narik guling Jjaeni dong!”
“Aargghhh!” Sungwoon sudah sangat kesal, “memangnya eomma biasanya membangunkanmu seperti apa?”
“Huh?” Mata Jaehwan masih terpejam, namun kepalanya sedikit terangkat. Bibirnya dimonyongkan maksimal.
Sungwoon bingung, ‘apa eomma-nya selalu memberikan morning kiss padanya, agar dia bangun?’
Ia mengendikan bahu, ‘hmm, ya sudah kalau gitu, kucoba saja biar bocah ini segera bangun.’
Sungwoon mendekatkan bibirnya pada bibir Jaehwan. Jaehwan tersenyum saat bibir serta hidung mancung Sungwoon menyentuhnya.
Terhanyut dengan bau citrus yang menguar dari tubuh Jaehwan, dan rasa manis dari bibir bocah di bawahnya, perlahan Sungwoon menggerakan bibirnya. Menjilati permukaan bibir Jaehwan yang lembek, namun kenyal tersebut.
“Eemhh~~” Jaehwan mengerang mulai terusik dengan kegiatan yang dilakukan oleh Sungwoon.
Sungwoon semakin menghisap bibir bawah bocah berusia 17 tahun yang masih tertidur di bawahnya itu. Kelopak mata Jaehwan perlahan mengerjap, beradaptasi dengan cahaya sinar matahari yang menembus dari balik jendela.
Saat menyadari ada yang mengukungnya dan menempel di bibirnya, Jaehwan langsung berontak. Ia mendorong Sungwoon yang sedang asik mencium.
“Owchh! Pantatku lagi-lagi harus mencium lantai,” gerutu Sungwoon.
“Uh, apa yang cebol-hyung lakukan pada bibir Jjaeni?”
“Hanya morning kiss,” balas Sungwoon santai.
“Morning kiss?”
“Iya, morning kiss. Kau ’kan biasanya melakukan itu dengan appa atau eomma-mu.”
“Tidak. Appa dan eomma hanya mengecup singkat bibir Jjaeni, tidak pernah berniat untuk memakannya!” Jaehwan mendelik kesal.
“Memakannya?” Sungwoon cengo.
“Iya! Cebol-hyung tadi menggigit bibirnya Jjaeni, kan itu namanya mau makan bibir Jjaeni! Dasar cebol-hyung ghoul!”
“Hahahaha,” tawa Sungwoon, “dan kau sebut dirimu dewasa? Aku melakukan morning kiss saja kau kira mau memakan bibirmu.”
‘Gila saja, masa kissing disamakan dengan memakan bibir? Hahaha, ada-ada saja,’ batin Sungwoon geli.
“Ih! Jjaeni sudah dewasa kok, meski kalau mandi masih dimandiin, masih dipakaikan baju, masih disuapin, tapi Jjaeni sudah dewasa kok! Jjaeni sudah bisa jalan sendiri. Jjaeni sudah besar. Jjaeni sudah SMA kelas X!” serunya bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Jjaeni
Sonstiges🚫WARNING🚫 ~ Cerita mengandung unsur dewasa ~ Bijaklah dalam memilih becaan. ~ Yang dibawah umur tidak dianjurkan mampir ~ Ryu tidak bertanggung jawab jika otak kalian terkotori 🌚 . . Bagai mana jika seorang Tuan Muda diculik oleh tiga orang pria...